Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manusia Primitif Menulis Buku?

10 Januari 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah mulai bisa dikuak dengan jelas, setelah penemuan berbagai prasasti dan karya tulisan masa lalu lainnya. Manusia masa kini bisa mengetahui berbagai cerita masa lalu, dari tulisan-tulisan tersebut. Tanpa tulisan, kita kesulitan memelajari masa lalu. Bahkan, masa yang tidak kita ketahui dengan pasti bagaimana ceritanya itu sering disebut sebagai  zaman pra sejarah.

Tentu saja, manusia pada masa pra sejarah, tidak pernah membuat sebuah karya yang bisa dibaca oleh manusia masa kini. Boro-boro menulis buku, menulis di daun saja tidak pernah mereka lakukan. Itulah kenapa, manusia masa kini hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi pada masa pra sejarah. Kadang, saking kejamnya manusia masa kini, menyebut manusia pada zaman pra sejarah itu sebagai manusia primitif. Manusia yang identik dengan keterbelakangan dan miskin kebudayaan.

Setelah ditemukannya kertas, manusia mulai menuliskan sejarahnya dalam bentuk buku tercetak. Lebih mudah disimpan dan lebih nyaman dibaca. Buku menjadi salah satu elemen amat penting dalam kebudayaan manusia bersejarah. Dia menyimpan begitu banyak cerita dan kisah. Buku juga menjadi tanda terbaik untuk manusia yang menghargai kebudayaan masa lalunya, masa kininya dan masa depannya.

Setiap orang kini bisa memelajari berbagai hal dari buku, sehingga sosialisasi berbagai hal, transformasi ilmu dan pengetahuan bisa berjalan dengan lebih baik dibanding sebelumnya. Banyak orang menyebut buku sebagai jendela dunia, jendela ilmu pengetahuan, dan senjata yang amat ampuh serta lebih baik dibanding senjata apapun. Sebagian orang lebih suka mengoleksi buku dibanding barang lainnya. Sebagian lainnya, amat bahagia jika mendapatka hadiah buku, lebih berbahagia ketimbang dihadiahi segepok uang.

Buku menjadi pertanda, buku menjadi pembeda antara manusia pra sejarah/manusia primitif, dengan manusia bersejarah dan manusia modern. Tengok saja catatan sejarah, hampir semua orang besar sejak jaman dahulu kala sampai sekarang, selalu menuliskan kisah dan pemikiran serta tindak-tanduknya dalam bentuk buku. Mereka sadar, untuk menjadi manusia bersejarah, harus dapat dibuktikan oleh manusia masa datang. Dan bukti itu amat kuat dampaknya dalam bentuk buku.

Nah, sekarang sudahkah Anda menuliskan sejarah diri Anda? Sudahkah eksistensi Anda dicetak untuk dibaca generasi mendatang? Atau sebaliknya, Anda mau mengikuti jejak manusia primitif yang tidak pernah menghasilkan karya apalagi dalam bentuk tulisan (buku). Manusia bersejarah menulis (buku), sedangkan manusia primitif tidak. Pilihan ada di tangan Anda.

Semangat menulis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun