Mohon tunggu...
Peradah Indonesia
Peradah Indonesia Mohon Tunggu... lainnya -

Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia [Indonesian Hindu Youth Association]. A non profit organization to promote Hindu youth empowerment for leadership and entrepreneurship. contact: infokom @peradah.org SMSCenter: 6281 3837 10000 follow us on Twitter @peradah website: www.peradah.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemuda Hindu Dalam Mengajegkan Dharma

11 Maret 2015   14:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:49 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar ini tidak terlepas dari pengaruh dan warisan dari para leluhur-leluhur yang dengan gigih menyatukan gugusan-gugusan  pulau di Nusantara. Perkembangan dan ajegnya keberadaan Nusantara tidak terlepas dari ajegnya ajaran dharma yaitu Hindu. Hindu dapat berkembang di nusantara sejak masa karajaan-kerajaan di Siwa-Budha dan sampai saat ini masih ajeg berkembang dan bertahan di Indonesia. Hindu adalah sanathana dharma, oleh sebab itu walaupun sempat mengalami kemundura, setelah runtuhnya kejayaan Majapahit, berlandaskan dharma umat Hindu tetap ajeg sampai saat ini.

Keberadaan Hindu tidak terlepas dari umat dan generasi penerusnya saat ini, Hindu dapat berkembang diseluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke daerah-daerah terpencil dapat kita temukan keberadaan umat Hindu walaupun dalam jumlah yang kecil. Hindu di Indonesia sering disebut sebagai kelompok minorotas karena memang secara kuantitas saat ini jumlah umat Hindu lebih sedikit. Ada beberapa penyebab yang menjadikan kuantitas umat Hindu semakin menurun, diantaranya: lemahnya sraddha dan bhakti, banyak terjadi pindah agama, rendahnya tingkat pendidikan, permasalahan ekonomi, belum berfungsinya lembaga ataupun organisasi bernafas Hindu secara maksimal, dll. Permasalahan tersebut kemudian menjadi kompleks karena umat Hindu belum mau berusaha keras untuk memperbaikinya satu persatu khususnya terhadap generasi muda.

Permasalahan pertama yaitu lemahnya sraddha dan bhakti, menjadi alasan dan permasalahan klasik dikalangan umat. Telah banyak program dan kegiatan keumatan serta kajian-kajian mendalam untuk mengatasi permasalahan ini namun tetap saja hal ini menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Seharusnya sraddha dan bhakti bukan menjadi alasan untuk ajegnya ajaran dharma. Sejak lahir, kita yang diciptakan menjadi keturunan Hindu telah membawa hutang karma, salah satunya keyakinan atau sraddha sebagai umat Hindu yang patut menjalankan dharma.

Proses kelahiran keturunan ke dunia, diawali dengan menyatunya laki-laki dan perempuan melalui ikatan wiwaha samskara dengan kaitan Sang Hyang Semara ini telah menunjukkan bahwa terlahir menjadi keturunan Hindu telah menyatu dengan keyakinan dan ikatan dengan leluhur serta anugrah para dewa. Menjadi aneh ketika umat Hindu masih menganggap dirinya memiliki sraddha yang lemah. Justru setelah terlahir sraddha akan semakin meningkat. Sraddha erat kaitannya dengan praktik dari keyakinan tersebut atau melakukan bhakti. Wujud cinta dan kasih kepada Hyang Widhi, para dewa dan mendoakan leluhur harus dilakukan melalui laku bhakti setiap hari. Kemungkinan ketika ada keluhan tentang lemahnya sraddha salah satunya disebabkan karena kurangnya pelaksanaan praktik dan perilaku bhakti.

Selain tentang sraddha dan bhakti, permasalahan yang masih berkaitan erat dengan ajegnya dharma adalah kecenderungan pindah agama. Pindah agama memiliki beberapa faktor penyebab dan sampai saat ini fenomena tersebut masih terjadi.  Faktor yang sangat kuat adalah lemahnya keyakinan, dua hal ini sangat berkaitan erat. Fenomena pindah agama banyak terjadi dikalangan pemuda yang akan memasuki masa grhasta. Mereka kebanyakan mulai lemah dengan keyakinan ketika tumbuh benih-benih cinta. Dibutakan oleh cinta tanpa berpikir resiko besar yang akan mereka lalui dan alami seumur hidup.

Pemuda sebagai ujung tombak ajegnya dharma harus mampu membekali diri dengan keyakinan dan pengetahuan yang kuat tentang ajaran dharma. Pemuda Hindu saat ini belum banyak yang berkeinginan kuat untuk mengajegkan dharma untuk dirinya sendiri ataupun untuk pemuda lain seusia mereka. Hal ini terlihat bagaimana keberadaan organisasi kepemudaan Hindu yang ada saat ini belum mampu mengelaborasi keberadaan pemuda Hindu yang ada di setiap daerah. Padahal secara organisasi sudah tertata dengan baik baik secara struktur maupun program-program kerjanya. Bahkan secara hirarki keberadaan organisasi kepemudaan berbasis Hindu sudah ada dari tingkat nasional hingga daerah.

Sebagai pemuda Hindu, seharusnya memiliki keinginan untuk bersama-sama membangun Hindu dan mengajegkan ajaran dharma ini. Pemuda Hindu harus memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan keyakinan. Untuk menjadi generasi yang kuat harus mampu menjadi pribadi yang tekun dalam melaksanakan bhakti. Pemuda Hindu harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari pemuda dan berkompetisi dalam ranah apapun. Untuk menjadi seorang pemuda Hindu yang tangguh harus menjadi decison maker(pengambil keputusan),setiap pemuda harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang-orang disekitarnya.

Kebanyakan pemuda saat ini kurang perhitungan dalam setiap mengambil keputusan bahkan untuk yang penting dalam kehidupannya. Misalnya, ketika mereka dihadapkan dalam pilihan untuk memilih pasangan, ketika mengalami kondisi dengan pasangan yang berbeda keyakinan lebih cenderung mementingkan kesenangan pribadi dengan mengorbankan dan mengesempingkan keyakinan serta keluarga.

Selain itu seorang pemuda harus mampu menjadi agen of change (agen perubahan), artinya ketika dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan umat harus mampu membawa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Membangun pemahaman dalam diri sendiri dan membantu mengorganisir keberadaan pemuda yang lain dengan kemampuan serta potensi yang dimiliki pemuda yang ada disekitarnya. Seorang pemuda yang memiliki pengetahuan atau kesempatan lebih dibandingkan dengan pemuda lain untuk menuntu ilmu hingga dapat menyelesaikan ke jenjang perguruan tingga harus mampu mengaplikasikan pengetahuannya demi kemajuan dan perubahan masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik.

Kesempatan seorang pemuda untuk memperoleh pengalaman adalah ketika masa studi dan berorganisasi, namun ketika masa studi cenderung apatis dengan organisasi maka kecenderungan untuk mengorganisir orang lain sangat kecil. Ini yang masih menjadi kelemahan kita, pemuda Hindu cenderung apatis berorganisasi. Ketika kembali ke daerah asal malah ikut kembali larut dalam pergaulan yang menyimpang, hal ini sangat disayangkan. Seharusnya mereka yang memiliki kesempatan lebih untuk belajar harus dapat menjadi agen perubahan minimal untuk sesama pemuda seusianya.

Pemuda Hindu harus menempatkan diri sebagai agen of social control (menjadi pengendali dalam pergaulan di lingkungannya). Beberapa kejadian konflik yang melibatkan umat Hindu salah satu faktornya adalah perilaku menyimpang para pemuda. Ini menunjukan bahwa pemuda Hindu belum mampu mengendalikan diri atau menjadi pengendali dalam pergaulan sehari-hari dalam lingkungannya. Ketika hal ini masih terus terjadi maka permasalahan yang disebabkan pemuda masih akan terus terjadi. Sebagai pemuda Hindu harus memberanikan diri untuk menjadi pengendali diri sendiri dan lingkungan, misalnya: berani mengingatkan sesama pemuda untuk menghindari minuman keras dan narkoba, menghindari seks bebas, mengajak berorganisasi, mengisi waktu luang dengan seni dan olahraga. Jika hal-hal negatif mampu dikendalikan dan memulai melakukan hal-hal positif maka keadaan akan lebih baik.

Pemuda Hindu harus mampu menjadi generasi yang memiliki cita-cita menjadi pemimpin (iron stock), setiap diri pemuda Hindu harus menjadi stok pemimpin masa depan. Berarti saat ini sudah memulai untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Dalam ajaran agama Hindu banyak ajaran kepemimpinan yang sangat baik dan mulia. Hindu di Nusantara pernah mewariskan sejaran kepemimpinan hingga mampu menyatukan Nusantara pada waktu kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu.

Setiap diri pemuda Hindu harus memiliki dan menanamkan ilmu pengetahuan dalam dirinya. Harus paham bahwa, ilmu tanpa dharma akan berbahaya, biasanya orang yang sudah merasa memiliki ilmu/pendidikan tinggi jika tidak kuat dalam dharma maka akan menjadi sombong, arogan, keras kepala, egois, dan menjadi penipu seperti para koruptor. Orang yang memiliki ilmu biasanya akan memiliki kedudukan, namun jika kedudukan tanpa dharma maka akan menjadi gelisah, tidak tahan uji dan godaan, tidak percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan, takut menghadapi masalah, jangan sampai pemuda Hindu ada dalam ranah ini. Puncaknya jika sosok pemuda Hindu tanpa dharma maka akan hampa, tidak mau mendengarkan nasehat orang lain, tadak beretika, tidak suka berbicara tentang dharma, tidak takut melakukan perbuatan dosa, berkata dan bertindak semaunya sendiri, selalu ingin memuaskan nafsu seperti: seks, judi, mabuk, joged, narkoba, dll.

Seorang pemuda Hindu yang akan mengajegkan dharma maka harus, meyeleksi pergaulan, jangan sampai salah daam bergaul maka akan terjerumus dalam kesalahan dan sulit untuk bangkit. Memiiki hati nurani yang terbuka, artinya mampu mengenali diri sendiri dan orang lain sehingga tidak mudah goyah. Selalu melakukan aktifitas rohani agar menjadi pemuda yang memiliki kharisma dan berwibawa. Takut melanggar dharma, selalu memulai segala bentuk laku karma dengan berpikir, berkata dan berperilaku yang baik berlandaskan dharma.

Hormat dan patuh kepada orang tua, menganggab bahwa orang tua adala dewa yang ada di dunia dan sangat dekat dengan kita, maka kita harus hormat dan melayani mereka agar kita selamat di dunia dan setelah kematian. Memanfaatkan waktu dan menyempatkan waktu untuk membaca sastra-sastra suci dan kitab suci, agar memiki pengetahuan dan mampu berpikir logis dalam setiap tindakan. Melakukan perjalanan spiritual, menapaki laku hidup prihatin ketika usia muda maka akan membatu kelak ketika usia tua, dekat dengan guru dan orang suci maka kita akan memperoleh vibrasi kesucian dari mereka. Peka terhadap permasalahan yang terjadi di umat sekitar kita, ini tugas pemuda sebagai penerus jangan mau diwariskan ajaran yang tidak di pahami secara praktik maupun filosofi.

Untuk dapat mewujudkan peran pemuda Hindu dalam mengajegkan dharma di Nusantara ini, harus dimulai sejak dini dari lingkup keluarga. Untuk mengajegkan dharma sangat perlu melakukan gerakan bersadhana setiap hari atau melakukan aktifitas spiritual setiap hari. Mulai dari awal ketika bangun tidur harus berdoa sampai melakukan aktifitas sampai akan tidur lagi. Wajib sembahyang (minimal 2 kali) ketika brahma muhurta dan sandhya kala, berdoa dalam setiap melakukan aktifitas, membaca kitab suci, jika perlu meningkatkan diri melalui yoga, mengikuti kegiatan pasraman, pesantian, dan melakukan pemujaan dan brata ketika hari raya dan hari suci.

Di dalam keluarga, orang tua juga memiliki kewajiban untuk membentuk anak-anak mereka menjadi pemuda yang suputra dengan cara memberikan contoh dan pengetahuan tentang perilaku beragama yang baik. Orang tua wajib menghaturkan yadnya (patram, puspam, palam, toyam, dupam), yadnya sesa (ngejot), tarpana, minimal satu kali setiap hari, apalagi yang telah memiliki merajan (rong telu), memuja para dewa dan mendoakan leluhur.

Untuk membentuk pemuda yang tangguh dan suputra, maka sejak dini harus dilalui setiap tahapan usia misalnya, melakukan upacara Vidyarambha samskara, upacara ini dilakukan sebelum upanayana. Memperhatikan setiap perkembangan anak hingga tumbuh menjadi pemuda yang memiliki pengetahuan, sraddha dan bhakti, dan perilaku spiritual yang baik.

Sebagai pemuda dan calon orang tua serta meiliki keluarga, maka ketika usia pemuda mulai menginjak untuk masa grhasta harus mau dan mencari tahu tentang wiwaha samskara. Seorang pemuda Hindu harus mulai cerdas dalam membawa diri khusunya menjaga diri termasuk kesehatan. Misalnya menjaga kesehatan alat reproduksi, dilarang melakukan seks bebas, usia pawiwahan harus cukup agar kelak melahirkan keturunan yang suputra dalam UU Perkawinan No. 1 Th. 1974 (pawiwahan bisa dilakukan pada usia 20 tahun), harus dapat mengendalikan usia perkawinan pemuda Hindu, “Bila anak muda kita kawin dengan gadis orang lain yang berbeda agama sebelum usia 20 tahun maka harus mendapat persetujuan dari kedua pihak orang tua. Apabila tidak mendapat persetujuan, maka tidak dijinkan melakukan perkawinan. Bila tetap dipaksakan maka yang bersangkutan akan dihadapkan pada UU yang berlaku dan berususan pada pihak berwajib dan akhirnya bisa masuk penjara”. Setiap pemuda Hindu harus mengetahui bahaya sekx bebas terhadap HIV/AIDS yang akan memusnahkan generasi, bahaya minuman keras yang akan melumpuhkan syaraf dan kecerdasan generasi serta merusak benih keturunan serta bahaya narkoba yang mematikan, menjadi pelopor kesehatan lingkungan, rumah, pura dan pasraman.

Setiap pemuda Hindu harus mampu dan menguasai pengetahuan untuk bagaimana kelak menurunkan keturunan yang suputra, yang cerdas (hindari pawiwahan yang dilarang). Khusus untuk gadis Hindu usahakan mengetahui bagaimana anak ketika masih di dalam kandungan mendapatkan asupan gizi yang tinggi, karena ini sangat penting utnuk pembentukan IQ, pembentukan IQ terjadi sejak di dalam kandungan. Pemuda Hindu harus memiliki pengetahuan untuk mewujudkan keluarga sukinah, agar ketika dihadapkan dalam permasalahan keyakina sudah memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak akan goyah dengan hasutan dan paksaan.

Pemuda Hindu harus menghindari perilaku negatif seperti tersurat dalam MDS.VII.46, yaitu menghindari 10 (sepuluh) perbuatan buruk yang berasal dari bersenang-senang seperti: berburu, berjudi, tidur siang hari, mencari kesalahan-kesalahan orang lain, berselingkuh, mabuk-mabukan, menari, menyanyi, menikmati musik yang berlebihan, dan bepergian yang tidak bermanfaat. Selain itu dalam MDS.VII.48 terdapat 8 (delapan) keburukan yang timbul dari kemarahan dan harus dihindari, yaitu: membual, kejam, dengki, cemburu, memfitnah, merampas hak orang lain, menghina dan menyerang orang lain yang tidak bersalah. Hendaknya pemuda Hindu harus menghindari hal-hal tersebut guna mengajegkan dharma.

Namun sebagai pemuda hendaknya melakukan bhakti secara teratur agar kita memperoleh phala bhakti yang akan sangat berguna untuk kehidupan kita saat ini dan masa depan. Seperti di dalam kitab suci Sarasamuccaya sloka 250, yaitu akan diperoleh empat phala bhakti yang utama: Kirti, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan selalu mendoakan keturunannya, agar selalu mendapatkan rejeki, keselamatan dan selalu bahagia. Ayusa/Dirgayusa, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan memberikan anugrah umur panjang, tidak banyak halangan dan dimudahkan hidup keturunannya. Bala, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan menganugrahkan kekuatan fisik dan mental kepada keturunannya. Yasa, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan memberikan anugrah agar para keturunannya selalu berbuat baik sehingga dapat meninggalkan jasa baik dan dikenang orang dengan baik.

Untuk dapat mewujudkan ajegnya dharma, dharma harus disampaikan secara terus menerus kepada keturunan atau generasi, sebagai generasi muda harus peka dan lebih kuat dalam mempertahankan dharma ini, jangan boleh ada keturunan yang memutusnya. Sebab sebagai pemuda Hindu harus paham bahwa lahir, hidup dan mati adala siklus. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemuda bahwa saat kita hidup di dunia ini perlu bantuan leluhur, begitu juga doa dari keturunannya sangat ditunggu oleh leluhur.

Pemuda Hindu harus berani menunjukan diri bahwa memiliki kemampuan untuk tetap mengajegkan dharma ini. Organisasi kepemudaan Hindu harus berparan aktif untuk mewujudkan cita-cita yang mulia ini. Membuat program yang benar-benar dapat berperan dan memberikan hasil nyata terhadap kemajuan pemuda Hindu. Hirarki kepengurusan dan jabatan harus benar-benar dikontrol agar tidak hanya sebatas kepentingan pribadi ketika menjadi pemimpin organisasi kepemudaan Hindu. Tugas dan fungsi dari organisasi kepemudaan Hindu harus bersama-sama kita kuatkan. Terutama di daerah-daerah basis hindu, jangan membiarkan kekosongan kepengurusan ataupun ke-fakuman pengurus tidak segera direspon, karena hal ini akan berpengaruh dan memberikan dampak besar terhadap kegiatan pemuda Hindu.

Sudah waktunya kita sebagai pemuda Hindu membenahi diri agar dapat bersaing disetiap tingkatan dan memberikan kontribusi untuk dharma agama dan dharma negara. Spirit besar yang diusung oleh pemuda Hindu untuk bina dharma, bina warga, bina kriya, bina sandhiwani dan bina karya harus benar-benar terwujud dan menjadi idiologi yang menyatu kuat dalam setiap diri kader pemuda Hindu untuk mengajegkan dharma.

Penulis: Aris Biantoro | Bandar Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun