Mohon tunggu...
Wiyamara Man
Wiyamara Man Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta dan penikmat hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jauh Berbeda : Sukses Hidup Dan Sukses Materi

15 September 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mengira sukses hidup sama dengan sukses materi? Jangan buru-buru mengambil kesimpulan demikian. Apa yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan fakta yang terpampang di dalamnya. Seringkali kesimpulan seperti itu tercipta karena orang melihat nyamannya saja, tapi tak mengalami ‘di dalam’ kenyamanan itu, seperti apa rasanya. Pasti menduga, kalau sudah nyaman materi, hidupnya tenang dan tidak banyak pikiran.

Kelemahan psikologis manusia terletak pada keinginan, mati satu tumbuh seribu. Ketika satu keinginan sudah tercapai, tumbuh seribu keinginan lain untuk digapai. Tidak masalah sebenarnya, karena hidup adalah pilihan, setiap orang boleh memilih apa saja yang menjadi keinginan dirinya. Namun semakin banyak keinginan, semakin jauh pikiran seseorang bisa tenang dan damai. Itu psikologis sederhana, orang yang tenang dan damai, adalah orang yang memiliki sedikit keinginan di dalam hidupnya, selalu merasa cukup dan di batinnya penuh dengan ucapan syukur pada apapun yang diterimanya sekarang.

Sukses hidup bukan tentang materi, tapi tentang kejiwaan. Kata hidup itu sendiri sebenarnya mengarah pada jiwa seseorang, bukan pada materi luaran. Orang dibilang hidup, apabila jiwanya memahami akar dari masalah yang ada pada dirinya. Orang dibilang mati, apabila jiwanya tidak tahu apa-apa tentang masalah yang sedang terjadi di dalam dirinya. Dia hidup, tetapi buta (mati) pengetahuan dirinya sendiri. Maka dalam literature spiritual, ada perkataan yang berbunyi, “aku hidup, tapi bukan aku lagi, melainkan jiwaku-lah yang hidup. Sama seperti perkataan, ‘hidup sebelum mati’, suatu ungkapan bahwa seseorang sebenarnya harus bangkit dari kuburan ketidaktahuan tentang dirinya sendiri agar mengalami arti ‘kehidupan yang sebenarnya’ di dunia fana ini.

Sukses materi bukanlah sukses hidup, dia seperti arah terbalik yang menciptakan pemahaman buta tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Sukses materi memang memberi ketenangan dan kedamaian, tapi semu, tidak berakar kuat. Setelah orang sukses materi, ia akan memiliki suatu ketakutan pada kehilangan materi. Efeknya, seseorang bisa mengalami kelemahan dan kerapuhan daya juang dalam menghadapi naik turunnya kehidupan, mengalami ketidaktenangan karena takut hidupnya kekurangan materi, dan yang paling parah adalah ketergantungan hidupnya pada materi. Bahasa tenarnya, materi telah menjadi Tuhan bagi kehidupannya di dunia fana.

Sukses hidup yang sebenarnya terletak pada kejiwaan seseorang. Bagaimana bentuknya? Bentuknya adalah semangat pantang menyerah dan cepat bangun dari kejatuhan. Mereka yang dikatakan sukses hidup adalah ‘jiwa-jiwa yang mampu memelihara semangat juangnya’ mengarungi lika liku kehidupan yang serba naik dan turun. Mereka adalah ‘orang-orang yang selalu cepat bangun dari kejatuhan’ ketika dunia memutar roda kehidupan seseorang dari atas menjadi ke bawah. Mereka adalah jiwa-jiwa yang selalu menjaga ‘cahaya kehidupan’ di batinnya agar tidak redup, apapun yang harus mereka terima dan hadapi dalam perjalanan sementara ini.

Sementara sukses materi, tidak lebih dari siklus pergerakan roda kehidupan duniawi, yang bisa mengarah ke bawah lagi tanpa ada persiapan dan pemberitahuan. Karena tidak tahu mengenai sukses hidup sebenarnya, orang yang hanya mengerti sukses materi akhirnya mengarah pada psikologis yang mematikan 'cahaya kehidupan' dirinya sendiri. Ketakuan dan kekhawatiran berlebihan akan kurangnya materi, membuat seseorang gundah, resah, tidak tenang dan tidak nyaman menjalani hidupnya lagi. Mereka menyimpan racun, suatu virus yang menggerogoti pemahaman sebenarnya dari kehidupan sementara disini. Jiwa mereka mati, karena hidupnya tak lagi mengandalkan kuasa atas dirinya sendiri, melainkan menggantungkannya pada keberadaan materi yang datang dan pergi. Sekarang bola kehidupan kembali berada di tangan Anda, apakah Anda mau menjadi seseorang yang sukses dalam hidup Anda sendiri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun