Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mental Karyawan Jangan Jadi Penulis  

8 April 2016   14:05 Diperbarui: 8 April 2016   14:13 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum memutuskan menjadi pedagang pulsa pada awal tahun 2000-an lalu, Asep sudah lebih dulu melakukan riset di sekitar kampung halamannya. Meski berlokasi di pinggir sawah dan perbukitan, Asep melihat peluang yang tidak dilirik warga sekampungnya. Rata-rata warga sekitar hanya menjual kebutuhan pokok sehari-hari atau jajanan kampung. Asep tidak, dia justru menjual pulsa yang menurut hasil riset sederhananya akan dibutuhkan warga. Padahal saat itu, baru segelintir warga yang punya HP. Ada risiko besar di depan mata.

 Asep rajin keluar kampungnya. Di kampung yang lebih dekat ke kota, sudah lebih banyak warga yang punya HP, sehingga di sana sudah ada pedagang pulsa. Menurut Asep, kampungnya pun akan begitu. Akan semakin banyak warga yang punya HP dan pasti membutuhkan pulsa. Insting bisnis Asep tepat. Dalam waktu relatif singkat, semakin banyak warga yang punya HP, dan tentu saja pasti butuh pulsa. Keputusan Asep berbisnis jualan pulsa, selangkah di depan warga sekampungnya. Asep punya mental wirausaha yang kuat. Dia berani mengambil risiko.

Keberanian mengambil risiko itu pula yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Sebagian besar penulis, menghasilkan karya yang ketika dipajang di toko buku/media lainnya, belum tentu laku. Ada risiko di sana. Apakah Anda siap menghadapi risiko, buku yang Anda tulis tidak laku? Bahkan sebelum naskah diterbitkan pun ada risiko pertama yaitu naskah ditolak penerbit karena tidak layak terbit dan tidak layak jual. Siapkah Anda?

Jangankan penulis buku, penulis di media warga seperti Kompasiana saja, menghadapi risiko yaitu artikel tidak dibaca orang. Kalau pun dibaca, jumlah pembacanya hanya hitungan jari. Siapkah Anda?

Faktanya, lebih banyak yang tidak siap menghadapi sejumlah risiko itu. Berapa banyak penulis di Kompasiana yang melemah semangatnya karena tulisannya hanya diklik sedikit orang? Lalu tidak/malas menulis lagi.

Berapa banyak calon penulis yang patah arang hanya karena 4-5 kali ditolak penerbit? Kemudian tak pernah mengirim naskah lagi.

Berapa banyak penulis yang mutung gara-gara lima buku pertamanya tidak laku-laku? Akhirnya, tak mau menulis buku lagi dan menyebut industri buku tidak menarik dan tidak menjanjikan!

Mereka semua tidak punya mental pengusaha. Pengusaha itu pantang menyerah. Pengusaha itu selalu mencoba dan mencoba lagi sampai berhasil. Setiap kali jatuh, setiap kali itu pula dia bangkit lagi. Pengusaha itu selalu siap menghadapi risiko seberat apapun. Dan faktanya, tidak ada satu orang pun pengusaha sukses yang belum pernah merasakan gagal. Bahkan, meminjam istilah Bob Sadino, keberhasilan itu adalah kumpulan dari segunung kegagalan.

Agar menjadi penulis yang tahan banting dalam menjalankan profesinya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus bermental pengusaha. Bahkan sebelum membuat sebuah karya pun, penulis harus punya sikap seperti Asep. Dia tidak asal memilih usaha, tapi berdasarkan riset dan insting yang kuat. Nah, Anda ketika menulis sesuatu apakah sudah melakukan riset? Bukan hanya riset tentang isinya, melainkan juga riset tentang siapa calon pembaca naskah Anda? Berapa banyak jumlahnya? Apakah mereka pasti akan membaca karya Anda? Dan lain sebagainya.

 Kalau tidak melakukan itu, lalu gagal ya wajar!

Jika Anda tidak siap dengan hal-hal semacam itu, sebaiknya tidak usah jadi penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun