Mohon tunggu...
Wiyamara Man
Wiyamara Man Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta dan penikmat hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keperkasaan yang Rapuh

30 November 2013   17:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:29 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lihatlah pohon rimbun itu
Yang memberi tempat para pengais daun
Dimana guratan nadi tertuang halus
Kini resah karena badai hujan salju

Kini aliran mulai beradu
Setiap nafas harus ditanggung
Kehidupan bukanlah benda mati
Ia hidupnya layaknya sabda pandita ratu

Di pohon rimbun itu
Tercipta nisan-nisan batu
Dicetak dengan berbagai nama saru
Mencipta keperkasaan di antara suara alam

Keperkasaan itu bergaung keras
Di antara nyanyian rimba belantara
Ia seakan tinggi menjulang
Berada di atas langit dan bintang keberadaan

Inilah kealpaan fana
Ketika keperkasaan membuta hati disana
Alam akan menunjukkan sisi benar
Dimana relung rahasia akan terbuka

Keperkasaan bukanlah kesepakatan fana
Yang meninabobokan kejernihan demi penghargaan buta
Hingga kehilangan mata untuk melihat nyata
Lalu tergadai karma yang membakar amarah

Keperkasaan pohon rimbun itu rapuh
Sejak ia membiarkan kealpaan menjadi canda
Dimana akar yang benar harusnya disiram
Kini menjadi keteduhan palsu yang mematikan sang bayi kejernihan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun