Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pelatihan Citizen Journalism untuk KompasMuda

27 Juni 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:28 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340809961759461299

"Pak, bagaimana membedakan satu peristiwa yang pantas untuk citizen journalism dan yang pantas buat media massa? Lalu, kenapa Harian Kompas seperti tidak pernah kehabisan berita?"

Itu adalah beberapa pertanyaan dari peserta pelatihan jurnalistik untuk KompasMuda, Senin 25 Juni 2012 lalu. Sebanyak 30 siswa SMA dari berbagai sekolah di Jakarta dan sekitarnya berkumpul. Mereka adalah siswa yang lulus dari sekitar 600 pelamar!

Pelatihan jurnalistik yang lebih sebagai magang sebagai wartawan/fotografer sungguhan itu dilakukan secara konsisten oleh Harian Kompas sebagai pengembang KompasMuda. Antusiasme siswa untuk mengikuti pelatihan dan praktik lapangan sebagai wartawan yang sesungguhnya tidak pernah surut.

Setelah dibekali teori liputan, wawancara dan menulis berita, ke-30 siswa ini nantinya dilepas ke lapangan dengan bimbingan wartawan Kompas. Istilahnya "tandem" kepada wartawan sungguhan. Namanya tandem, setelah itu mereka dilepas sendiri di lapangan untuk menghasilkan sebuah reportase yang kelak dimuat di rubrik KompasMuda.

Mereka bekerja dalam kelompok, 5-6 orang setiap kelompoknya.

Saya tekankan bahwa belajar menulis dan jurnalisme, apalagi mempraktikkannya di lapangan, tidak akan rugi. Setidak-tidaknya semangat mencari dan menggali informasi, akan terus melatih kepekaan "nose for news", kepekaan mencium berita, juga melatih keingintahuan yang tinggi atas satu peristiwa. Terjun ke lapangan sebagai jurnalis membuat siswa peserta memiliki jiwa tangguh, tidak lekas menyerah, berani bertanya, dan mahir menuliskannya sebagai berita.

Alhasil, siswa peserta pelatihan itu terlihat khidmat saat saya menyampaikan materi selama kurang lebih satu setengah jam. Pertanyaan diajukan setelah saya memberi kesempatan di akhir paparan.

Terkait pertanyaan siswa di atas, apa yang membuat satu peristiwa itu disebut berita atau bukan, apakah itu berita untuk citizen journalism atau media massa, saya menjawab bahwa "penciuman" yang terlatih untuk membedakannya akan muncul karena keajegan jurnalis menulis berita. Tidak ada yang instan, semua berproses. Akan tetapi khusus untuk citizen journalism, kata saya, hal-hal sepele yang terjadi di masyarakat atau hal-hal unik yang dilihat, bisa dijadikan bahan citizen journalism.

Sedangkan soal Harian Kompas seperti tidak pernah kehabisan berita, saya jawab bahwa ia memiliki organisasi yang mapan dan berjalan secara otomatis, mulai dari wartawan, editor, redaktur pelaksana, pemimpin redaksi, sampai pemimpin umum dengan dukungan litbang, sunting, penyelaras bahasa, sirkulasi, sampai bisnis. Semua berjalan seperti mesin, sehingga tidak mungkin Harian Kompas kehabisan berita.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun