Infotainment RekayasaÂ
Bagaimana dengan program infotainment? Acara yang selalu mendapatkan sorotan publik karena isinya hanya gosip dan isu seputar para selebritas. Kalangan ulama mengatakan sebagian acara ini haram, karena berisi ghibah, yaitu memperbincangkan keburukan orang lain yang belum tentu kebenarannya. Sudah pasti benar pun kalau keburukan itu bersifat pribadi dan tidak ada kaitannya dengan kepentingan publik, ketika disebarkan tetap masuk kategori ghibah. Apalagi jika gosip itu tidak benar.Â
Praktik di lapangan sungguh membuat miris. Banyak sekali info, yang sama sekali tidak berdasar, hanya berasal dari sms yang beredar di kalangan selebritas dan pekerja infotainment. Tidak jarang mereka menciptakan sendiri gosip tersebut, lalu menyebarkannya. Seolah mengamini istilah gosip, yang makin digosok makin sip. Seorang selebritas yang mulai turun pamornya, atau sedang sepi order-an, tanpa sungkan meminta pekerja infotainment untuk menggosipkannya. Atau dia sendiri yang membuat gosip untuk dirinya sendiri.Â
Bisa pula sebuah perusahaan hiburan untuk kepentingan publikasi dan promosi produknya, sengaja menciptakan gosip yang menarik perhatian publik. Dan yang paling parah adalah perilaku sebagian pekerja infotainmennya. Lihatlah di televisi saat ini, ada berapa banyak program infotainment. Mereka tayang terus menerus setiap hari tanpa libur. Artinya harus selalu ada gosip dan info yang ditayangkan. Apa yang terjadi ketika sepi gosip dan info tentang selebritas? Tak ada cara lain kecuali menciptakan gosip itu. Ada selebritas yang senang dengan gosip rekayasa itu, tapi tak jarang juga selebritas menjadi korbannya.Â
Program Jurnalistik pun Terkena ImbasnyaÂ
Praktik kebohongan seperti itu ternyata tidak hanya dilakukan para praktisi televisi untuk program artistik (hiburan), melainkan juga acara-acara informasi dan berita (jurnalistik). Dalam teori ilmu komunikasi massa, disebutkan dengan jelas dan gamblang bahwa berita adalah sebuah fakta atau data yang bisa dibuktikan kebenarannya dan mempunyai dampak terhadap publik. Kata kuncinya adalah fakta.Â
Beberapa tahun silam, publik dikejutkan dengan temuan berbagai perilaku curang para pedagang, mulai dari pedagang bakso dengan daging tikus sampai tukang melon atau semangka suntikan. Tentu saja fakta tersebut membuat geger sebagian masyarakat, terutama para pedagang yang tidak melakukan tindakan seperti dalam acara tersebut. Selidik punya selidik, memang benar ada sejumlah pedagang yang berpraktik kotor, tapi jumlahnya sedikit.Â
Namun dalam tayangan tersebut seolah-olah, praktik itu sudah merajalela. Dalam program itu juga diperlihatkan bagaimana cara-cara pembuatan penganan oleh pedagang, yang ternyata hasil rekayasa. Sebuah grup mafia penyedia berita sensasional semacam itu, dengan rapi gentayangan menawarkan program tersebut kepada stasiun televisi. Beberapa diantaranya sudah sukses dan ditayangkan. Mereka sudah sangat berpengalaman, sehingga hasil liputannya seolah berdasarkan fakta, padahal sebagian besar hasil rekayasa. Lagi-lagi publik yang menjadi korbannya. Program informasi kriminal pun setali tiga uang.Â
Praktik kebohongan juga berkali-kali tejadi dan malah menjadi salah satu modus pekerja media. Mereka punya acara harian berisi informasi kriminal. Logikanya, mereka akan senang jika slot informasi kriminal tersebut selalu terpenuhi. Tapi fakta harian kadang tidak selalu sesuai harapan. Ada hari-hari tertentu yang sepi dari kejadian kriminal, dan bisa berakibat pada tak terisinya slot program. Para pemburu informasi pun selalu ditarget untuk mendapatkan sebuah liputan atau lebih. Harus. Kalau tidak dapat, risikonya adalah catatan kinerjanya ditulis buruk.Â
Alhasil, lagi-lagi rekayasa menjadi jalan keluar. Seperti kisah seorang produser yang tahu persis kelakukan anak buahnya. Setiap kali mangkal di sebuah pos polsek misalnya, jika sampai jam tertentu tidak ada laporan kriminal, maka tim reporter bekerja sama dengan aparat untuk membuat berita. Macam-macam bentuknya. Ada yang sengaja menggerebek sebuah tempat judi, atau menjaring PSK (pekerja seks komersial) dan sejenisnya. Maka jangan heran jika pada acara-acara penggerebekan yang seharusnya bersifat rahasia itu, awak media info kriminal, ikut menyertai petugas dengan kamera dan lampunya yang terang benderang di tengah kegelapan.Â
Akibat Persaingan IndustriÂ