Sore tadi saya bercakap-cakap dengan Taufik Al Mubarak, Kompasianer yang juga kawan saya di Facebook yang sedang bergembira. Kenapa? Sebab artikel pertamanya berhasil dimuat Harian Kompas pada hari Selasa (17/1/2012) kemarin, sebuah artikel tentang situasi aktual Aceh berjudul "Aceh Bukan 'Lahan Kosong'". Wajar Taufik bersuka-cita, sebab ini artikel pertama dari kurang lebih 50 artikelnya yang ditolak/dikembalikan Kompas! Taufik menyapa saya dan membuka percakapan, saya meladeninya sehabis rapat petang hari ini. Berikut percakapan saya dengan Taufik melalui "chat room" Facebook, semoga menginspirasi:
Taufik Al Mubarak: salam kang...senang sekali saya, kemarin akhirnya Kompas mau memuat tulisan saya di kolom opini Pepih Nugraha: Wow! edisi kapan ya? Selamat deh Yang "Aceh bukan lahan kosong" itu kan? Itu artikel ke berapa yang ditolak Kompas? Apakah ini yang pertama dimuat Mas? Taufik Al Mubarak: iya kang, edisi kemarin, yang judul seperti mas tulis Pepih Nugraha: Judul "Aceh Bukan Lahan Kosong" saya suka tuh mas. Apakah dari mas sendiri atau sudah diubah editor? Kata lainnya bisa "Terra Incognita" Taufik Al Mubarak: sebenarnya saya sudah sejak semester 2 mulai mengirim opini ke kompas... dan ritme paling kencang saat darurat militer...tapi ga ada yg dimuat Pepih Nugraha: Itu tulisan keberapa yang ditolak Kompas? Atau langsung dimuat sekali kirim? Taufik Al Mubarak: Judul awalnya: Aceh Bukan Lampoh Soh Pepih Nugraha: Terus menulis ya Mas, dan jangan bergerak dari persoalan Aceh, jadilah "PAKAR ACEH" Taufik Al Mubarak: Lampoh Soh=lahan kosong (bhs Aceh) seingat saya sudah banyak kang yg saya tulis, mungkin mencapai 40 lebih Pepih Nugraha: Good, good, saya suka.... Nggak sadar kemarin pas baca kalau itu tulisannya mas Taufik. Taufik Al Mubarak: pakar Aceh sudah ada kang, Teuku Kemal Fasya saya masih penulis pemula, tak mampu menulis sebagus Teuku Kemal Fasya Pepih Nugraha: Kurang, harus ada back up-nya. Lihatlah apa yang dibahas Kemal, Mas Taufik cari sudut pandang lainnya. Aceh masih "Lampoh Soh", hehehe Taufik Al Mubarak: oya kang, sudah ga di kompasiana ya, tapi di Kompas.Com? Pepih Nugraha: Jangan rendah diri seperti itu, sekali dimuat Kompas itu modal awal yang baik. Saya pertama kali nulis artikel di Kompas 20 Juni 1990, dan itu bekal saya PD menjadi wartawan Taufik Al Mubarak: padahal, kalau pihak kompas ga mengubah judul, lebih mantap, sengaja saya selipkan istilah dalam bahasa Aceh Pepih Nugraha: Iya, saya di Kompas.com sekarang, tetapi tetap awasi Kompasiana. Taufik Al Mubarak: iya mas, saya bersyukur sekali... tulisan ini seminggu saya tunggu2 ga dimuat di kompas... Pepih Nugraha: Pertanyaan saya belum dijawab, artikel ke berapa yang ditolak Kompas? Taufik Al Mubarak: pas malam saya tanya, mengapa tidak ada kabar, padahal biasanya 3 hari sudah ada penolakan, eh besoknya pihak desk redaksi menjawab, bahwa tulisannya sudah muncul sudah saya jawab mas di atas, seingat saya ini yang ke-40 lebih Pepih Nugraha: Luar biasa! Taufik Al Mubarak: mohon dukungannya terus ya kang... Pepih Nugraha: Saya suka kejujuran Mas Taufik. Pernah Mas Tony Widiatono saat menjadi editor opini mengungkapkan, ada penulis yang mengirimkan naskah lebih dari 70, dan tidak sekalipun dimuat! Di Kompas, pemuatan opini bukan karena belas kasih, tetapi karena aktualitas dan mencerahkannya tulisan itu. Tentu saya dukung, setidak-tidaknya dengan semangat tetap berkarya. jangan lupa baca terus ya mas, karena amunisi untuk menulis itu adalah membaca. Baca makalah, riset, ata kajian, tidak semata-mata baca koran. Buku juga baik, terkait dengan interdisiplin ilmu. Taufik Al Mubarak: iya kang, saya pernah mendengar ada penulis yang mengirim lebih 100 x jg tak dimuat... tapi saya yakin tulisan saya yg ditolak kompas mencapai 50 namun sya tak pernah berhenti menulis, krn saya selalu yakin, kalau saya menulis bagus Kompas pasti akan memuat tulisan saya... dan kang, tulisan yg dimuat kemarin, itu saya sangat yakin akan dimuat... tapi pihak Kompas membuat saya deg-degan, seminggu tak ada kabar tulisan saya dimuat apa tidak... ketika saya sudah lupa, eh tiba2 muncul di koran Pepih Nugraha: Lupakan masa lalu, pandang ke depan, modal di tangan sudah didapat, maksudnya modal percaya diri. Tembok perintang setidak-tidaknya sudah berhasil dirobohkan dengan dimuatnya 1 (satu) artikel. Jangan cepat merasa puas, ya! Belajar terus dan terus belajar... Taufik Al Mubarak: iya kang, terima kasih... saya tak pernah merasa puas dlm belajar... karena saya ingin dikenang sebagai penulis, bukan sebagai mantan aktivis jalanan Pepih Nugraha: Baguslah itu! Aktivias juga tidak buruk, hanya penulis itu meninggalkan peradaban. Taufik Al Mubarak: iya kang...oya kang pepih ga kelola kompasiana lagi? sudah fokus ke kompas.com ya kang? Pepih Nugraha: Iya. Tapi tetep masih concern sama Kompasiana. Taufik Al Mubarak: redaktur opini kompas siapa skr kang? Pepih Nugraha: Mbak Tati. Taufik Al Mubarak: terima kasih kang, ingin saya mengucapkan terima kasih langsung utk mbak tati... krn setelah puluhan artikel, baru yg terakhir ini muncul di kompas... Pepih Nugraha: Nggak usah, itu nggak perlu. Sapalah Mbak Tati dengan artikel lainnya tentang Aceh. Redaktur akan melihat konsistensi Mas Taufik dalam menulis. jangan asal tulis, selektif kalau sudah punya "beat" Taufik Al Mubarak: kang tahu ga, tahun 2009 dan 2011 saya membuat agenda hidup: harus ada tulisan saya yang muncul di Kompas meski hanya sekali... Pepih Nugraha: Berati sudah tercapai! Tapi tidak berarti kepuasaan sudah tercapai 'kan? kalau saya, saya akan bersikap bahwa "saya baru memulai". Begitu dong seharusnya punya prinsip! Taufik Al Mubarak: dan 2012 sama saya tak membuat agenda mengirim tulisan ke kompas (dimuat syukur ga dimuat ga papa), dan alhamdulillah tulisan pertama 2012 langsung nongol bukan begitu juga kang, itu selemah-lemahnya iman Pepih Nugraha: Good. Taufik Al Mubarak: oke kang, saya butuh support dan masukan2 dari kang... tulisan Kompas First benar2 menginspirasi saya Pepih Nugraha: Okay. Terima kasih! Taufik Al Mubarak: salam Pepih Nugraha: Salam! *** Jakarta, 18 Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H