Mohon tunggu...
Peradah Indonesia
Peradah Indonesia Mohon Tunggu... lainnya -

Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia [Indonesian Hindu Youth Association]. A non profit organization to promote Hindu youth empowerment for leadership and entrepreneurship. contact: infokom @peradah.org SMSCenter: 6281 3837 10000 follow us on Twitter @peradah website: www.peradah.org

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kepemimpinan yang Berorientasi Unsur Alam Dalam Mahabharata

11 Maret 2015   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam dunia pemerintahan sudah tentu seseorang akan menjadi bapak pembangunan bangsa, kenapa karna beliaulah yang mengambil keputusan orang banyak yang akan membawa perubahan untuk negara menjadi sejahtera, adil, dan makmur. Mengenai kepemimpinan didalam agama Hindu terkandung dalam Mahabarata maupun Niti Sastra yang sangat terkenal dari cerita Mahabarata yaitu Pandawa: 1. Yudistira, 2. Bima, 3. Arjuna, 4. Nakula, 5. Sadewa.

Dari kelima bersaudara tersebut mengajarkan kepemimpinan yang sangat bijak dan selalu menegakan rasa keadilan untuk orang banyak, dan juga perlu diketahui bahwa lahirnya putra Pandawa tersebut ialah hasil ciptaan para Dewa maka dari itu segala unsur-unsur alam selalu berorientasi kepada pandawa. Selanjtunya berbicara seorang pemimpin (leader) bukanlah pemimpi (dreamer). Pemimpin adalah pelayan (server).

Seorang pelayan dharma (dharma sevanam), yang bertujuan agar bumi ini lestari dan penghuninya sejahtera.  Untuk itu, menjadi pemimpin di atas bumi, harus memahami karakter bumi. Karakter bumi terbentuk karena keterpaduan unsur-unsur vital, yang sekaligus merupakan kekuatan bumi (the ultimate power of earth). Kekuatan bumi merupakan perpaduan dari lima unsur pertiwi/ tanah, air/ apah, api/ teja, bayu/ angin dan angkasa/ ether. Pemimpin di atas bumi harus mampu mengelola kekuatan bumi, untuk itu ia harus membumikan dirinya. Maksudnya, menjadikan dirinya sebagai bagian penting dari bumi ini.

Dalam ajaran agama Hindu yaitu Panca Maha Bhuta selalu berkaitan dengan dengan unsur alam diantaranya Bumi (pertiwi/ tanah) sebagian besar permukaannya diselimuti oleh air/ apah, dan ada sebagian kecil daratan dengan gunung-gunung yang di dalamnya terdapat magma (api/ teja) sebagai bagian dari bumi yang sangat panas. Setelah diselimuti oleh air, bumi diselimuti oleh udara/angin (bayu/angin), dan akhirnya yang terakhir bumi juga diselimuti oleh angkasa (ether). Bila melihat keterpaduan antara lima unsur vital (tanah/pertiwi, air/apah, api/teja, bayu/angin dan ether/angkasa) ini yang menjadikan bumi terbentuk dengan karakter yang tak terlepas dari karakter lima unsur yang dikenal dengan nama Panca Maha Bhuta (lima unsur vital pembentuk alam semesta).

Maka dari itu tidak ada pilihan lain bahwa tidak begitu mudah untuk bisa menjadi pemimpin yang baik serta menjadi pelayan untuk orang banyak. Untuk itu menjadi seorang pemimpin dipermukaan bumi, di negara manapun, dibutuhkan pemahaman di atas. Apapun suku bangsanya, ideologinya, agamanya, mau tidak mau kalau ingin sejahtera, maka pengetahuan tentang bumi harus dimengerti dengan baik. Artinya, sebagai sesuatu yang sangat mendasar, pengetahuan tentang bumi, bagi seorang pemimpin sangat diperlukan karena pengetahuan itu bersifat universal.

Latar belakang singkat diatas itulah yang memberikan ide, sehingga tulisan ini berjudul, “Kepemimpinan Yang Berorientasi Unsur Alam Dalam Mahabarata.” Apabila melihat kedalam bahwa Kepemimpinan model ini memang kelihatannya bagi umat Hindu merupakan sesuatu yang baru, karena sulit menemukan ini dalam sastra-sastra; walaupun komponennya sudah menebar di masyarakat Hindu, hanya saja belum dikompilasi.

Merefleksikan Lima Unsur

Yang menjadi permasalahnya, bagaimana merefleksikan konsep lima unsur ke dalam pola kepemimpinan universal, tidak hanya untuk para pemimpin Hindu; dan ini memang tidak mudah. Agar tetap mengacu kepada sastra-sastra Hindu, maka dari  itu paparan ini nantinya tetap bersumber kepada sastra, namun pembahasannya disajikan dengan bahasa sederhana. Untuk itu kita memerlukan sastra dan konsep-konsep Hindu yang menunjang kehidupan, sebagai pendukung agar pola-pola kepemimpinan yang berorientasi kepada bumi ini benar-benar aplikatif dan relevan. Benar-benar bisa diwujudnyatakan, bukan terhenti sebatas teori, bukan angan-angan dan wacana belaka. Ada nilai-nilai filosofis yang terkandung serta tidak mengabaikan spiritualitas Hindu, namun tetap bersifat universal. Sastra yang dimaksud dan sangat sederhana adalah Asta Dasa Parwa (Mahabharata).

Pandawa dan Panca Maha Bhuta

Dalam merefleksikan lima unsur dengan kepemimpinan tersebut, dari Mahabharata yang bisa diambil adalah model kepemimpinan Panca Pandawa, dan keterkaitan lima bersaudara ini dengan lima unsur pembentuk alam semesta. Keterkaitan ini akan menghasilkan karakter dari lima bersaudara ini dalam memimpin negerinya, dalam kepemimpinan yang integratif dan kolektif. Bila melihat secara mendalam bahwa dari kelima bersaudara itu mewakili karakter dari lima unsur, yang terefleksikan dalam pola kepemimpinan yang mereka miliki yaitu: Yudistira memiliki karakter yang mewakili ether (angkasa), Bima mewakili bayu (angin), Arjuna mewakili teja (api), Nakula mewakili apah (air), dan Sahadewa mewakili pertiwi (tanah). Selanjutnya, kita akan lihat dari masing-masing karakter yang setiap figur tersebut, nantinya bisa dijadikan model kepemimpinan.

Yudistira

Sedangkan angkasa ini sangat Luas yang tak dapat diukur, menggambarkan keluasan wawasan dan kesabaran seorang pemimpin, seperti Yudistira. Karakter ini didapatkannya dari kekuatan yang diterima oleh pengayom spiritualnya, yaitu Dewa Dharma, dewa dari segala kebenaran. Ia jujur, tenang, lembut hati, tidak pernah berbohong, positive thinking dan selalu minta pertimbangan saudara-saudara yang mendampinginya, termasuk Sri Krishna. Walaupun keputusan akhir ditangannya, ia tidak mengabaikan masukan-masukan dari orang-orang yang setia.

Untuk masalah spiritual tidak perlu diragukan lagi, fakta dan buktinya usai perang besar Bharatayudha, setelah menyerahkan kekuasaan kepada Prabu Parikesit (cucu Arjuna), dalam perjalanan rohani menuju swargaloka (Rohanika Parwa), hanya Yudistira yang mampu menembus dimensi kadewatan dengan badan wadagnya. Walaupun ini hanya lambang, artinya karena Yudistira mewakili atau lambang ether, maka ia mampu menuju swargaloka tanpa kendala. Ether mampu berada di alam sekala maupun niskala. Ether adalah lambang kekuatan spiritual.

Bima

Walaupun tokoh Bima ini yang sangat kuat, keras, tegas, berani, jujur dan adil, tidak pamrih, tidak takut kepada siapapun, adalah karakter orang kedua dari lima Pandawa ini. Ia adalah lambang kekuatan hidup atau vayu. Mengikuti sifat angin, dengan pengayom Dewa Bayu, yang terkuat dari para dewa; memberikan keamanan dan kenyamanan, siap berada di mana saja untuk masyarakat banyak. Tidak takut ancaman, hambatan tidak pernah dihindari, semua dihadapi dengan tegar dan pantang menyerah, pantang mengeluh. Ia selalu mengingatkan agar Yudistira hati-hati dan waspada. Bima memiliki tiga putra perkasa, yaitu Gatotkaca yang menguasai angkasa, Jayakatwang yang menguasai samudra dan Antareja yang menguasai kedalaman bumi.

Yang artinya, bahwa seorang pemimpin harus selalu seperti angin yang peduli kepada bumi, air dan angkasa yang merupakan unsure alam. Bayu memiliki kekuatan yang dahsyat serta mampu merubah alam semesta dalam beberapa hembusan saja, khususnya bumi, air dan angkasa. Kisah Dewaruci merupakan bukti bahwa Bima juga memiliki tingkat spiritual yang tinggi, walaupun dalam Rohanika Parwa ia harus mati sebelum mencapai swargaloka.

Arjuna

Yang ketiga yaitu sebagai penengah/ penyeimbang diantara para Pandawa ini serta memiliki semangat yang tak kenal menyerah. Betapa ia dengan penuh kesadaran dan ketidakterikatan dan pengendalian diri, mengorbankan masa mudanya dengan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mendapatkan ilmu karena menyadari bahwa ia adalah andalan pihak Pandawa dalam Bharatayudha. Api semangat dalam hatinya sebagai pejuang tak pernah lekang, selalu menyala. Arjuna mendapatkan pengayoman dari Dewa Indra, raja para dewa, penguasa swargaloka. Sebagai pemimpin Arjuna adalah bibit unggul, karena api semangat dan pengorbanannya untuk masyarakat yang tak pernah padam.

Nakula dan Sahadewa

Anak kembar dari para Pandawa ini adalah saudara tiri dari ketiga figur Pandawa sebelumnya dari Dewi Madri. Mereka berdua adalah titisan Dewa Kembar Aswin. Nakula dan Sahadewa mewakili air (apah tattwa) dan tanah (pertiwi tattwa). Gabungan keduanya menjadikan lambang bahwa tanah dan air merupakan perpaduan abadi. Nakula mewakili air, lambang kepatuhan dan kesetiaan; memiliki karakter jiwa yang lembut, sejuk, mengalir seperti air, mengikuti lekuk-lekuk sungai; akhirnya menuju ke samudra luas. Mengalir seperti air, menggambarkan kecerdasan dan kebijaksanaan. Tidak suka berdebat, tanpa solusi. Tetapi lebih suka bekerja, akan lebih melakukan pekerjaan sendiri, sekecil apapun itu.

Sedangkan Sahadewa mewakili tanah, memiliki karakter kokoh, teguh, kuat, setia namun penuh kasih kepada semua mahluk; namun siap menghadapi kekuatan jahat. Tokoh ini jarang sekali berbicara dalam perannya sebagai bagian dari lima bersaudara. Keduanya, hampir-hampir tidak pernah meninggalkan Yudistira., seolah bayangannya.

Dengan memadukan karakter dari masing-masing figur Pandawa yang merefleksikan lima unsur tersebut, maka dapat disusun kriteria kepemimpinan dari perspektif Hindu yang mengandung nilai-nilai filosofis dan juga spiritualitas.

Bila melihat kembali Kepemimpinan Panca Pandawa yang berlandaskan lima unsur (ether, bayu, api, air dan tanah), paling tidak mengajarkan kepada para pemimpin bangsa untuk bias membangkitkan kembali kekuatan spiritualnya agar mampu seperti Yudistira (tenang), Bima (memiliki kekuatan hidup), Arjuna (ketidakterikatan dan pengendalian diri), Nakula (mematuhi aturan) dan Sahadewa (siap melawan kejahatan).

Penulis: Putu Darma Bagus | Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun