Mohon tunggu...
Abdul Rahmat
Abdul Rahmat Mohon Tunggu... Guru - Guru

Suka dengan puisi dan novel. Menulis karena sudah jatuh cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Bermakna dengan Proyek Mading

3 Mei 2023   12:49 Diperbarui: 3 Mei 2023   12:51 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai guru, saya memiliki tanggung jawab menciptakan merdeka belajar dan menumbuhkan pemahaman bermakna pada setiap pembelajaran yang diikuti siswa. Dan tujuan tersebut dapat terwujud jika siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Dan menurut saya, salah satu model pembelajaran yang dapat mencapai tujuan tersebut ialah pembelajaran berbasis proyek/project based learning. Project Based Learning (PjBL) adalah metode di mana pembelajaran lebih berpusat pada siswa. Dan bisa diterapkan pada pembelajaran IPA tentang Hewan Langka di Indonesia di mana siswa diharapkan mampu memahami berbagai jenis hewan yang dilindungi dan cara melestarikannya.

Namun, metode pembelajaran berbasis proyek belum menjadi suatu pembiasaan saat proses pembelajaran di kelas. Para guru termasuk saya di sekolah masih menggunakan metode pembelajaran dan asesmen tradisional berupa soal-soal tertulis. Dan ini menjadi hal yang cukup menantang bagi saya. Selain guru, siswa juga belum terbiasa dengan model pembelajaran ini.

Saya pun mencoba menerapkan pembelajaran berbasis proyek saat saya mengajar. Di kelas 4A SDN 011 Balikpapan Tengah, saya mengajak siswa melakukan kampanye pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati dengan pembelajaran berbasis proyek atau project based learning. Saya mengajak siswa untuk membuat kampanye atau ajakan menjaga hewan-hewan langka yang terancam punah. Dengan menjawab pertanyaan mendasar untuk memantik respons siswa: "Aksi nyata apakah yang bisa kalian lakukan untuk menyebarkan informasi pentingnya menjaga kelestarian hewan langka di Indonesia?".

Saya memberikan berbagai pilihan aksi yang bisa dilakukan: membuat mading, membuat video pendek, cerita dan sebagainya. Mereka pun sepakat membuat majalah dinding/mading. Proyek yang dibuat adalah majalah dinding (mading) bertema "Cara Melestarikan Hewan Langka di Indonesia". Mading karya siswa tersebut menjadi sarana publikasi yang bisa dibaca oleh siapa pun.

Dengan membuat mading siswa diharapkan dapat memahami pentingnya menjaga hewan-hewan yang hampir punah. Dengan begitu, di dalam diri mereka diharapkan tumbuh kecintaan pada satwa-satwa di Indonesia. Mading yang mereka buat juga dapat menjadi sarana informasi dan publikasi yang bisa dibaca oleh warga sekolah lainnya.

Saya membagi siswa menjadi enam kelompok. Setiap kelompok mencari informasi tentang hewan-hewan langka yang ada di Indonesia: Harimau Sumatera, Komodo, Badak Jawa, Gajah Sumatera, Burung Jalak Bali dan Orang Utan. Setiap kelompok lalu mengumpulkan informasi berupa ciri-ciri hewan, habitat atau tempat tinggalnya, cara melestarikan dan menjaga, serta fakta-fakta unik dari hewan tersebut. Setelah mengumpulkan informasi, mereka mulai menuangkannya ke dalam mading sesuai kreativitas masing-masing.

Dalam merencanakan proyek dengan bimbingan saya, para siswa sepakat membutuhkan waktu satu minggu untuk membuat proyek ini. Proses pembuatan proyek mereka lakukan di sekolah dan di rumah. Saya meminta bantuan orang tua/wali mendampingi para siswa yang mengerjakan proyek bersama anggota kelompok lainnya di rumah.

Kemudian siswa bersama kelompoknya bergantian mempresentasikan hasil proyek mading mereka di depan kelas. Kelompok lain memberi pendapat dan saling berdiskusi bertukar informasi tentang menjaga hewan langka yang mereka peroleh. Setelah itu saya mengajak mereka untuk melakukan refleksi pembelajaran. Siswa/siswi saya merasa sangat senang dengan pembelajaran proyek yang mereka lakukan. Di akhir pembelajaran, mading hasil karya mereka dipasang di dinding sekolah agar dapat dibaca oleh warga sekolah lainnya.

Hasil dari pembelajaran berbasis proyek ini cukup menggembirakan. Siswa saya merasa senang selama pembelajaran, salah satunya saat mereka bersama-sama membuat mading. Para siswa menjadi lebih aktif dalam diskusi, berani menyampaikan pendapat selama di kelas. Para siswa dapat mengalami langsung proses pembelajaran, berinteraksi bersama teman-temannya, membiasakan komunikasi yang mampu dilakukan atas hasil karya mereka dan bersama-sama merefleksikan pembelajaran yang bermakna untuk mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun