Mohon tunggu...
Fariz Falcon
Fariz Falcon Mohon Tunggu... -

BASED ON STORY: hidup adalah siaran, buku, dan kecup wangi perempuan!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Melihat Mahasiswinya Nge-DJ di Diskotik, Dosen Pembimbing Murka

30 September 2014   23:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu, pertemuan aku denganmu di depan kampusmu, sepekan kemudian kamu sudah ada dipelukanku. Terlalu cepatkah ini, tanyamu saat aku untuk pertama kali mengecup keningmu... Aku hanya berbisik; semua memang selalu serba cepat, dan serba cepat itu pula wanita wanita itu meninggalkanku... lalu aku menggigit kupingmu.

Aku nggak akan meninggalkan kamu, Fariz... itu desahmu saat sehari kemudian berciuman di toilet diskotik.  Dan aku hanya bilang bahwa semua wanita yang dekat denganku selalu berkata begitu. Toh, tetap saja meninggalkanku....

Di antara musik remix Love Never Felt So Good  dan kamu sedang ganas di atas tubuhku sepuluh hari kemudian kamu bertanya nakal; aku perempuan ke berapa yang kamu cumbu... dan jawabanku hanya tersenyum. Menjawab pun percuma karena kamu sudah mengbungkam mulutku dengan bibirmu.

Kamu meragukan cinta seperti Michael Jackson? tanyamu itu setelah pagi harinya berdua kita minum kopi di Resto Hotel Horison. Lalu aku menggeleng. Kamu mengguman dengan lirik Love Never Felt So Good. Lalu kamu menggodaku tentang Enno, pacar pertama dan cinta pertama.

"Kalau nggak ada Enno yang mutusin kamu, pasti nggak ada kisah Fariz Falcon di kompasiana yaaa..." tanya kamu.

"Bisa iya. Karena abis itu pencarian aku terhadap wanita yang bisa menggantikan kenangan Enno, jadi nggak berujung." jawabku lalu memainkan rambutmu yang biasa tertutup jilbab kalau kuliah.

"Nggak berujung karena kamu biarin kenangan Enno jadi Ratu... eih, gila bahasaku ya..."

Lalu di Resto Hotel pagi itu, kamu menagih janji. Mana postinganmu. Ya, tentu aku akan persembahkan kisahku ini buat gadis berjilbab yang Nge-Dj, yang sekarang ada di depanku dengan kopi dan rambut pirang basahnya.

Tapi sabar. Karena aku menulis di antara insomniaku, atau setelah aku dan kamu bercumbu, atau di saat sepiku dengan iringan musik remix. Masih ingatkah, kamu.... waktu itu sore yang harusnya cerah jadi sendu ketika  kamu menangis di pelukanku.

"Dosen Pembimbingku tahu aku Nge-DJ di Diskotik. Lalu dia tiba-tiba nggak mau lagi mengurus skripsiku!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun