Mohon tunggu...
Suciningsih
Suciningsih Mohon Tunggu... Guru - Indahnya Berbagi

Menjadi Berarti dengan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelah ini Tak Lagi Mau Berlalu

3 September 2023   17:42 Diperbarui: 3 September 2023   17:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku telah belajar banyak, dan aku tau yang kurasakan saat ini bukan lagi tentang aku tak lagi memiliki rasa sayamg, tapi aku telah lelah. lelah ini tak lagi mau beranjak dari diriku, ketika hal yang sama terjadi, terjadi, dan terjadi lagi. Aku belajar paham dengan banyak situasi, namun tak pernah ada keberpihakan atas aku, dan aku menjadi diri yang merasa tak pernah dihargai.

Aku berjuang sendiri? Ya, itu benar, dan aku tak pernah mengeluh meski hujan badai menerpa, tak pernah menangis meski sakit, tak pernah merintih meski perih. Semua karena apa? Karena aku merasa ini menjadi tanggung jawabku. Kebersamaan yang telah lama dibina ternyata tak cukup untuk membuatku dimengerti, posisiku selalu salah, dan yang kulakukan menjadi tak berarti apa-apa manakala ada ketersinggungan yang tak beralasan.

Saat lelah datang menghinggapi, yang kurasa hanya satu, aku ingin pergi dan tak ingin lagi kembali untuk sekedar mengenang. Aku ingin berada jauh dan tak ingin lagi mengukur sedalam apa aku pernah menjadi pribadi yang tak mengenal siapapun.  Pergi, pergi, dan pergi, ke tempat di mana aku bisa diterima dan menjadi diriku. 

Perjuangan ini tak sebentar, tapi pengakuan tak pernah ada, empati tak kudapat, dan bahkan ketika sebuah ketersinggungan mendominasi, tak lagi teringat bahwa aku sudah berlumur peluh untuk menghidupinya. 

Ini bukan tentang ada yang lain, tapi tentang bagaimana sebuah perlakukan yang aku terima saat aku sudah bersama dari sekian tahun lamanya namun tak berbekas sedikitpun. Emosional dan emosional yang datang tanpa alasan, prasangka yang mendadak datang, dan juga kemarahan yang meledak yang tak terelakkan.

Aku bertahan bukan karena aku mampu, tapi aku enggan berdebat dan memulai perdebatan. Aku enggan untuk menanggapi semua kekesalan dan kemarahannya saat mendadak muncul.  

Aku memilih diam, dan kurasa ini menjadi jalan terbaik. Aku tak ingin tau apa dan bagaimana. Aku tetap memperjuangkan hidupku deni masa depanku. 

Namun, saat lelah ini datang, aku ingin segera pergi dari hidupnya, aku ingin berada jauh darinya dan menikmati kehidupanku sendiri tanpa bergantung padanya. Ini lelah yang berkepanjangan. Aku hanya berfikir untuk pergi, dan pergi dengan diam bukan dengan perdebatan, agar dia tahu bahwa aku menyayangi dia. Aku tak ingin menyakiti hati dan perasaannya, agar dia tidak lebih sakit selalu menaruh kecurigaan yang tak beralasan padaku. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun