Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kesalahan Dasar Teknik Bertanya Pengacara Ahok

3 Februari 2017   08:25 Diperbarui: 3 Februari 2017   09:25 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Teknik bertanya yang tepat akan menghasilkan jawaban yang lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Akurasi jawaban akan punya implikasi luas, dalam bidang apapun kita berkecimpung. Fakta, data dan opini yang kita peroleh dari jawaban tersebut seringkali berpengaruh besar terhadap hal-hal selanjutnya. Hal itu menandakan bahwa teknik bertanya punya fungsi yang sangat vital. Mengabaikan teknik bertanya, sama dengan mengabaikan dampak besar yang mungkin terjadi setelahnya.

Teknik bertanya yang tepat harus dikuasai oleh setiap orang dalam banyak profesi. Tanpa kemampuan teknik bertanya yang tepat, kemungkinan besar hasil kerja orang tersebut tidak akurat/kredibel, atau hasilnya tidak optimal. Misalnya seorang wartawan, guru, trainer, coach atau pengacara. Ada teknik bertanya yang berlaku khusus pada profesi tertentu, namun ada juga teknik bertanya yang berlaku universal.

Misalnya, dalam ilmu coaching. Coach dilarang menggunakan kata "mengapa" dalam setiap pertanyaannya. Pertanyaan mengapa, hanya akan memberikan jawaban berupa alasan. Subjektif sekali. Hal yang tidak efektif dalam proses coaching. Berbeda dengan teknik bertanya di bidang jurnalistik, karena kata tanya "mengapa" justru menjadi salah satu kata tanya paling dianjurkan. Untuk menggali informasi sebanyak mungkin.

Dalam persidangan kasus penistaan agama beberapa hari lalu, dengan Ahok sebagai terdakwa,  ada satu pertanyaan yang menggelitik terkait teknik bertanya. Pertanyaan tersebut berasal dari pengacara Ahok – Humprey Djemat, kepada saksi K.H. Ma’ruf Amin – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pertanyaan inilah yang kemudian menjadi salah satu sumber kontroversi dengan beragam sudut pandang.

Saya tidak akan membahas tentang kontroversinya, melainkan dari sisi teknik bertanya pengacara yang menyebabkan timbulnya salah satu kontroversi atau menimbulkan jawaban yang kurang akurat, ambigu, dan membingungkan. Saya menilai ada teknik bertanya yang tidak tepat yang disampaikan Humprey (beliau pengacara senior dengan track record bagus, sehingga Ahok menggunakan jasanya). Meski pengacara senior, tetapi namanya juga manusia, mungkin saja pada satu atau dua kesempatan melakukan teknik bertanya yang tidak tepat.

Berikut ini transkrip pertanyaannya.

Humphrey: Iya berada di lantai empat, saya ingin menanya apakah ada pada hari Kamis sehari sebelum anda bertemu paslon AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dan Sylvi (Sylviana Murni), anda menerima telpon dari pak SBY pukul 10.16 (WIB) yang menyatakan adalah untuk mengatur agar pak Agus dan Sylvi diterima di kantor PBNU dan kedua untuk segera mengeluarkan fatwa terkait kasus penistaan agama yang dilakukan oleh pak BTP (Ahok), ada atau tidak?

Ma’ruf: Tidak

Dari isi pertanyaan tersebut sebenarnya yang hendak ditanyakan pengacara itu fakta yang mana. Karena isinya mengandung beberapa fakta yang hendak dikonfirmasi. Salah satu tujuan pertanyaan adalah konfirmasi.

  • Ada telepon dari SBY atau tidak.
  • Ada permintaan mengatur pertemuan atau tidak.
  • Ada permintaan mengeluarkan fatwa atau tidak.

Tiga fakta yang berbeda, tapi ditanyakan pada kesempatan yang sama dalam satu pertanyaan sekaligus. Jawaban Ketua MUI adalah “tidak”. Kita tidak tahu pasti jawaban “tidak” itu untuk fakta yang mana. Untuk salah satu atau untuk semuanya. Hanya Ketua MUI yang tahu, walaupun  dari teknik bertanya pengacara tersebut, saya bisa juga menilai jawaban “tidak” yang mana yang dimaksud oleh Kiyai Ma’ruf.

Dalam teknik bertanya di bidang jurnalistik (karena latar belakang saya jurnalistik) terdapat satu peraturan penting yaitu dilarang menanyakan dua atau lebih fakta dalam satu pertanyaan. Dua jenis fakta saja tidak boleh, apalagi lebih. Pertanyaan Humprey berisi 3 fakta yang hendak dikonfirmasi. Hal ini menyalahi teknik bertanya yang tepat. Apakah teknik itu hanya khusus di bidang jurnalistik. Ternyata tidak. Teknik yang satu ini berlaku umum, karena menyangkut kemampuan manusia dalam menyerap informasi melalui telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun