Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Om Telolet Om, Toleransi yang Mendunia

22 Desember 2016   10:21 Diperbarui: 22 Desember 2016   13:25 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ha ha… tertawa dulu ya sebelum tertawa itu dilarang. Inilah fenomena dahsyat kreativitas orang Indonesia yang mewabah sampai ke seantero dunia. Dan kreativitas itu… sungguh sangat sederhana. Tidak perlu yang rumit-rumit. Cukup om telolet om.

Media sosial telah menjadi sarana warga dunia untuk mengekspresikan apapun. Baik positif maupun negatif. Fenomena om telolet om sungguh positif. Dia lahir dari bawah, dari kelas yang sungguh tak terbayangkan sebelumnya, akan mampu mengguncang dunia. Meminjam istilah sosiologi, fenomena ini berasal dari kaum jelata dan proletar.

Manusia generasi sekarang kembali ke khittahnya yaitu kesederhanaan. Bahagia itu sederhana. Hanya mendapatkan klakson yang diminta pun, sudah bahagia. Kreativitas itu sederhana. Hanya dengan tulisan lusuh di karton saja, sudah kreatif. Hanya memainkan klakson bus saja, sudah kreatif.

Dan yang lebih penting lagi, fenomena om telolet om, mampu menyatukan seluruh dunia berupa trending topic di Twitter, heboh di Facebook, download rame-rame di Youtube dan gemuruh di media sosial lainnya. 

Media sosial mampu menyatukan kelas bawah – bahkan sangat bawah – dengan kelas menengah serta kaum elit di negeri ini, bahkan kaum sosialita papan amat atas di manca negara. Medsos mampu menyatukan dan melupakan semua perbedaan. Siapapun bisa kena wabah om telolet om, tanpa pandang bulu, warna kulit, ideologi, agama, politik dan lain segalanya.

Dunia butuh hal-hal semacam ini. Manusia memerlukan refreshing sederhana, yang membahagiakan. Kita bosan dan jenuh dengan kekerasan, perbedaan dan konflik. Penduduk medsos dunia masih normal dan waras otaknya: menolak intoleransi, menolak konflik politik di Suriah – Allepo, menolak konflik Sara di Rohingya, menolak hujatan terhadap pihak-pihak yang berseberangan dan sejenisnya.

Fenomena om telolet om, pada salah satu sisinya mirip dengan gerakan 212. Manusia Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa orang Indonesia mayoritas suka damai, suka toleransi, suka membahagiakan orang lain, kreatif, suka hal-hal yang menyejukkan, dan dengan bersuka cita bergaul dengan masyarakat dunia.

Lihatlah sekarang, tanpa melihat latar belakang, semua warga dunia terkena demam om telolet om. Indonesia bisa mengguncang dunia, seperti yang pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Mengguncang dengan aksi damai ala 212, mengguncang dengan on telolet om, dengan sepakbola AFF, atau nanti – optimistis – dengan aksi-aksi lain yang luar biasa, menyejukkan, positif dan membahagiakan dengan cara sederhana.

Saya cinta Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun