Salah satu ruangan di Hotel Santika Slipi, sontak menjadi hiruk pikuk berkat kehadiran 100 lebih Kompasianer. Mereka beramai-ramai menghadiri acara Tokoh Bicara Kompasiana pada Sabtu, 8 November lalu, yang menghadirkan Bupati Malinau Dr. Yansen TP., MSi. Temanya sesuai dengan judul buku yang ditulis sang Bupati yaitu Revolusi dari Desa, saatnya dalam pembangunan percaya kepada rakyat.
Tema ini sangat relevan dengan kondisi kekinian bangsa Indonesia yang baru saja memiliki presiden baru, Jokowi. Dalam kampanyenya, Jokowi mengusung sejumlah program yang antara lain akan melakukan pembangunan dari desa dan pinggiran. Penulis yaitu Bupati Malinau, hendak menawarkan sebuah konsep pembangunan dari pinggiran, dari desa, yang sudah diterapkannya di Malinau sejak 2011 lalu, dan sejumlah indikator menunjukkan keberhasilan.
Dalam pemaparannya, Bupati Yansen menjelaskan konsep dasar Revolusi dari Desa. Di Malinau konsep ini disebut sebagai Gerakan Desa Membangun (Gerdema). Gerdema berupaya mengurangi peran pemerintah kabupaten dan meningkatkan peran pemerintahan desa serta masyarakat lokal. Bukti nyata dari pengurangan peran pemerintah kabupaten adalah diserahkannya 31 kewenangan bupati kepada kepala desa. Jumlah kewenangan terbesar yang diserahkan sebuah pemda di seluruh Indonesia. Biasanya, pemda kabupaten akan sekeras mungkin menguasai kewenangannya dan hanya sedikit kewenangan yang diserahkan kepada desa.
Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya yang hadir pada acara itu mengomentari hal tersebut dengan pepatah bahasa Sunda, “Kop huluna kop buntutna” (Silakan kepalanya silakan juga ekornya). Artinya, Bupati Malinau menyerahkan secara penuh setiap kewenangan yang diberikan kepada desa. Hal ini adalah sebuah fakta yang luar biasa. Sebuah bukti kepercayaan pemda kepada masyarakat desa.
Hal lain yang dipaparkan adalah belum percayanya pemerintahan pusat dan daerah kepada masyarakat, dalam melaksanakan pembangunan. Alasannya, masyarakat dianggap belum mampu melaksanakan sendiri pembangunannya. Pembangunan harus tetap dikontrol dan dilaksanakan oleh pemerintahan, yaitu pemerintah daerah kabupaten sampai perpanjangan tangannya yaitu di kecamatan. Bagaimana dengan desa? Perangkat Desa hanya menjadi penonton dan menjadi petugas pembuatan kartu keluarga serta KTP saja. Atau hanya menjalankan program dari pemerintahan di atasnya semisal PNPM Mandiri.
Di Malinau tidak demikian. Pemda Malinau percaya kepada masyarakat desa, bukan hanya retorika. Tapi benar-benar percaya. Benar, mereka belum mampu seperti anggapan pemerintah pusat atau para pakar kebijakan pembangunan. Tapi, pemda Malinau tidak tinggal diam menyikapi ketidakmampuan itu. Sejak program Gerdema berjalan pada 2011 lalu, pemda Malinau langsung membuat sejumlah program untuk memampukan masyarakat desa dalam membangun desanya sendiri. Mereka diajari membuat perencanaan, diajari diskusi dan musyawarah, diajari administrasi yang benar, diajari sistem birokrasi yang baik dan diajari mengelola keuangan serta anggaran. Setelah diajari, Pemda Malinau juga melakukan pendampingan terhadap mereka sampai mereka mampu. Bupati Malinau Yansen TP menyiapkan sistem dan mekanisme program itu secara rinci dan rapi, seperti tertuangd dalam buku Revolusi dari Desa.
Sesi tanya jawab berlangsung seru. Begitu kang Pepih Nugraha memberikan kesempatan bertanya, lebih dari 10 Kompasianer angkat tangan, terutama yang duduk di barisan depan. Berhubung batasan waktu, hanya 6 Kompasianer yang berkesempatan bertanya dan dijawab langsung oleh Bupati Malinau. Keenam penanya berasal dari DPRD Tasikmalaya, pemerhati kebijakan publik/penulis, staf Ketua DPD RI, mahasiwa ITB, Kompasianer yang pernah ke perbatasan, dan seorang Kompasianer senior.
Acara menjadi lebih seru karena setiap penanya mendapatkan souvenir dari panitia. Sedangkan yang tidak berkesempatan bertanya, masih punya peluang mendapatkan voucher belanja dari MAP lewat kuis, serta grand prize sebuah smartphone untuk pemenang Tweet Competition selama acara berlangsung. Selamat buat bung Hardy yang jadi juara kompetisi tweet tersebut. Sambil menunggu pengumuman hadiah dan kuis para Kompasianer menikmati makan siang yang disediakan panitia dihibur oleh alunan suara merdu Nadia, penyanyi yang ikut mengisi lagu latar film Perahu Kertas.
Asyik banget deh Kompasianer yang ikut acara Tokoh Bicara Kompasiana.
Acaranya keren dan banyak hadiahnya.
Sampai jumpa di Tokoh Bicara berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H