[caption caption="Pemasukan pengemudi taksi"][/caption]Tahukah Anda seberapa sering seorang sopir taksi bekerja dalam sebulan?
Tahukah Anda seberapa banyak produsen sepatu memproduksi sepatunya dalam sebulan?
Jawabannya:
Sopir taksi bekerja dalam sebulan hampir setiap hari. Di sebuah perusahaan taksi, sopir menggunakan rumus 2 – 1. Dua hari bekerja sehari libur. Setiap kali bekerja, bukan nine to five seperti orang kantoran, melainkan dari jam 5 pagi sampai jam 1 dinihari atau lebih. Hasilnya? Alhamdulillah, bisa menafkahi keluarga. Sebagian mampu menabung dan berinvestasi properti. Sebagian lainnya, bisa punya mobil taksi sendiri.
Bagaimana dengan perusahaan produsen sepatu? Ketika dia bisa menawarkan sepatu dengan model paling tren, maka sepatunya laris. Produksi makin banyak. Namun, kalau tidak sesuai tren dan tidak sesuai selera konsumen, produksi menurun. Perusahaan sepatu akan sukses dan bertahan, kalau terus menerus berproduksi karena sepatunya laku. Hasilnya, sang pengusaha akan menikmati keuntungan besar.
Seharusnya demikian pula penulis. Apakah dia seorang penulis profesi (seperti sopir taksi) atau penulis yang pebisnis seperti pengusaha sepatu. Kalau mau sukses dan mampu menafkahi keluarga dari kegiatan menulis, maka dia harus seperti sopir taksi dan pengusaha sepatu tadi. Bekerja rutin dan memproduksi tulisan sebanyak-banyaknya. Produksi tulisan yang sesuai dengan pesanan atau klop dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Sesungguhnya rumusnya sesederhana itu.
Sayang sekali, banyak penulis yang malas dan buta terhadap hukum alam. Belum tentu sebulan sekali mengirim naskah ke penerbit. Lah, mau makan apa? Hasil dari satu buku saja belum tentu mampu menghidupi keluarga untuk sebulan. Mikir dan berhitung dong. Belum tentu juga menulis artikel yang dibayar  (apakah media massa atau pihak lain) setiap hari. Lalu mau dapat pemasukan dari mana? Mikir dan berhitung dong.
Kenapa sopir taksi mampu menghidupi keluarganya setiap hari? Karena dia sudah berhitung atau dihitungkan oleh perusahaan tempatnya bekerja, agar dia bekerja hampir setiap hari. Salah satu perusahaan taksi misalnya menjanjikan penghasilan sebesar Rp 165.000 per hari kepada sopirnya, atau sekitar Rp 3.000.000 per bulan. Lebih tinggi dari sebagian besar batas upah minimum.
Anda yang berprofesi penulis atau akan terjun di dunia menulis, berteriak-teriak susah menjadi penulis, tapi tidak setiap hari menulis? Tidak setiap hari berproduksi? Tidak setiap hari menawarkan jasa Anda? Tidak setiap hari menjajakan karya Anda? Tidak setiap hari bekerja keras, cerdas dan ikhlas?  Hmmm… mikir dan berhitung dong.
Kalau mau jadi penulis profesional yang mampu menafkahi keluarga dari menulis, mulai sekarang rajinlah menulis. Setiap hari harus menulis. Dan… tulisannya harus sudah pasti mendapatkan imbalan. Emang ada sopir taksi yang mengantarkan penumpang secara gratisan? (Ada pas promo ya? Atau program PR perusahaan seperti Blue Bird tempo hari, he he).
[caption caption="jadi penulis susah ya?"]