Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Ghost Writer

6 Februari 2012   05:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13285054521474642987

The Ghost Writer adalah salah satu film beraksen London yang saya tonton beberapa waktu lalu. Film garapan sutradara Roman Polanski dan dibintangi antara lain oleh Pierce Brosnan ini cukup lengket dalam pikiran saya. Karena bagus, tentunya. Pendeknya, film ini tidak sebagaimana galibnya film Hollywood yang terbiasa menyenangkan semua penonton dengan adegan seru, lalu berakhir dengan kejayaan si "empunya lelakon". Film The Ghost Writer bernuansa kelabu, bersetting kota pinggiran London yang temaram dan kelabu dengan klimaks yang sulit ditebak. Bukan film itu yang ingin saya bahas dalam kesempatan ini, melainkan kata "The Ghost Writer" itu sendiri. Apakah terjemahannya dalam bahasa Indonesia menjadi "penulis iblis", "penulis genderuwo" atau "penulis dedemit"? Tidak pas juga. Bukan setan dan sebangsanya yang dimaksud "ghost" di sini. Mungkin padanan yang paling tepat adalah "penulis bayangan". Sebab secara makna, The Ghost Writer dimaksudkan sebagai "penulis bayangan", yang nama jelasnya tidak pernah dicantumkan alias selalu disembunyikan. Pertanyaannya, rugi dong nama jelas si penulis tidak dimunculkan? Bagaimana seorang penulis bisa eksis kalau namanya tidak dimunculkan secara byline? Jawabannya; tetap bisa eksis. Bukankah penulis itu tetap bisa ada (eksis) justru karena dia bertindak selaku penulis bayangan! Apakah menjadi penulis bayangan itu bisa menghasilkan uang? Jelas, bisa menghasilkan! Seorang penulis bayangan biasa disewa oleh penerbit tertentu, yang meminta jasanya menuliskan otobiografi seseorang. Orang ternama tentunya. Atau si penulis bayangan bisa langsung diminta oleh seseorang yang ingin biografinya ditulis sebagai "otobiografi". Orang ini, biasanya pejabat atau usahawan, ingin menulis "otobiografi" dengan bergaya "orang pertama" (saya atau aku). Namun, apalah daya waktu dan kemampuan untuk menulis sebenarnya tidak punya. Di sinilah penulis bayangan atau The Ghost Writer itu tampil. Dia tak ubahnya seorang jurnalis yang berusaha menggali sumber. Ia wawancara tokoh yang ingin sosoknya ditulis sebagai "otobiografi". Ia lakukan riset kepustakaan, dokumentasi, dan video. Ia terikat kontrak dengan si tokoh yang ingin ditulisnya, juga terikat kontrak dengan penerbit yang memesannya. Tentu saja uang muka dan perjanjian bisnis sudah ditandatangani sebelumnya. The Ghostwriting dengan sendiri menjadi peluang bagi penulis! Daripada nama tidak bisa dijual kalau membuat novel atau analisa, ya lebih baik menjadi The Ghost Writer yang sudah jelas dari sisi penghasilan. Memang nama jelas sebagai penulis (byline) tidak tercantum. Anggap saja itu konsekuensi atau pilihan. Take it or leave itu. Bagaimana seseorang menjadi penulis bayangan? Apakah kita, Anda, yang merasa penulis biasa bisa menjadi penulis bayangan? Adakah syarat penting untuk menjadi The Ghost Writer? Tentu saja ada. Namun, izinkan saya menjelaskannya dalam kesempatan mendatang. Insya Allah... Salam menulis!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun