Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi: Be a Storyteller! (Part 2)

4 Agustus 2020   11:33 Diperbarui: 4 Agustus 2020   17:17 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis biografi. (sumber: pxhere.com)

- Terjemahin dong, Kang, aku 'roaming' nih.

+ Intinya Si Clara gadis Belanda itu menyatakan cintanya kepada Boncel. Boncel merasa malu dan merasa dirinya sebagai orang yang hina, tetapi Clara 'keukeuh' tak dapat melupakannya.

- Kok nasib Boncel beda jauh ya sama aku, Kang...

+ Kenapa memang?

- Aku malah sering dilupakan pacar-pacarku.

+ Ah dasar kamu... oke, saya lanjutkan ceritanya, ya!

Boncel tidak bisa menolak cinta Clara, terlebih lagi ia seorang perempuan dengan paras di atas rata-rata perempuan lainnya, bahkan Asep Onon pun tidak diliriknya.

Bupati merestui asmara mereka dan pada suatu titik, Bupati meminta Boncel untuk segera menikahinya. Pesta akan diadakan besar-besaran karena Boncel sudah dianggap anak sendiri.

Sayang seribu sayang, selain mabuk kepayang dan mabuk kekuasaan, Boncel lupa dari mana ia berasal. Sempat teringat kedua orangtuanya di Kandangwesi, tetapi kepada Clara ia berkilah kedua orangtuanya sudah lama meninggal.

"Tidakkah kau menyusul emak-bapakmu di kampung, karena perkawinan harus disaksikan kedua orangtuamu sebagai wali," Bupati mengingatkan saat beberapa hari lagi pesta pernikahan akan dimulai. Tetapi Boncel berkilah, "Tidak perlu, Tuan Bupati, kedua orangtua sahaya kemungkinan besar sudah meninggal."

"Tapi kau perlu membuktikannya ke sana, Boncel!"

The Series cerita kolaborasi Kompasiana.com dengan Netizen Story Menulis Biografi: Be a Storyteller Bersama Kang Pepih
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun