- Terjemahin dong, Kang, aku 'roaming' nih.
+ Intinya Si Clara gadis Belanda itu menyatakan cintanya kepada Boncel. Boncel merasa malu dan merasa dirinya sebagai orang yang hina, tetapi Clara 'keukeuh' tak dapat melupakannya.
- Kok nasib Boncel beda jauh ya sama aku, Kang...
+ Kenapa memang?
- Aku malah sering dilupakan pacar-pacarku.
+ Ah dasar kamu... oke, saya lanjutkan ceritanya, ya!
Boncel tidak bisa menolak cinta Clara, terlebih lagi ia seorang perempuan dengan paras di atas rata-rata perempuan lainnya, bahkan Asep Onon pun tidak diliriknya.
Bupati merestui asmara mereka dan pada suatu titik, Bupati meminta Boncel untuk segera menikahinya. Pesta akan diadakan besar-besaran karena Boncel sudah dianggap anak sendiri.
Sayang seribu sayang, selain mabuk kepayang dan mabuk kekuasaan, Boncel lupa dari mana ia berasal. Sempat teringat kedua orangtuanya di Kandangwesi, tetapi kepada Clara ia berkilah kedua orangtuanya sudah lama meninggal.
"Tidakkah kau menyusul emak-bapakmu di kampung, karena perkawinan harus disaksikan kedua orangtuamu sebagai wali," Bupati mengingatkan saat beberapa hari lagi pesta pernikahan akan dimulai. Tetapi Boncel berkilah, "Tidak perlu, Tuan Bupati, kedua orangtua sahaya kemungkinan besar sudah meninggal."
"Tapi kau perlu membuktikannya ke sana, Boncel!"