Pagi ini dengan mobil pickup dan peralatan memotret sederhana kami akan mengabadikan salah satu tempat yang kami yakin tidak kalah menariknya dengan tempattempat wisata pantai dan alam di pulau ini. Dengan berbekal keyakinan ini kami mulai berangkat menujuh arah timur pulau rote, dengan titik keberangkatan dari pusat ibukota. Baa. Hembusan angin padang sabana bulan juli terasa menyengat dengan cirinya yang khas dingin tak akan mampu menghalangi perjalanan kami dengan kendaraan terbuka. Sejak kilometer pertama dari kota baa ke arah timur desa sotimori dusun kenamoen kami telah di suguhi oleh indahnya pasir putih, atolatol cantik yang di tumbuhi tanaman perdu dan salah satunya adalah beberapa jenis beringin local mini dan “santigi” yang sempat menjadi icon untuk pemburu dan kolektor tanaman hias. Tak kalah indah adalah bukitbukit kapur yang terjal dan curam, sangat mewarnai peta perjalanan darat di pulau sabana yang kering ini. Pada beberapa lokasi tampak bekas sawahsawah tadah hujan yang telah usai di panen, tampak di biarkan sebagai padang gembalaan ternak.
[caption id="attachment_197423" align="alignleft" width="202" caption="buih buih pada pesisir laut mati"][/caption] Kendaraan yang kami pacu dengan kecepatan rendah agar bisa menikmati indahnya perjalanan. Memasuki desa sotimori kami di suguhi oleh lumpur garam yang panjang, hutan mangrovenya yang padat dan bukitbukit kecil yang melindunginya, setelah itu kita memasuki sebuah danau kecil dengan dataran yang luas dan di lingkari oleh hutan tropis yang cukup padat dimana tempat hidupnya dua jenis binatang yang telah langkah di dunia, yaitu rusa timor (cervus timorensis) dan Kurakura leher ular (chelodina maccordi)
Akhirnya kamipun tiba di lokasi “Laut Mati” tersebut, nama yang di berikan oleh penduduk setempat. Rasa penasaran pada diri kami, pertama adalah coba merasakan rasa dari air danau ini, dan memang benar airnya sangat asin, di lingkari oleh bukit yang menjorok masuk ke pantainya yang berpasir putih halus, hutan mangrove dan karang terjal di beberapa pesisirnya menambah sempurnya tempat ini. Layaknya kita sedang melihat miniatur samudera luas yang mendekap benua dan pulau pulaunya. Ada beberapa atol yang cukup menyolok menghiasi tengah dan pinggiran danau ini. Pada pantai bagian utara yang sangat landai dengan pesisir pasir putihnya di lindungi oleh hutan mangrove yang cukup padat.
Di sebelah baratnya ada bukit kecil yang cukup tinggi untuk melihat keseluruhan isi danau ini, di sinilah kita bisa menikmati sunrise dari balik atol yang menyerupai pulau kecil di tengah lautan luas, disini biasnya yang menyerupai beribu pelangi dari dalam danau ini. Di latar belakangi oleh buihbuih putih di tepian pasir pantai, celahcelah dan puncak karang, juga di atas semak perdu di sekeliling danau benarbenar sangat memukau, seakan bisa menikmati kehidupan dua musim sekaligus disini, musim salju dan musim kemarau. Panorama yang sangat indah. Rasa penasaranku ingin menikmati bulan saat purnama, juga tiupan angin pada permukaan danau pada malam hari yang membuat buihbuih ini menyerupai salju. Buihbuih ini hanya terjadi pada malam hingga pagi sampai jam 08.00 wit selebihnya sirna karena angin kering siang hari yang kencang.
[caption id="attachment_197424" align="alignleft" width="150" caption="pesisir laut mati"]
Di danau ini kita juga bisa menikmati sunrise yang indah, bersampan sambil menikmati exotica biota bawah laut yang unik. Exotika “Laut Mati” ini seharusnya di gali dan di berdayakan secara professional oleh Pemerintah Daerah agar bisa memperkenalkan kepada dunia luar, bahwa danau ini tak kalah saing keindahannya dengan tempattempat lain di gugusan nusantara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H