Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sinar Terang Literasi dari Kalimantan Utara

24 Januari 2021   16:08 Diperbarui: 24 Januari 2021   16:25 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Daripada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan api... sekecil apapun itu," demikian saya sampaikan pada acara peluncuran YTPRayeh.com terkait dengan kondisi negara dan dunia yang dirundung pandemi Covid-19. Kalimat mutiara itu aslinya berasal dari pernyataan Eleanor Roselvelt, dengan sedikit perubahan. Di bangsa China, Arab, beragam suku di Indonesia dan berbagai negara lainnya, kalimat mutiara semacam ini juga ada, sebagai simbol optimisme dalam menghadapi suatu masalah.

Indonesia sedang menghadapi beragam masalah. Yang paling berat adalah dua; Pandemi Covid-19 dan Krisis Kebangsaan. Pandemi Covid menyebabkan begitu banyak ketidakpastian sehingga menyebabkan kekhawatiran manusia. Bagaimana pun, nyaris semua orang takut pada ketidakpastian. Energi bangsa ini tercurah begitu hebat pada bagaimana menangani pandemi tersebut.

Di sisi lain, Indonesia menghadapi tantangan luar biasa terkait kebangsaan. Boleh disebut krisis. Indonesia yang berbeda-beda yang sudah diikat dengan begitu hebat oleh semboyan bhineka tunggal ika, ternyata masih bergoyang oleh isu perbedaan. Khususnya perbedaan identitas. Padahal, nenek moyang kita para pendiri bangsa ini, sudah 'selesai' dengan perbedaan. Sesuai isi Sumpah Pemuda, kita adalah satu. Berbeda-beda namun tetap satu.

Pertanyaannya, siapa yang memikirkan nilai-nilai kebangsaan tetap lestari di tengah pandemi ini? Karakter, budaya, kearifan lokal, dan segala nilai orisinal bangsa yang berasal dari ratusan suku bangsa adalah modal dan kekuatan. Jika kita gali, ketahui, laksanakan, dan jadikan maka semua modal dan kekuatan itu mampu menanggulangi segala tantangan bangsa termasuk pandemi Covid. Kita sudah punya "vaksin alami" pandemi tersebut.

Sungguh, tak layak mengutuk dan mengeluh kondisi sekarang.

Sungguh, kita punya karakter asli nan orisinal: sikap optimistis yang luar biasa.

YTPRayeh.com hadir untuk menyuarakan optimisme sebagai suatu bangsa; Muncul untuk menggelorakan semangat kebangsaan menghadapi berbagai tantangan; Berdiri untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa; Bergerak untuk menumbuhkan karakter asli bangsa Indonesia yang sudah diwariskan para leluhur;  Bertumbuh untuk menyemai peradaban baru Indonesia yang lebih baik; Indonesia sejati! Melalui literasi tanpa henti.

Sang penggagas Yansen Tipa Padan (YTP), lahir dan besar di Kalimantan Utara. Provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia. 

Semangat menanam peradaban baru Indonesia lahir darinya, dari perbatasan negeri. Seperti kata mutiara tadi, tak layak kita mengutuk kegelapan. Lebih baik kita menyalakan api. Sekecil apapun itu. Dari mana pun asal mulanya.

Sinar bisa datang dari mana saja. Cahaya bisa muncul dari asal tak terduga. Termasuk sinar dari Kaltara, yang akan makin bercahaya menggelorakan literasi dalam membangun peradaban baru Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun