Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Rahasia yang Belum Terungkap Selama Ini, Kompasiana Nyaris Dimatikan!

8 Oktober 2019   07:13 Diperbarui: 8 Oktober 2019   17:37 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diberangus? Maksudnya dimatikan, begitu? Iya, dimatikan! Dibredel!

Gila! Sebuah media yang menampung ratusan ribu penulis warga mau diberangus begitu saja, apa salahnya!?

Inilah yang kemudian saya ceritakan blak-blakan kepada Mbak Ana. lewat program #RuangBaca itu. Anda semua bisa tahu jawaban dan musabab mengapa Kompasiana nyaris dibikin tidak bernyawa itu dengan mengikuti video yang menayangkan tanya-jawab itu.

Tetapi satu hal yang ingin saya tekankan adalah, bahwa Anda, khususnya para Kompasianer, harus mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap Kompasiana. Sebab, saya katakan dalam wawancara, membangun Kompasiana itu dilakukan dengan"berdarah-darah". Ya, mungkin terlalu lebay istilahnya. Tetapi intinya, membangun Kompasiana dan membuatnya tetap hidup di tengah induknya yang tidak meyakini keniscayaan hadirnya media baru, bukan pekerjaan mudah.

Sekarang Kompasiana berada di tangan Nurulloh, anak muda (sebenarnya ga muda-muda banget sih) yang sangat paham luar-dalam tentang Kompasiana. Anak ini yang sering saya reweli, teriaki, ketika ia baru masuk di tahun 2008, saat Kompasiana hamil tua dan siap dilahirkan. Saya percaya betul Kompasiana akan menjadi lebih maju di tangan anak ini!

Boleh jadi penulis Kompasiana sekarang ini sudah mendekati angka setengah juta jiwa. Jika ini benar, sungguh suatu jumlah yang sangat-sangat buesssaaaar... untuk sebuah komunitas penulis.

Kompasiana tinggal memetik hasilnya. Ia sudah menjadi entitas bisnis sendiri di lingkup Kompas-Gramedia. Ia sudah menjadi "gacoan" bagi perusahaan induk karena kekhasan yang dimilikinya. Jika Tribunnews menjadi media online nomor wahid, untuk Kompasiana dengan sedemikian banyak penulis di dalamnya, harus diberi tempat di podium terhormat KG.

Dan.... memang tidak banyak yang tahu kalau Kompasiana sebenarnya nyaris tinggal nama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun