Cerpen Kompas Minggu Diramaikan Muka Baru
[caption id="attachment_316892" align="aligncenter" width="413" caption="ilustrasi : ilhamqmoehiddin.wordpress.com"][/caption]
ADA, sebagian stereotip mengatakan kalau Cerpen Kompas Minggu selalu "dihuni" oleh para penulis senior. Atau, katakan yang sudah kawakan seantero dunia kesusastraan atau dunia tulis menulis. Sebut saja Seno Gumira Adjidarma (penulis favorit saya), Agos Noor, Budi Darma, Triyanto Triwikromo, Danarto maupun Djenar Maesya Ayu (penulis favorit saya) dan sebagainya. Dan itu keluar dari mulut para penulis muda dan yang belum mencoba.
Tetapi ketika saya amati perjalanan Cerpen Kompas Minggu dari tahun ke tahun-yang hampir tiap minggunya saya perhatikan sekarang streotip itu kini bergeser. Oya, saya sudah mulai memperhatikan Cerpen Koran Kompas sudah tiga tahun lebih. Maklum saya berlangganan setiap Minggunya, selalu membeli surat kabar cetak yang di dalamnya membahas budaya dan sastra selain Koran Kompas tentunya. Saya selalu juga membeli Koran Republika, Media Massa dan Jawa Pos.
Ingat, hanya hari Minggu saja selalu membeli koran-koran tersebut. Bukan hanya itu saja tujuan saya membelinya juga, ibarat pepatah "sekalian menyelam minum air". Saya beli, lihat (Siapa tahu Cerpen saya dimuat diantara surat-surat kabar tersebut), baca lalu saya resume (Bedah Cerpen, tetapi hanya Cerpen Kompas Minggu saja yang sudah saya lakukan tahun ini. Ingin melihat Bedah Cerpen Kompas saya. Silakan dicari saja postingan di Kompasiana ini. Semoga saja berguna dan bermanfa'at!).
Maka dari itulah saya mematahkan streotip itu (mengenai kalau Cerpen-cerpen Kompas Minggu, hanya selalu "dihuni" oleh para penulis senior. Atau, katakan yang sudah kawakan seantero dunia kesusastraan atau dunia tulis menulis). Tetapi kenyataannya tidak! Ini terlihat di medio Januari, tahun 2014. Dua minggu ini di bulan pertama (baca: Januari) dihuni oleh "muka baru" (baca: penulis baru yang dimuat di Cerpen Kompas Minggu). Diantaranya Herman RN (12/01) dengan judul "Kamboja di Atas Nisan " dan Absurditas Malka yang terbaru ini (19/01) berjudul "Semilyar Ikan Memakan Anjing-anjing". Walau saya tahu diantara kedua muka baru penulis Cerpen Kompas Minggu itu seringkali karya-karya dimuat dan dipublish baik di majalah, koran lokal maupun nasional.
Walaupun saya sendiri pernah mencoba mengirimkan karya tulis (cerpen) saya ke Cerpen Kompas Minggu tetapi dikembalikan dikarenakan tidak sesuai dengan media tersebut. Tapi tak mengapa. Karena saya mendapatkan balasan kalau Cerpen Kompas Minggu tidak bisa dimuat/dipublish. Saya sangat senang sekali mendapatkan balasan itu. Lha wong mendapatkan balasan Cerpen Kompas Minggu tidak dimuat saja gembira sekali apalagi dimuat. Tapi itu tahun 2013 lalu sekarang saya belum mengirimkan karya tulis (cerpen) saya itu kembali. Saya mengirimkan saat itu juga hanya coba-coba saja dikarenakan saya minder dan pesimis sebab dikarena penulis Cerpen Kompas Minggu adalah selalu "dihuni" oleh para penulis senior. Atau, katakan yang sudah kawakan seantero dunia kesusastraan atau dunia tulis menulis. Namun untuk sekarang?
Ayo, para penulis muda saatnya "menyerbu" koran skala nasional terbesar di Indonesia itu. Unjuk gigi kalian. Jangan pikirkan karya tulis (cerpen) kalian tidak bagus karena belum mencoba. Sebab, bagus atau tidaknya karya tulis (cerpen) kalian bukan kalian sendiri. Tetapi redaktur atau editor. Jadi tidak ada lagikan ada kata alasan; malas, tidak pede, minder dan pesimis.
Karena apa? Sebab, sudah saya katakan di atas ternyata Cerpen Kompas Minggu saat ini lagi diserbu oleh "muka baru". Masa mereka saja bisa pede dan optimis. Sedangkan kalian? Semangat berkarya! Serbu Cerpen Koran Kompas Minggu dengan semangat.[]diruangtanpamatadantelinga,19012014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H