Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Kritis Demo 212

1 Desember 2016   08:02 Diperbarui: 1 Desember 2016   08:16 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alhamdulillah, demo bela Islam tgl 2 Desember besok akan berlangsung dengan semangat super damai. Artinya, demo akan berlangsung lebih daripada sekadar damai. Super bermakna sangat atau luar biasa. Jadi demo besok itu bukan hanya damai melainkan sangat damai atau luar biasa damai. Semoga demikian pada kenyataannya. 

Ketika demo bela Islam kedua berlangsung November lalu, saya termasuk yang merasa khawatir. Apalagi begitu melihat jumlah massa yang luar biasa banyak. Super banyak. Masjid Istiglal penuh. Jalanan sekitar Istana juga penuh. Dalam ilmu sosiologi dan psikologi, terdapat kecenderung perilku massa yang agak sulit dikendalikan. Perilaku kerumunan, demikian biasanya disebut, sangat rawan mengarah pada perilaku negatif. 

Tapi alhamdulillah, sampai sore... demo relatif berlangsung damai. Merinding juga melihat begitu banyak orang beraksi dan mayoritas memang berlaku damai.

Walaupun kemudian terbukti, perilaku kerumuman dengan sedikit provokasi saja dapat meletup menjadi sebuah kondisi tak terkendali. Apalagi didukung oleh kondisi yang mulai gelap atau malam. Psikologi gelap dan malam ini juga rawan. Dua kerawanan bergabung maka terjadilah apa yang tidak diinginkan tersebut. Untunglah aparat keamanan sigap dan mampu melokalisir perilaku kerumuman tersebut. Dibantu oleh elemen-elemen demo yang sebagian besar memang mau damai.

Nah menjelang demo 212 ini, semua pihak tidak boleh lengah. Peserta demo yang dikomandoi oleh pendukung fatwa MUI harus kita percayai penuh memang akan berdemo secara damai. Buktinya mereka mau berkompromi dengan polisi terkait lokasi demo yang sebelumnya di seputar bundaran HI menjadi ke Monas. Sebuah sikap kompromi yang patut diapresiasi. Waktunya pun lebih bersahabat yaitu dari pagi sampai sholat Jumat.

Di sisi lain polisi juga bekerja ekstra keras karena kondisi keamanan memang menjadi tanggung jawab mereka. Apapun akan dilakukan polisi untuk menjaga keamanan. Risiko besar menjadi taruhannya. Pihak pendemo dan polisi sama-sama sudah sukses berkompromi sehingga aksi 212 ini berpotensi sangat besar untuk benar-benar super damai. 

Namun, sekali lagi... kita tidak boleh lengah. Tetap harus waspada. Demo dengan jumlah massa sangat besar tetap rawan dengan perilaku kerumunan. Kita juga tidak boleh menutup mata terhadap kemungkinan niat pihak tertentu yang ingin mengacaukan situasi. Jika pihak tertentu itu sukses mengacaukan yang rugi bukan hanya pihak pendemo dan polisi melainkan seluruh bangsa ini. Saya sungguh tidak rela demo super damai ini dinodai oleh niat buruk segelintir kepentingan lain. 

Saya percaya kita adalah bangsa besar yang makin dewasa dan pencinta perdamaian. Siapapun kita dari latar belakang apapun yang berbeda, kita sama. Kita punya satu tujuan menjaga keutuhan NKRI, dan punya cita-cita sama yaitu Indonesia yang adil makmur dan sejahtera. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun