Mohon tunggu...
Peradah Indonesia
Peradah Indonesia Mohon Tunggu... lainnya -

Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia [Indonesian Hindu Youth Association]. A non profit organization to promote Hindu youth empowerment for leadership and entrepreneurship. contact: infokom @peradah.org SMSCenter: 6281 3837 10000 follow us on Twitter @peradah website: www.peradah.org

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jokowi Titisan Sang Prabu Gajah Mada

12 Maret 2015   00:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961, Joko Widodo atau kerap disapa Jokowi ini terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Pria yang juga menjadi mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo  dari tahun 2005 ini menjadi sorotan publik dengan ciri khasnya sebagai seorang pemimpin yang lebih memilih meninjau langsung wilayah yang dianggap bermasalah atau lebih dikenal gaya blusukan.

Walaupun memiliki rekam jejak yang cukup pahit dalam perjalanan hidupnya, ia mampu bangkit dari kondisi lemah itu, dengan membuktikan bahwa dirinya mampu melanjutkan Pendidikan dibangku Perguruan Tinggi, yakni tepatnya ia diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dan setelah lulus berhasil menjadi seorang pengusaha yang bergerak dibidang furniture. Setelah selama dua periode menjabat sebagai Wali Kota Solo namanya mulai dikenal oleh berbagai kalangan atas kesuksesannya merubah wajah Solo menjadi Kota Hijau.

Dengan prestasi yang dimiliki Jokowi, Bapak tiga anak ini kemudian diusung oleh partainya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk memasuki pemilihan Gubernur DKI Jakarta dengan didampingi Basuki Tjahaja Purnama atau yang kerap disapa Ahok, dan akhirnya berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2012, dan kemenangan itu dianggap sebagai dukungan popular untuk seorang Pemimpin yang baru, bersih, dan jujur.

Dengan usia yang hampir menginjak kepala enam, hal tersebut tak menyurutkan semangat Jokowi untuk terus berkarya untuk meneruskan cita-cita luhur Bangsa. Seiring berjalannya waktu popularitas yang dimiliki Jokowi semakin melambung tinggi pasca terpilihnya ia sebagai orang nomor satu di Ibu Kota Jakarta. Atas dukungan yang terus mengalir dari berbagai kalangan, kondisi tersebut akhirnya membawa Jokowi pada tugas yang lebih besar yakni, ia dijadikan calon Presiden ntuk Pemilihan Umum Presiden Indonesia pada 2014. Ditambah lagi dengan adanya survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey di Indonesia yang menunjukan bahwa namanya mejadi primadona dikalangan masyarakat.

Kondisi tersebut semakin mengokohkan posisi Jokowi untuk melanjutkan usulan dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri melangkah optimis untuk ikut serta dalam pesta demokrasi yang diadakan setiap lima tahun sekali itu.  Namun, hal itu masih menjadi rahasia antara Jokowi dan Megawati untuk sepakat tidak mengumumkan Calon Presiden yang diusung PDIP sampai Pemilihan Umum April 2014. Lalu tiba saatnya penetapan pasangan Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, menggantikan pemerintahan SBY-Boediono.

Kebijaksanaan dan kerendahan hati Presiden Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan mengingatkan kita pada seorang tokoh Nasional pada kejayaan Majapahit yang legendaris yang juga sangat tersohor dengan jiwa kepemimpinannya saat memimpin kerajaan Majapahit. Konon Patih Gajah Mada merupakan keturunan asli Dewa Brahma, Dewa yang yang memiliki peran penting dalam segala bentuk penciptaan alam semesta.

Gajah Mada yang merupakan keturunan dari Dewa Brahma menjadi sarana citra, keluarga serta keturunannya sebagai sosok yang terhormat didalam masyarakatnya. Patih Gajah Mada juga dikenal dengan seorang yang digjaya Nindyeng atau jaya tidak tercela di seluruh dunia. Selain itu sosok Gajah Mada juga dikenal sebagai pemersatu Nusantara sampai ke Kepulauan Madagaskar, Malaysia hingga Filipina Selatan. Salah satunya yang terkenal adalah Kekawin Gajah Mada yang berarti nyanyian sakral, suci seorang pemimpin Negara pada jaman Majapahit.

Sososk Gajah Mada juga dikenal memiliki kemampuan untuk memasukkan dewa-dewa khayangan kedalam tubuhnya yang popular dengan sebutan Asta Brata yang juga tertuang dalam kekawin Ramayana. Ajaran kepemimpinan yang dianut Patih Gajah Mada ini, juga terdapat dalam jiwa kepemipinan Jokowi, dimana Jokowi senantiasa menampilkan aura datar namun mampu memberikan gebrakan tak terduga didalam suatu pemerintahan. Selain itu kemiripan sifat yang dimiliki dua pemimpin Negara ini, seperti selalu memberikan ide atau gagasan yang dapat mengantarkannya mencapai kedudukan yang tinggi sebagai pemimpin Negara.

Sesuai dengan konsep Asta Brata, seorang pemimpin hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Berintegritas dan loyalitas

2. Menjadi pelopor negara

3. Mampu memberikan semangat / motivator

4. Mampu bersikap tegas dan adil

5. Cerdas dan kreatif

6. Berwibawa dan santun

7. Mementingkan kepentingan rakyatnya

8. Mampu melindungi serta mensejahterakan rakyat

9. Memiliki sikap gagah berani, bertanggungjawab, tangguh, dan takkluk pada hukum

10. Bijaksana, dan menjunjung nilai-nilai kepahlawanan.

Namun terlepas dari kata sempurna dua sosok pemimpin Negara ini juga memiliki ketumpulan dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga apa yang mereka lakukan untuk kepentingan rakyat tidak serta-merta berjalan dengan mulus dan sempurna. Karena pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna melebihi sifat Tuhan. Maka dari itu seorang pemimpin Negara hendaknya mampu mengendalikan diri serta senantiasa mau menerima kritikan-kritikan dari masyarakat yang sifatnya membangun Negara itu sendiri.

Konsep atau ajaran kepemimpinan tidaklah hanya menjadi kewajiban bagi pemimpin atau calon pemimpin melainkan juga menjadi kewajiban setiap orang, termasuk masyarakat sebagai anggota yang dipimpin oleh pemimpin itu sendiri. Dengan mengerti konsep kepemimpinan, diharapkan kita sebagai mahluk sosial mampu memahami bagaimana sikap seorang pemimpin dalam mengayomi masyarakatnya, begitu pula bagaimana seorang masyarakat mematuhi apa yang telah menjadi wewenang seorang pemimpin.

Penulis: I Ketut Sumita | Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun