[caption id="attachment_258285" align="aligncenter" width="300" caption="Menteri Agama Suryadharma Ali dan Kepala Vihara Biksu Arya Maitri Mahatera. (www.detik.com)"][/caption]
Bom berdaya ledak rendah yang meledak di vihara Ekayana Jakarta Barat (04/08/2013) memang tidak mengakibatkan korban jiwa. Tetapi dampak yang diberitakan seakan akan sudah merusak Indonesia secara nasional, dan dunia secara internasional. Sedangkan setelah perstiwa terjadi, umat vihara maupun para bhiksu tidak terlalu menunjukkan kengerian terhadap kejadian peledakan tersebut. Vihara juga tetap dibuka untuk umum, segera setelah polisi selesai melakukan olah TKP.
Menanggapi situasi yang terjadi dengan viharanya, Bhiksu Arya Maitri justru mengajak umat untuk mendoakan pelaku di balik peledakan ini. Sikap welas asih ini membuat umat Buddha maupun masyarakat Indonesia, khususnya yang merayakan hari raya Lebaran, tetap bisa tenang dan tidak tersulut emosi karena kejadian ini.
Beberapa pendapat politisi yang sebenarnya perlu kita komentari: deradikalisasi tidak berjalan, aparat gagal, dan keburukan-keburukan yang terungkap dalam wawancara media, justru menakut-nakuti masyarakat Indonesia. Boleh saja mereka berpendapat begitu, tetapi sebagai wakil rakyat, mereka juga mempunyai kewajiban untuk menenangkan rakyat agar tidak panik dan tetap menjalankan aktivitas jelang ramadhan dengan penuh hikmat.
Saat-saat seperti ini merupakan cobaan terberat bagi bangsa Indonesia. Perlu persatuan dan kesatuan guna menjaga kondusivitas dari hal sensitif soal agama. Saling menjelekkan adalah jalan menuju kebobrokan. Apalagi menjelekkan aparat. Bukan untuk membela aparat tetapi kondisi sekarang ini adalah saat yang tepat untuk mempercayakan keamanan rakyat kepada aparat, dengan membantu melaporkan hal-hal yang mencurigakan. Kalau tidak dilindungi aparat, siapa lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H