Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada "Fiksi" dan "Ilusi" Politik Sepeninggalan Andi Nurpati dari KPU?

24 Juni 2010   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_175836" align="alignleft" width="500" caption="Foto Karya Wisnu Nugroho"][/caption] Saya ingin meminjam foto karya Kompasianer Wisnu Nugroho yang memposting sebuah tulisan menarik, Jilbab Biru Bu Andi. Maaf, bukan tulisannya yang menarik, tetapi fotonya yang jauh lebih menarik dan jauh lebih "bicara" tinimbang kata-kata, setidak-tidaknya menarik perhatian saya. Rasanya tidak harus meminta pendapat pakar fashion atau adibusana untuk menilai matching tidaknya sebuah busana yang dikenakan, penikmat dan pengamat foto Wisnu pun bisa dengan cepat menilai busana yang dikenakan Andi Nurpati (kini mantan anggota KPU) saat bertandang ke kantor presiden usai pelaksanaan Pemilu 2009 lalu. Bandingkan dengan busana perempuan di paling kiri, yang jilbabnya sangat matching dengan busana yang dikenakannya, coklat-coklat. Sedangkan jilbab Andi Nurpati berwarna biru! Mengapa biru? Mengapa tidak coklat biar matching dengan busana yang dikenakannya? Apakah Andi Nurpati sengaja memilih yang tidak matching untuk menarik perhatian atau eye catching? Adakah simbol tersembunyi dari nuansa permainan warna itu? Halah.... kok ya jadi bicara simbol, bicara sesuatu yang tersembunyi, jangan-jangan tulisan ini mengarah ke klenik! Tetapi saya tidak dalam kapasitas melarang Anda, pembaca dan Kompasianer semua untuk mengutak-atik simbol tersembunyi itu. Oh, jangan-jangan itu menjadi "The Lost Symbol" sebagaimana yang ditulis novelis Dan Brown, sebuah "The Lost Symbol" yang baru ditemukan Wisnu lewat jepreten foto pinjaman kantor, begitu katanya! Who know...? Adakah makna di balik jilbab biru Andi Nurpati? Ya, apa salahnya dengan warna biru!? Warna biru bukan hegemoni satu partai saja kok, misalnya warna Partai Demokrat (PD). Partai Amanat Nasional (PAN) juga berwarna biru. Ada juga Rinso Biru, bukan? Meskipun jabatannya saat itu sebagai anggota KPU, siapa tahu saat itu Bu Andi sedang simpati sama PAN, ya nggak? Siapa tahu juga Andi terkesan dengan keandalan Rinso Biru yang bisa menghilangkan kotoran dalam sekejap. Lalu ia mengenakan penutup kepala dan rambut warna biru. Saya bilang, terserah Anda deh memaknakannya. Selesai bicara warna biru. Saya sekarang mau bicara KPU. Bukan KPU biru tentunya. KPU harus netral tanpa warna, harus bening! Tetapi sepeninggal Andi Nurpati yang kemarin meminta Ketua KPU untuk memberhentikannya karena lebih memilih menjadi bagian mesin PD setelah dipinang Anas Urbaningrum, saya membayangkan KPU ke depan akan menjadi bulan-bulanan pertanyaan sekaligus gugatan partai-partai politik peserta pemilu non PD. Mengapa? Tentu ada kaitannya dengan Andi Nurpati itu. Andi Nurpati yang dulu anggota KPU dan kini sudah menjadi bagian dari "partai biru" PD. Pertanyaan orang banyak, yang oleh Anas Urbaningrum disebut sebagai "fiksi politik", budi baik apa yang telah diperbuat Andi Nurpati terhadap PD sehingga kemudian PD meminangnya? Anda mungkin masih ingat, PD menang dalam pemilu legislatif dan menang mutlak (meyakinkan) dalam pemilu presiden. Wajar kalau kemudian partai-partai bertanya, adakah langkah spektakuler Andi Nurpati saat dia menjadi bagian dari penyelenggara pemilu yang kemudian menghasilkan PD sebagai juaranya? Taruhlah KPU tanpa Andi Nurpati di dalamnya, tetap partai-partai peserta politik akan mencurigai KPU pada Pemilu 2014 nanti: jangan-jangan ada orang PD lainnya yang ditanam di KPU!!! Maka saya melihat, langkah Anas Urbaningrum memasukan Andi Nurpati sebagai mesin PD merupakan langkah "blunder" alias salah besar tetapi yang tidak terantisipasi sebelumnya! Bukan langkah taktis dan brilian. Anas adalah teman saya, suka tidak suka saya harus mengatakannya begitu! Ini langkah yang sangat tidak taktis, yang memunculkan apa yang disebut "fiksi politik" dan bahkan "ilusi politik" (ini istilah saya saja) lawan-lawan politik PD. Namanya Ilusi politik, pasti lawan politik akan mengira-ngira hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi tetapi bisa atau mungkin saja terjadi. Tetapi jangan lupa, kadang-kadang modal para politisi itu "fiksi" dan "ilusi" loh!!! Ilusi kepingin Dana Aspirasi, jangan-jangan dana itu bisa jadi kenyataan. Ilusi Andi Nurpati sebagai orang PD yang ditanam di KPU, bisa juga jadi kenyataan. Hahahaha.... semoga ilusi yang satu ini tidak jadi kenyataan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun