Lihatlah pohon rimbun itu
Yang memberi tempat para pengais daun
Dimana guratan nadi tertuang halus
Kini resah karena badai hujan salju
Kini aliran mulai beradu
Setiap nafas harus ditanggung
Kehidupan bukanlah benda mati
Ia hidupnya layaknya sabda pandita ratu
Di pohon rimbun itu
Tercipta nisan-nisan batu
Dicetak dengan berbagai nama saru
Mencipta keperkasaan di antara suara alam
Keperkasaan itu bergaung keras
Di antara nyanyian rimba belantara
Ia seakan tinggi menjulang
Berada di atas langit dan bintang keberadaan
Inilah kealpaan fana
Ketika keperkasaan membuta hati disana
Alam akan menunjukkan sisi benar
Dimana relung rahasia akan terbuka
Keperkasaan bukanlah kesepakatan fana
Yang meninabobokan kejernihan demi penghargaan buta
Hingga kehilangan mata untuk melihat nyata
Lalu tergadai karma yang membakar amarah
Keperkasaan pohon rimbun itu rapuh
Sejak ia membiarkan kealpaan menjadi canda
Dimana akar yang benar harusnya disiram
Kini menjadi keteduhan palsu yang mematikan sang bayi kejernihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H