Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pesan dari Kompasiana Modis

26 Februari 2010   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kompasiana Monthly Discussion, kami menyebutnya Modis, merupakan kegiatan diskusi yang menghadirkan seorang pembicara. Ia bisa siapa saja, bisa pejabat aktif, mantan pejabat, selebritas, purnawirawan, ilmuwan, pebisnis, olahragawan, profesional, dan lain-lain, yang sangat menguasai bidangnya. Namanya diskusi bulanan, harapannya diskusi ini bisa berlangsung setiap bulan dengan tema berbeda dan dengan narasumber yang berbeda pula. Orang bilang, setiap permulaan itu sulit. Memang harus kami akui, saya dan teman-teman semula merasa akan banyak menemui kendala mengadakan diskusi bulanan yang akan dijadikan kalender tetap Kompasiana ini, mengingat admin Kompasiana hanya empat personil saja, yakni saya, Iskandar Zulkarnaen, Nurulloh, dan Robert. Meski kelompok dengan anggota kecil, kami biasa bekerja dengan dasar saling percaya. Tidak saling menganggap "underestimate" terhadap yang lainnya, kami saling memberi kepercayaan, karena kami bekerja dalam sebuah tim. Kebetulan untuk Kompasiana Modis ini person in charge (PIC) jatuh pada Nurulloh. Maka, Nurullloh inilah arsitek berhasil-tidaknya Kompasiana Modis yang pertama ini. Ketika diberi tantangan, Nurulloh menyambutnya dan seperti kita ketahui bersama, Kompasiana Modis pertama dapat berlangsung dengan sukses, menghadirkan Jusuf Kalla sebagai narasumber utama. Nurulloh tentu tidak bisa kerja sendiri. Ia di back up tim solid antara lain Okky Brahma dan Hizkia dari Marcom dan Iskandar Zulkarnaen sendiri. Pesan dari Kompasiana Modis ini sangatlah jelas, yakni bagaimana cairnya sesama Kompasianer jika sudah larut dalam perjumpaan menyenangkan sambil menimba ilmu itu. Perjumpaan tidak cukup di dunia maya, tetapi lebih penting juga di dunia nyata (kopdar). Kadang, karakter di dunia maya bisa berbeda bagai langit dan bumi dengan karakter di dunia nyata. Dalam Kompasiana Modis pertama yang digelar 22 Februari 2010 lalu, Jusuf Kalla menjelaskan mengenai arti penting setetes darah bagi kepentingan umat lainnya yang membutuhkan. Darah adalah kehidupan, tidak ada manusia pinter di dunia ini yang mampu membuat darah. Jusuf Kalla menjelaskan dengan bahasa mudah, bahwa memberi darah (donor) adalah gaya hidup sekaligus ibadah. Mantan wakil presiden ini membandingkan dengan pengobatan bekam, yakni metoda mengeluarkan darah dengan cara disedot dengan botol bertekanan. Donor, kata Kalla, sama juga mengeluarkan darah semacam itu, tetapi ada embel-embel lainnya: kemanusiaan sekaligus ibadah. Diskusi dengan menghadirkan tema khusus dengan kehadiran khalayak yang beragam sangat bermanfaat untuk menjalin silaturahmi. Dari Kompasianer hadir Pak Slamet Rahadjo, Wijaya Kusumah, Honny, Umar Hapsoro, Unang Muchtar, Yulyanto, Mbak Hennie, Faizal Asegaf, Jimmo Putra, dan Kompasianer lainnya yang tidak sempat satu persatu saya sebutkan di sini. Dari pihak Palang Merah Indonesia (PMI) hadir Ketua PMI DKI Jakarta Rini Sutiyoso, para ketua PMI se-DKI Jakarta, dan hadirin lainnya, termasuk jurnalis Kompas Yurnaldi dan Fotografer Kompas Priyambodo (hasil jepretannya dimuat Harian Kompas, Selasa 23 Februari 2010 dan bisa Anda lihat di atas). Selain menimba ilmu, silaturahmi bisa terjalin erat di sini. Saat saya diberi kesempatan bicara mewakili bos Kompas.com yang berhalangan hadir, Taufik Mihardja dan Edi Taslim, saya katakan optimis menggelar Kompasiana Modis pertama dengan menghadirkan Jusuf Kalla sebagai pembicara. Mengapa? Saya bilang, "Pak JK 'kan Kompasianer juga... kalau sampai tidak bersedia menjadi pembicara, loyalitasnya di Kompasiana perlu dipertanyakan!" Kalimat saya di awal pembuka bicara ini membuat Jusuf Kalla dan hadirin lainnya tergelak. Saya pikir, bicara saya di muka umum (yang paling menakutkan buat saya karena saya tidak biasa bicara) dengan "tonjokan" yang mengena akan membuat lancar segalanya. Memang menjadi kenyataan! Tentu Modis bulan-bulan berikutnya segera digelar. Kami ingin Kompasiana Modis bisa berlangsung sebaik yang pertama. Untuk itu kami terbuka menerima usulan dan masukan siapa kira-kira narasumber yang dapat ditampilkan dalam Modis-modis berikutnya. tentu disertai alasan dan bagaimana cara menghadirkan narasumber tersebut. Sejujurnya, Kompasiana sangat berterima kasih kepada PMI Pusat yang memfasilitasi diskusi ini sehingga Jusuf Kalla bisa bersedia hadir sebagai pembicara. Peran Yadi, sahabat saya yang sangat dekat dengan Kalla, sangat besar karena ia menjadi penghubung Nurulloh dengan Jusuf Kalla. PMI DKI Jakarta pun tidak kecil perannya karena Rini Sutiyoso menyediakan tempat megah untuk diskusi tersebut. Semua gratis. Kompasiana memberi share makanan dan goody bag, serta tentu saja "idea" sehingga terlaksananya Kompasiana Modis ini. Saat saya bicara di depan hadirin, saya "menembak" sekenanya Rini Sutiyoso. Saya katakan, mungkin Kompasiana Modis berikutnya menghadirkan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso (Bang Yos), karena praktis selama dua tahun terakhir ini Bang Yos "tak tentu rimbanya" setelah gagal menjadi calon kandidat Presiden RI. Kita tentu ingin tahu kiprah Bang Yos sekarang dan ke depannya, apakah Bang Yos masih bersemangat mencalonkan diri lagi sebagai the next president, misalnya? Tentu obrolan yang sangat menarik, di samping kita bisa mendengar pandangan Bang Yos mengenai kota Jakarta kini. Itu baru tawaran. Rini Sutiyoso menyambut baik tawaran ini dan bahkan berjanji menyediakan tempat dan konsumsi untuk keperluan diskusi ini! Faizal Asegaf yang amat galak kalau menghajar SBY di Kompasiana, menawarkan Sutrisno Bachir sebagai pembicara di Kompasiana Modis berikutnya. Mungkin saja Kompasianer lainnya menawarkan Menteri Tifatul Sembiring sebagai pembicara atau bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Why not, asalkan benar-benar bisa hadir! Atau Kompasianer lainnya punya kedekatan dengan orang-orang ternama (prominent people) yang sedang berkibar-kibar di tanah air ini, silakan usulkan dan yakinkan kalau bisa menghadirkannya. Sementara nama-nama yang ada pada kami untuk Kompasiana Modis berikut-berikutnya tidak jauh-jauh dari Kompasianer itu sendiri seperti Kusmayanto Kadiman, Chappy Hakim, Prayitno Ramelan, Faisal Basri, Kafi Kurnia, Hermawan Kertajaya, Kristupa Saragih, Ninok Leksono, Wisnu Nugroho, dan Betty Alisjahbana. Tentu saja itupun kami menantikan kesediaan mereka mengingat kesibukan masing-masing. Bagaimana menurut Anda? Anda punya kandidat sebagai the next Kompasiana Modis speaker? Silakan sharing di sini!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun