Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lebih Dekat, Lebih Intim

2 April 2012   10:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pelatihan menulis/jurnalistik yang dikemas dalam Blogshop Kompasiana bersama Negeri 5 Menara di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu 31 Maret 2012, saya menekankan mengenai perlunya kedekatan dan keintiman penulis dengan obyek yang ditulisnya. Mengapa penting? Ini dimaksudkan agar tulisan tidak mengawang-awang, melainkan "down to earth" alias membumi. Selain itu agar pembaca merasa berada di tempat yang digambarkan penulis. Saya menyarankan hadirin membaca novel karya Sydney Sheldon yang "down to earth" alias membumi, saat menuliskan narasi mengenai tempat tertentu. Setting tempat (place) yang ditulis Sheldon demikian dekat dan intim dengan apa yang ditulisnya. Saya ingin memberi contoh kecil saja bagaimana kedekatan dan keintiman dalam menulis, khususnya menggambarkan (setting) tempat, perlu dijaga. Contoh di bawah ini semata-mata tulisan saya, bukan karya Sheldon atau siapapun. Katakanlah saya mengambil setting tempat di Istanbul, Turki, untuk sebuah tulisan fiksi (cerpen) maupun laporan perjalanan yang faktual. Kebetulan saya pernah berada di kota ini beberapa waktu lalu. Jika tulisan itu tidak memperhatikan kedekatan dan keintiman, tulisan saya "hanya" seperti ini: -- Aku berjalan sendiri di sebuah jalan yang sangat padat di kota Istanbul. Kendaraan berlalu-lalang di beberapa ruas jalan, tetapi untuk menyebrang persoalan yang mudah karena para pengemudi sangat menghormati penyebrang jalan. Kupesan kentang kukus khas Turki di pinggir jalan untuk menghalau kebosanan. Kemudian kumasuki sebuah restoran dan aku memesan beberapa jenis makanan di sana, juga secangkir teh hangat. -- Bagi saya, tulisan saya itu masih ngawang-ngawang di langit, tidak dekat dan jauh dari intim. Pembaca tidak memperoleh pengetahuan apa-apa selain narasi penulis semata. Saya akan membuatnya lebih dekat dan lebih intim - semoga - dengan merombaknya seperti ini: -- Aku berjalan menyusuri Siraselviler Caddesi di kawasan Taksim Square, sebuah kawasan padat di kota Istanbul. Truk, bus, sedan dan sepeda-motor memadati ruas jalan. Meski berbagai jenis kendaraan memadati kawasan ini, aku tak menemui kesulitan menyeberang karena para pengemudi di kota tua dan bersejarah ini sangat menghormati pejalan kaki. Untuk menghalau dingin, kupesan maya kumpir, kentang kukus campur jagung yang diberi mayonese, dari pedagang pinggiran jalan. Maya kumpir rupanya tidak cukup menyamankan perutku. Aku mulai memasuki restoran kecil tak jauh dari penjual maya kumpir. Kupesan kemudian beberapa kopte, sejenis bakso daging dan balık ekmek. Makanan yang kusebut terakhir adalah sandwich ikan, yang sepertinya tidak ketemukan di tempat lain selain di kota Istanbul ini. Kupesan pula secangkir cay, teh hangat seharga satu setengah Lira. -- Jika Anda bandingkan, contoh tulisan pertama dan kedua akan sangat jauh berbeda. Pada tulisan pertama, terasa ngawang-ngawang, terlalu umum, jauh dan tidak membumi. Pada contoh tulisan kedua, gambaran bahwa Anda sedang berada di kota Istanbul sedemikian dekat dan intim, karena saya sengaja menggambarkan dengan istilah yang dekat dengan kota ini. Anda bisa membandingkan contoh tulisan pertama dan contoh tulsian kedua mengenai obyek yang sama, terasa ada nuansa berbeda, bukan? Tentu saja sekarang Anda bisa mencobanya sendiri. Untuk memudahkan eksplorasi, cari peta, main-main di Google map, buka ensikoledia, baca buku, catat berbagai jenis makanan jika itu diperlukan, gambarkan kekhasan sebuah kota (Istanbul), dan insya Allah, tulisan Anda menjadi lebih hidup, tidak kerontang, lebih membumi, dekat dan intim. Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun