Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali Khalayak Pembaca

13 Januari 2012   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:57 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menanggapi postingan Kang Insan Purnama di lapak Komunikasi Sastra mengenai adanya dua jenis pembaca, yakni Pembaca Model dan Pembaca Pendatang. Meminjam istilah komunikasi, saya sebut pembaca ini sebagai khalayak atau audiences.

Terima kasih telah memberi pemahaman saya akan adanya pembaca model dan pembaca pendatang. Saya teringat guru saya, sebuah buku komunikasi mengatakan, "know the audiences" (kenalilah khalayak). Meski para penulis/penyair diberi kebebasan untuk berekespresi sebebas-bebasnya, khususnya penyair yang menulis puisi, rumus "know the audiences" masih tetap dipakai, meski terkesan menggurui, ya, hehehe...

Saya analogikan, penyair yang hendak mengumpulkan puisinya dalam sebuah buku antologi atau bunga rampai, dia akan mengasumsikan pembacanya adalah Pembaca Model dan Pembaca Pendatang itu tadi. Tetapi coba kalau suatu waktu penulis/penyair diminta menulis untuk majalah wanita, majalah anak-anak, buku remaja/anak-anak, untuk buku ajar pegangan siswa-siswa. Maka mau tidak mau kita, para penulis/penyair akan "terikat" rumus "know the audiences" ini.

Penulis/penyair, meski dibekali senjata berkreasi sebebas-bebasnya, rupanya ada juga sesuatu "yang membatasi" kreasi berpikir mereka, karena dia harus mengetahui dan mengenali khalayaknya, yakni pembaca yang dituju. Untuk itu, karena menulis memerlukan media dan media punya karakter sendiri-sendiri berdasarkan usia, jenis kelamin, dan profesi, maka penulis perlu juga perlu memahami "know the medias", kenali media-medianya.

Saya kira standard cerpen Majalah Femina dengan Harian Kompas akan berbeda. Juga standar puisi Harian Republika dengan Majalah Basis, misalnya, pasti juga berbeda. Bagaimana mengakali tulisan kita, opini atau puisi, bisa diterima media tertentu agar hasil karya kita segera dibaca khalayak, ya... mau tidak mau kita harus mengenali dua-duanya: kenali khalayak, kenali pula medianya.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun