Pencitraan Joko Widodo (Jokowi) sudah berlebihan. Bahkan, pencitraan Jokowi sudah memasuki ke media yang dianggap paling netral di dunia, Wikipedia. Padahal, Wikipedia merupakan ensiklopedia online yang kontennya diharapkan memenuhi prinsip netral, akurat, dan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip-prinsip ini dibangun salah satunya dengan membebaskan siapa saja, yang disebut kontributor Wikipedia, untuk membuat dan menyunting semua artikel di Wikipedia sesuai aturan.
Saya mengatakan artikel Jokowi dalam Wikipedia Bahasa Indonesia tidak netral karena artikel Jokowi memuat banyak hal yang tidak relevan dan tidak seharusnya dimuat dalam artikel tersebut. Artikel Jokowi di Wikipedia terlalu rinci dalam memuat apa-apa saja yang dilakukan Jokowi. Terlebih lagi, artikel Jokowi hampir semuanya hanya memuat hal-hal yang dianggap bagus saja. Sementara, bagian kontroversi hanya diberi sedikit ruang supaya artikel Jokowi dianggap netral. Akibatnya, artikel Jokowi menjadi sedemikian panjang seperti saat ini. Padahal Wikipedia mempunyai standar apa saja yang boleh dan tidak boleh dimuat dalam artikel bertema tokoh seperti artikel Jokowi.
Untuk lebih adilnya, kita lihat saja artikel-artikel tokoh lainnya dalam Wikipedia Bahasa Indonesia. Jikalau artikel Jokowi layak untuk disusun sedemikian panjangnya maka artikel Susilo Bambang Yudhoyono yang seorang presiden Republik Indonesia selama dua periode tentu harus lebih panjang daripada artikel Jokowi. Contoh lainnya, artikel Ali Sadikin yang sangat pendek. Padahal, beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 jauh lebih banyak mengubah wajah Jakarta daripada Jokowi. Lihat pula artikel Barack Obama dan tokoh-tokoh dunia lainnya dalam Wikipedia Bahasa Inggris.
Sayangnya, artikel Jokowi dalam Wikipedia Bahasa Indonesia kini tidak lagi bisa disunting secara bebas karena dilindungi oleh sejumlah kontributor Wikipedia yang punya otorisasi yang sangat mungkin mendukung Jokowi. Artikel Jokowi kini bahkan lebih terlindungi daripada artikel bertema agama yang jauh lebih sering mendapatkan perusakan. Inilah salah satu bukti bahwa Jokowi hanya mengandalkan pencitraan untuk menjadi presiden Republik Indonesia 2014-2019.
Harap memberikan komentar secara obyektif. Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H