"Khairu jalisin fi az-zamani kitabun...
Sebaik-baiknya teman duduk adalah buku..."
Kutu buku, begitu orang bilang kalau ngeliat gue bawa buku atau sedang baca buku. Entah itu dari keluarga, teman maupun rekan kerja gue. Terkadang gue dibilang begitu bukan senang tapi risih. Risih kenapa?
Karena gue sudah biasa bawa buku dan baca buku kemanapun. Apalagi kalau lagi bete menunggu dan mengantri. Pastinya tidak lain menunggu teman yang membuat janji tapi pake jam karet. Sudah pasti ketimbang gue ngeluh menunggu kapan datangnya teman gue itu pastinya lebih baik gue ambil yang positifnya aja. Alih-alih ya akhirnya pasti gue baca buku juga ketimbang gue bête lalu ngutuk teman gue itu yang nggak bisa on-time. Nggak bisa tepatin janji. Cape deh!
Jika mengantri kalau pas gue lagi ke bank untuk menyetor uang atau menunggu antrian bayar listrik yang bejubel kalau pas akhir bulan. Sudah pasti gue akan uring-uringan ataau gelisah. Bahkan bisa-bisa gue ngedumel juga pada yang lain di sekitar gue. Walau gue nanti dibilang orang gila ngeluh sendiri tanpa sebab.
Ya, itu kalau gue nggak bawa buku. Karena itulah buku bagi gue sudah bagian dari hidup yang tidak bisa dilepaskan. Book is my life. That’s true!
Nggak percaya? Lihat saja pas kalau gue berangkat kerja. Entah pas naik angkot atau busway dan di atas motor (kalau dibonceng) pastinya di dalam tas gue ada buku lalu gue ambil lantas dibaca. Itu gue lakuin agar mata nggak ngelantur kemana-mana dan nggak zina mata dan hati. Bisanya kalau orang meliat orang lainnya. Bisanya dalam hatinya suka nyeletuk dan menilai, walaupun tidak terdengar. Tapi sama aja sudah bikin hati kotor. Iyakan? Jalan satu-satunya gue pasti baca buku yang gue bawa itu.
Ya, gue pasti bawa buku kemanapun. Biasanya gue baca buku-buku inspiratif. Kadang pula novel juga. Itu pun gue baca untuk gue fokus pada pikiran gue yang nggak kemana-mana, Lagi pula gue baca buku juga sekalian “menimbun” kosa kata tiap yang gue baca sekaligus untuk menambah referensi juga. Itulah manfa’at dari gue baca buku. Apalagi gue ini pengajar dan penulis. Sudah menjadi kebutuhan gue lagi-lagi.
Kalau sudah begitu bila ada yang bilang gue kutu buku. Gue kadang ketawa sendiri aja. Karena mereka nggak bilang gue sekalian predator aja. Kalau kutukan kecil ketimbang predator.
Itulah sebabnya gue nggak suka dibilang kutu buku ketimbang predator. Kan enak tuh dengarnya sebagai predator buku. Jadi bisa naik kasta penyebutannya! Haha