Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... -

Pendapat lain yang perlu diperhitungkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pertamina Ceroboh dalam Produksi Tabung Gas LPG 3 kg tanpa Seal Karet Pengaman

23 Agustus 2014   23:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:45 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408785116853059364

Ibu saya adalah pengguna gas elpiji (LPG) tiga kilogram tabung warna hijau. Beliau tidak bisa mengganti tabung gas elpiji 3 kg itu bila gasnya habis. Sehingga, beliau selalu meminta ayah saya untuk memasangnya. Beberapa waktu yang lalu ibu saya mencoba memasang sendiri tabung itu karena tidak ada orang di rumah. Ibu saya berani mencoba memasangnya karena sesekali pernah melihat saat ayah saya mengganti tabung gas. Saat itu, ia mendengar tabung gas mengeluarkan bunyi mendesis disertai bau menyengat lantas ia pun tidak jadi memasangnya. Ketika ayah saya datang dan memeriksa tabung gas itu ternyata seal karet warna merah pada mulut tabung gas tidak ada sehingga saat dipasang terjadi kebocoran bocor. Ayah saya mengatakan kejadian ini beberapa kali terjadi karena beliau yang selalu memasang tabung gas. Untung saja, ibu saya tidak jadi memasang tabung gas itu sendirian. Adapaun, bentuk karet pengaman itu seperti ini:

Bagaimana mungkin perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sekelas PT Pertamina (Persero) bisa meloloskan tabung gas yang cacat itu? Bagaimana mungkin karet pengaman yang sangat penting itu bisa hilang padahal tabung gas itu memiliki segel asli? Bisa jadi inilah salah satu sebab banyaknya kejadian tabung gas LPG yang meledak.

Saya betul-betul menyayangkan kejadian ini karena ini menyangkut jiwa manusia, nyawa orang. Sangat mungkin kejadian ini banyak dialami oleh masyarakat luas.

Saya jadi bertanya-tanya, apa saja yang dilakukan karyawan atau pegawai Pertamina saat bekerja sampai melakukan kecerobohan dan kelalaian seperti ini? Padahal karyawan Pertamina dikenal memiliki gaji/upah/penghasilan yang fantastis tapi ternyata untuk masalah kecil ini saja, mereka tidak bisa mengatasinya secara PERMANEN. Pantas saja, harga BBM (Bahan Bakar Minyak) terus meningkat sehingga beban subsidi pemerintah terus naik. Saya tidak marah, saya justru kasihan terhadap Pertamina. Semoga saja peristiwa ini tidak terjadi lagi. Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun