Mohon tunggu...
Onny Rosdiono
Onny Rosdiono Mohon Tunggu... -

menulis untuk berbagi dan memuaskan dahaga batin. tertarik dengan dunia pendidikan, seni, filsafat, teknologi dan bisnis.\r\nsilakan mampir ke blog saya yang lain di http://pepperonny.tumblr.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Musik Dekade 80-an, Sebuah Kronikel (Part I)

27 April 2010   08:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dekade 1980-an adalah masa yang penuh dengan kenangan indah saya. Kala itu adalah tahun-tahun dimana saya benar-benar menikmati kehidupan masa kecil sekaligus remaja yang indah. Pada masa itu pula saya berkenalan dengan musik secara intens. Usia 7 tahun saya sudah meninggalkan lagu-lagu anak-anak dan mulai tertarik dengan lagu-lagu The Beatles. Sejak saat itu, saya mulai mengeksplorasi berbagai jenis lagu dan musik yang ada pada jaman itu. Saya tidak memilah-milah asal musik yang saya sukai. Selain musik pop yang lebih mudah dicerna oleh anak seusia saya, musik rock juga mulai menarik perhatian saya. Menginjak SMP, jazz menjadi pilihan saya. Kalau kebanyakan orang sudah dari awal menolak mendengarkan musik yang tidak disukainya, saya malah selalu mencari 'sesuatu' yang menarik dari sebuah musik. Bahkan bila saya tidak paham akan musik itu. Tak jarang saya merasa perlu untuk terus memutarnya berulang-ulang agar ketemu 'klik'nya. Alhasil, saya berkesimpulan semua jenis musik adalah indah. Hanya perlu fleksibilitas kita untuk mengapresiasinya. Cari sudut pandang yang lain, maka kita akan menemukan keindahan itu. Kembali ke dekade 80-an. Saya melihat banyak sekali hal terjadi pada saat itu yang ikut memberi warna bagi perkembangan musik dunia. Beberapa kejadian menarik menjadi semacam milestone bagi sejarah musik pada masa itu. Saya akan memisahkan tulisan untuk masing-masing milestone dekade 80-an di dunia dan Indonesia. Pada bagian pertama, tulisan akan berkutat pada musik dunia, a.k.a. Amerika dan Eropa. Fenomena The Police The Police yang berawak tiga pemuda; Sting, Andy Summers dan Stewart Copeland mengharu biru penggemar musik pada akhir 70-an hingga awal 80-an. Musik mereka yang unik adalah peleburan antara punk dan reggae. Notasi-notasi yang khas punk menjadi renyah saat dihidangkan dengan ketukan reggae. Pada beberapa lagu, ketukan birama sengaja diberi sentuhan staccato seperti pada lagu Roxanne yang melegenda itu. The Police bubar setelah mengakhiri tur Synchronicity pada tahun 1984. Bukti melegendanya trio ini adalah saat mereka kembali muncul pada konser reuni tahun 2007. Sebanyak puluhan ribu tiket habis diborong hanya dalam waktu kurang dari 2 jam saat konser akan digelar di Stade de France, Paris. Munculnya Megabintang Madonna dan Michael Jackson Michael Jackson sebenarnya memang sudah dikenal sejak kemunculannya bersama keempat saudaranya dalam The Jackson Five. Namun namanya kian melambung dan dinobatkan sebagai king of pop sejak dirilisnya mega album Thriller pada tahun 1982. Berbagai prestasi diraih oleh album ini dan makin mengukuhkan dominasi sang raja pada kancah musik dunia. Demikian juga Madonna. Wanita berdarah Italia ini meluncurkan album perdananya yang berjudul sama dengan namanya pada 1983. Walaupun berisikan beberapa lagu yang menjadi hits, tapi Madonna baru merasakan menjadi superstar saat menelurkan album keduanya yang bertitel Like A Virgin. Album ini hingga sekarang telah terjual lebih dari 20 juta kopi. Sejak saat itu Madonna yang dijuluki The Material Girl menempatkan diri sebagai salah satu megabintang dunia. Uniknya, kepopuleran kedua bintang ini mendapat saingan. Michael Jackson ditempel ketat oleh Prince dan Madonna dibuntuti oleh Cyndi Lauper. [caption id="attachment_127937" align="alignright" width="300" caption="Prince (sumber : retroho.wordpress.com)"][/caption] Prince dikenal oleh publik lewat albumnya yang berjudul Purple Rain. Bersama The Prince and The Revolution, ia menggarap album ini sebagai soundtrack dari film berjudul sama. Majalah Time menempatkan Purple Rain dalam 15 album terbesar sepanjang masa pada tahun 1993. Prince memenangi dua grammy untuk album ini pada tahun 1985. Media memilah latar belakang karya-karya Michael Jackson dan Prince sebagai dua kutub yang berseberangan. Michael Jackson dengan lirik yang memuja cinta secara universal sementara Prince lebih mengacu pada seks. Sementara itu, Cyndi Lauper rupanya tidak mampu mengejar ketenaran dan kebesaran Madonna. Hal ini antara lain didukung oleh publikasi berlatar kontroversi yang banyak menaungi Madonna. Antara lain publikasi album foto Madonna berjudul Sex dan produktifnya Madonna dalam mengeluarkan album. Diakui atau tidak, Madonna memang lebih memiliki karakter seorang megabintang bila dibandingkan Cyndi Lauper. Tengoklah saat usia menjelang senjanya saat ini, Madonna tetap menjadi benchmark penyanyi wanita tersukses dan terpopuler di dunia. Demam Tari Kejang Untungnya demam yang ini tidak menyebabkan kejang yang membahayakan kesehatan. Tari kejang adalah pengindonesiaan dari istilah breakdance. Mungkin karena gerakannya yang patah-patah hingga tarian anak muda ini disebut tari kejang. Akibat populernya breakdance, maka berimbas pula pada makin populernya hip hop atau rap yang umumnya dinyanyikan oleh artis kulit hitam. Musik pengiring breakdance adalah rap yang memang sesuai dengan gerakan tarian itu. Tarian ini sendiri lebih mirip seseorang yang sedang berpantomim, tapi digabungkan dengan free style dance seperti headspin atau berputar dengan kepala sebagai sumbu putarnya. Lahirnya Dance Metal Musik rock and roll beregenerasi dengan liar sejak kemunculan pertamanya pada periode 1950-an. Musik yang lahir lewat semangat pemberontakan terhadap ideologi kemapanan saat itu, hadir makin keras pada dekade 70-an. Beberapa jenis sub-genre rock bermunculan ditandai dengan varian seperti hard rock, classic rock, psychedelic rock, art rock, hingga heavy metal. [caption id="attachment_127926" align="alignright" width="300" caption="Europe (sumber : snooloui.webs.com)"][/caption] Band heavy metal seperti Black Sabbath, Deep Purple dan Led Zeppelin menjadi jawara musik hingar bingar pada periode ini. Pada tahun-tahun itu musik rock masih belum banyak memanfaatkan keyboard, kecuali sound organ Hammond seperti pada intro lagu A Whiter Shade of Pale-nya Procol Harum. Tapi pada pertengahan 80, musik heavy metal muncul lebih nge-pop dengan iringan keyboard dan synthesizer. Pelopor musik yang tak jarang disebut sebagai dance metal ini adalah Europe dan Bon Jovi. Kedua band metal ini bahkan disebut-sebut bersaing ketat pada masa awal kemunculannya. Lalu kenapa disebut dance metal? Ya karena musik metal yang satu ini begitu nge-popnya hingga para DJ diskotik saat itupun memasukkan lagu genre ini dalam daftar putarnya. Dalam sejarahnya, baru kali inilah musik metal melantai di arena diskotik. New Wave [caption id="attachment_127910" align="alignleft" width="300" caption="Duran Duran (sumber : popjunkie.wordpress.com)"][/caption] Sebuah gelombang baru musik pop yang dipengaruhi oleh musik elektronik dan disko muncul dari Inggris dan mengguncang dunia. British invasion periode kedua kembali menampar Amerika yang dikenal sebagai pusat industri musik dunia. Musik genre baru ini bukan hanya mempengaruhi musik dunia, melainkan juga budaya pop dunia. New wave bukan hanya mengenai karya musik. New wave adalah produk budaya seperti juga halnya flower generation pada medio 70-an. Pada tahun kemunculan new wave ini, para musisi pengusungnya memperkenalkan juga gaya dandanan yang unik dan terkesan futuristik dan elektrik. Kadang berkesan asal tabrak dan penuh dengan warna mencolok. Coba tengok dandanan grup seperti Duran Duran dan Wham! Belum lagi kalau kita melirik pada dandanan Boy George, vokalis Culture Club. Ya, tiga grup itu adalah pengusung new wave yang paling dikenal saat itu. Bisa dibilang mereka jugalah yang menguasai panggung hiburan pop dunia pada pertengahan 80-an. Namun sayangnya duo Wham! yang digawangi George Michael dan Andrew Ridgeley akhirnya harus berpisah pada tahun 1986, di saat puncak karir mereka. Duran Duran menjadi satu-satunya survivor dari ketiga grup tadi hingga saat ini, walaupun sempat berganti-ganti formasi. Formasi saat ini adalah formasi sukses mereka pada pertengahan 80-an. John Taylor dan Andy Taylor sempat keluar dan membentuk The Power Station bersama Robert Palmer. Sementara sisanya, Nick Rhodes, Roger Taylor dan Simon Le Bon membentuk Arcadia. Pada 2004, John dan Andy Taylor kembali bergabung, namun Roger memilih untuk pensiun. Tulisan akan disambung pada artikel mengenai musik Indonesia dekade 1980-an. Ditunggu ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun