Pada awal tahun 1909, pengiriman beton ready mix adalah dengan gerobak berkuda, proses pencampuran terjadi ketika sampai di tempat tujuan.
Pada tahun 1916, Stephen Stepianian dari Columbus, Ohio, mengembangkan mixer transit bermotor dengan self-discharge yang merupakan versi terdahulu dari truck mixer sekarang ini.
Pengembangan truck mixer ini sempat tersendat karena rendahnya kualitas motor truck pada tahun 1920an, akan tetapi pada tahun 1940an, ketersediaan truck mixer yang lebih besar dengan mesin yang lebih baik telah muncul, ini memungkinkan kapasitas pencampuran agregat beton menjadi meningkat, yang pada akhirnya memungkinkan produsen beton mampu memenuhi permintaan beton yang tinggi yang disebabkan oleh perang dunia dua.
Sumber : Kolosal Readymix
Adapun Penjelasannya adalah bahwa Ready Mix merupakan lawan dari Site Mix. Ready Mix adalah beton encer yang telah siap pakai hasil olahan mesin.
Setelah kita mengetahui penjelasan masing-masing istilah sesuai judul di atas, selanjutnya kita ke pokok pembahasan, yaitu apa perbedaan antara keduanya.
Site Mix (Cor manual) hanya untuk pengecoran skala kecil dan terkadang takaran yang diberikan tidak tepat, waktu pengerjaannya jauh lebih lama dari pada ready mix.
Ready Mix sangat praktis, tidak perlu banyak pekerja, hemat waktu dan komposisi takaran materilnya tepat sesuai mutu. Kekurangannya tidak bias melayani pengecoran di bawah 3 meter kubik/m3.
Jadi dapat disimpulkan memilih beton ready mix berarti banyak mengurangi resiko dalam pengecoran konstruksi, begitupun sebaliknya, banyak resiko yang bias terjadi dengan mengecor konvensional.
Sumber : Pelita Beton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H