Mohon tunggu...
Pepy CeliBerliana
Pepy CeliBerliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Melihat dunia dari perspektif paling unik

Selanjutnya

Tutup

Love

All Too Well Short Movie: Bagaimana Perilaku Toxic Dikemas dalam Bentuk Cinta dalam Suatu Hubungan

8 Januari 2024   19:13 Diperbarui: 10 Januari 2024   13:34 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

All Too Well Short Movie: Bagaimana Perilaku Toxic Dikemas dalam Bentuk Cinta dalam Suatu Hubungan

Toxic Behaviour bisa dikemas dalam bentuk belaian cinta kasih sehingga si korban tidak menyadarinya


Taylor Swift dikenal dengan lagu-lagunya yang mampu menyentuh hati para pendengarnya. Liriknya terkesan puitis dan penuh makna, dipadukan dengan nadanya yang sederhana namun enak didengar. Selain itu, lagu-lagu Taylor Swift selalu bermula dari cerita kehidupan pribadinya dan tentunya membuat pendengarnya merasa terhubung secara batin dengannya. Salah satu lagu tersebut adalah All Too Well dari album Red yang dirilis pada tahun 2012. Pada 12 November 2021, Taylor kembali merilis lagu dengan durasi lebih panjang, All Too Well versi 10 menit. Tentu saja hal ini membuat heboh media sosial karena tak hanya berhenti merilis ulang lagu versi panjangnya, Taylor juga merilis All Too Well versi film pendek berdurasi lima belas menit.

Bukan sekadar film pendek asal-asalan untuk bersenang-senang, dalam film pendek ini Taylor menceritakan kisah hubungannya selama tiga bulan dengan aktor Jake Gyllenhaal. Di awal film, sosok Taylor yang diperankan Sadie dan sosok Jake yang diperankan O'Brien terlihat bahagia dan ceria. Bahkan Taylor mengatakan bahwa hubungan mereka seperti "magic". Perlu diingat bahwa dalam hubungan ini, Taylor Swift berusia 19 tahun sedangkan Jake berusia 30 tahun. Usia Taylor yang terbilang masih remaja menurut Parenting Teens and Tweens, membuatnya mudah untuk dimanipulasi karena perkembangan kognitif  (fenomena di dalam otak remaja)nya belum sempurna ditambah lagi dengan kurangnya pengalaman hidup. Hal ini tentu saja menempatkan Taylor pada posisi yang jauh lebih lemah dibandingkan Jake.

Penggambaran perbedaan usia tersebut adalah melalui karakter Jake yang wajahnya ditutupi janggut sebagai tanda kedewasaan dan karakter Taylor sendiri yang dibiarkan natural dengan wajah baby face-nya. Laman WomensHealth bahkan dengan serius menunjuk gambaran tersebut dengan, "Rasanya tidak nyaman melihat O'Brien yang berjanggut berkencan dengan Sink yang berwajah bayi dan memang seharusnya begitu."

Namun, seiring kemajuan hubungan mereka, Taylor mengungkapkan bahwa "the magic is not here no more," dan perlahan dia merasakan ada sesuatu yang terjadi dalam hubungan mereka tetapi dia masih belum menyadari persis apa itu. Adegan di mana Taylor mencoba menggenggam tangan Jake di depan teman-temannya saat makan malam, namun Jake menolak. Dan tindakan itu membuat Sink merasa kesal. Saat acara berakhir, Jake bertanya mengapa Taylor terlihat kesal. Bukannya menenangkan Taylor yang sedang merasa kesal, dia malah meremehkan Taylor yang terlihat kesal dan berpikir apa yang Taylor hanyalah suatu hal yang konyol dan omong kosong belaka. Dengan caranya memperlakukan Taylor tersebut, Jake telah melakukan tindakan yang disebut sebagai Gaslighting terhadap Taylor. Gaslighting---sejenis pelecehan psikologis yang bertujuan untuk membuat korbannya terlihat atau merasa "gila", yang dapat menciptakan sesuatu yang "tidak nyata". Dan membuat suatu lingkungan interpersonal yang membuat korban kembali mempertanyakan perasaannya (Paige L. Sweet, 2019). Dan yang jelas perasaan yang Sink rasakan tidak diakui oleh Jake. Tindakan penyangkalan Jake tersebut bisa dikategorikan sebagai gaslighting karena bisa dengan jelas kita lihat bahwa apa yang dia katakan bisa membuat Taylor tidak mempercayai perasaannya sendiri seolah-olah apa yang ia rasakan tersebut tidak nyata.
169053f7-bd0e-444c-98f0-40c25f4490cf-659bbc5312d50f78bc5eeef2.jpeg
169053f7-bd0e-444c-98f0-40c25f4490cf-659bbc5312d50f78bc5eeef2.jpeg
Dalam praktik Gaslighting terkadang ada juga yang menggunakan cara manipulasi lain yaitu Playing Victim, yang menurut Psikolog Klinis Ika Amalia, Playing Victim dilakukan untuk memperkuat aksi gaslighting yang dilakukan pelaku terhadap korban. Playing Victim Jake terhadap Taylor terlihat jelas saat ia mengatakan "Aku pikir kamu membuat dirimu sendiri merasa seperti itu," seolah-olah perasaan itu tercipta dari kondisi yang Taylor ciptakan sendiri. Dan membuat seolah-olah Jake adalah korban dari perasaan Taylor. Tentu saja situasi ini membuat Taylor merasa dirinyalah pelaku yang melakukan suatu tindak kejahatan terhadap Jake. Dilanjutkan lagi dengan Jake yang mengatakan, "Saya pikir kamu membuat dirimu merasa seperti itu" yang lalu makin membuat Taylor berpikir tentang apakah yang dia lakukan itu benar? apakah aku salah telah berbuat seperti itu terhadap Jake? Taylor berada dalam posisi bingung terhadap dirinya sendiri. Tindakan manipulasi lain terlihat pada adegan setelahnya yaitu saat Jake memberikan pelukan kepada Taylor dan berkata "Aku tidak ingin berkelahi," membuat Taylor semakin yakin bahwa perasaannya hanyalah omong kosong dan bahwa Jake masih mencintainya.

2bb5ecde-03d6-44fd-90f4-96a4317d5577-659be169de948f6e3e021572.jpeg
2bb5ecde-03d6-44fd-90f4-96a4317d5577-659be169de948f6e3e021572.jpeg

Saat kita melihat kembali adegan dimana Taylor sedang makan malam bersama Jake dan teman-temannya, kita dapat dengan jelas melihat ada sesuatu yang "tidak beres". Yaitu Jake yang seperti tidak menganggap Taylor ada. Taylor yang merasa Jake tidak mempedulikannya, berusaha menarik perhatian dan perlindungan Jake terkait situasi yang tidak menyenangkan bagi Taylor tersebut dengan mencoba menggenggam tangan Jake. Alih-alih membalas genggamannya, Jake malah menepis genggamannya. Jake juga bahkan tidak memandang Taylor seolah Taylor tidak ada di sana. Dalam adegan lain dimana Jake tiba-tiba menghentikan mobilnya di tengah tempat yang tidak diketahui Taylor, lalu keluar dari mobil dan membanting kunci ke tanah tanpa menjelaskan sepatah kata pun kepada Taylor, lalu meninggalkan Taylor dalam keadaan bingung sendirian di dalam mobil. Taylor selalu berpikir bahwa Jake akan menjadi orang yang membantunya dalam segala hal karena menurutnya Jake sangat mencintainya, namun kenyataannya, ia malah meninggalkannya sendirian. Itu menjadi pertanda bahwa ia melakukan tindakan ignorance terhadap Taylor. Ignorance yang mana menurut kamus online Merriam-Webster adalah ketidaktahuan sebagai: keadaan atau fakta ketidaktahuan: kurangnya pengetahuan, pendidikan, atau kesadaran. Bukan hanya sekali Jake melakukannya, tapi berkali-kali termasuk saat dia tidak menghargai perasaan Taylor dan saat Taylor mencoba menyuarakan perasaannya, Jake menganggap itu konyol. Dan pada saat Taylor benar-benar menyebutkan bahwa dia merasa tidak nyaman berada di dekat teman-teman Jake yang seumuran dengannya, Jake justru membalikkan keadaan dengan mengatakan "Mereka adalah teman-temanku," yang seolah-olah karena mereka adalah teman Jake jadi Taylor tidak berhak mengatakan bahwa dia merasa tidak nyaman. Jake jelas mengabaikan perasaannya.

(All Too Well: The Short Film/ Foto: YouTube/Taylor Swift)
(All Too Well: The Short Film/ Foto: YouTube/Taylor Swift)
Kita menjadi saksi langsung atas ketidakseimbangan kekuatan dan kedewasaan yang melingkupi suatu hubungan yang berujung pada hubungan yang Toxic  seiring berjalannya kehidupan hubungan. ".....karena perbedaan usia mereka menjadi perdebatan yang muncul di sepanjang film," WomensHealth menambahkan. Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita berada dalam situasi yang tidak sehat atau bahkan terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan adalah Toxic. Menurut Simone Marie (2022) untuk menghindari  perbuatan guilt-trip Ping yang bisa saja kita lakukan terhadap seseorang, kita harus belajar untuk mendengarkan orang lain. Kita harus tahu bahwa dalam diri seseorang akan terdapat banyak perbedaan dan setiap individu pasti punya banyak hal yang berbeda dalam diri masing-masing. Belajarlah untuk menghormati dan mendengarkan. Karena saat kita menjalin hubungan, kita berharap orang yang paling kita cintai menganggap pendapat kita valid. Secara tidak sadar kita mengatakan pada diri kita sendiri bahwa mereka harus mendukung kita dan tidak membuat kita merasa gila ketika kita mempunyai perasaan yang aneh ataupun berbeda. Dan yang terpenting agar kita terhindar dari hubungan yang Toxic, adalah dengan mengenalinya. Untuk menghindari hubungan yang Toxic, penting untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini, seperti kurangnya rasa hormat, sikap negatif yang terus-menerus, perilaku yang suka mengontrol, dan upaya yang tidak seimbang secara terus-menerus. Mengutamakan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan orang terdekat. Carilah hubungan yang mendorong rasa saling menghormati, mendukung, dan kehangatan. Luangkan waktu untuk memahami nilai-nilai Anda sendiri dan apa yang sebenarnya Anda cari dalam suatu hubungan, terutama ketika hubungan mulai berjalan ke arah romantis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun