Bahkan belakangan muncul lagi ukuran baru. Penulis yang benar-benar penulis, yang profesional, yang sah, yang afdhol, yang sejati: mereka yang sudah tersertifikasi standar BNSP. Certified writer dengan stempel logo emas Garuda di selembar kertas dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Ah, terserah Anda mau pakai, percaya, dan mengakui yang mana.Â
Banyak kok penulis yang artikelnya tidak pernah dimuat di harian Kompas, tapi sukses sebagai penulis baik dengan karya artikel maupun buku. Malah, banyak wartawan harian Kompas (dan mungkin redaktur kolom opininya) atau wartawan media terkemuka lainnya yang seumur hidupnya tidak pernah menulis artikel di media lain. Tidak pernah juga menulis buku.Â
Tidak sedikit penulis buku sukses besar tanpa harus melalui penerbit Gramedia. Bahkan banyak sekali. Sebagian dari mereka tidak juga lewat penerbit mayor atau penerbit besar. Mereka sukses sebagai penulis dengan cara menerbitkan sendiri. Indie. Self-publishing. Sudah zamannya.
Banyak juga penulis yang berhasil sebagai penulis meski tak satu pun bukunya bestseller. Dia tetap berkarya dan produktif; sebagai penulis. Sebanyak mungkin karya. Artikel, cerpen, puisi, novel, atau buku. Tetap dipercaya klien dan pembaca.
Malah ada penulis yang menghasilkan hanya satu buku saja: buku bestseller-nya itu. Atau buku yang dijadikan sebagai referensi di kalangan dan atau komunitasnya. Ukuran jumlah tidak lagi relevan.Â
Tidak sedikit pula penulis cerpen dan novel sukses tanpa pernah menulis di media bergengsi sekelas Horison. Dan lebih banyak lagi penulis hebat masih belum bersertifikat BNSP.
Silakan Anda menilai sendiri baik secara objektif maupun subjektif. Siapa penulis afdhol, sah atau sejati. Yang lebih penting: tetaplah menulis, teruslah berkarya, dalam bentuk apapun untuk mewarnai bangsa ini dengan kebaikan. Semangat berkarya.
Jangan hanya karena belum pernah dimuat di Kompas, tidak masuk Gramedia, tidak laris, baru satu buku, belum punya sertifikat, lalu berhenti menulis.Â
Bangsa ini masih butuh karya-karya tulis yang bernilai positif di berbagai media dalam beragam bentuk. Tidak peduli penulisnya afdhol atau tidak afdhol. Sah atau tidak sah. Sejati atau tidak sejati. Itu hanya pemeo saja kok.
Meski sebaiknya, dijadikan sebagai cambuk.