Mohon tunggu...
Pentheil Pentheil
Pentheil Pentheil Mohon Tunggu... karyawan swasta -

What's the point of being dead if you don't live a little?

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perubahan Lingkungan Akibat Perilaku yang Menyebalkan

23 Desember 2013   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tinggal di kota (besar) identik dengan tinggal di perumahan. Perumahan yang mahal menyediakan prestis dan aktualisasi diri. Perumahan menengah menyediakan lingkungan yang nyaman, bersih dan aman. Rumah tipe sederhana di perumahan sederhana adalah solusi tempat tinggal untuk kalangan menengah kebawah. Perumahan yang mahal pasti banyak dihuni oleh pengusaha atau pejabat, perumahan menengah banyak diisi oleh keluarga yang mulai mapan hingga para “simpanan”.

Meskipun sama sama bergelar perumahan, namun lingkungan di perumahan sederhana memiliki keunikan tersendiri. Tingkat kemajemukannya sangat tinggi, mulai dari jenis profesi yang berbeda beda hingga gaya hidup yang berbeda beda pula. Saya sendiri tinggal di perumahan sederhana, saking majemuknya hingga sering ada gap perilaku.

Gap perilaku ini perlahan tapi pasti, terejawantah dalam kondisi fisik lingkungan sekitar. Ya, lingkungan dan hunian akan mempresentasikan pola pikir dan perilaku penghuninya. Developer mendesain hunian dengan cermat memperhatikan nilai nilai keindahan, fungsi dan kenyamanan. Namun desain itu akan berangsur angsur pudar akibat perilaku penghuninya. Berikut adalah perubahan lingkungan yang terbentuk akibat perilaku menyebalkan tetangga menurut saya :

Maksimalkan lahan minus area jemuran

Yang namanya perumahan sederhana, luas lahan per kavling tidak lebih dari 100m2. Inginnya rumah dapat menampung banyak tapi lahan terbatas. Dengan budget cekak, kebutuhan ruang mendesak, jadilah rumah pengembangan minus area jemuran. Akhirnya dengan sengaja, sang tetangga menggantang jemuran di teras atau bahkan pinggir jalan. Pemandangan lingkungan jadi sepet, tidak sehat. Membuat tingkat stress menjadi tinggi, setiap pagi disuguhi “kacamata besar” dan “segitiga pengaman” dengan warna yang cerah ceria menusuk mata.

Beli mobil oke, punya garasi no way

Siapa sih yang tidak ingin beli mobil? Rata rata rakyat Indonesia saat ini sangat konsumtifi,menjadi sasaran empuk para produsen mobil. Terlebih dengan adanya program mobil murah. Para tetangga mulai berlomba gengsi membeli mobil. Dari mobil bekas sampai baru, dari yang tunai sampai yang nyicil samapai mecicil. Entah lupa entah tidak peduli, mereka tidak menyiapkan lahan parkir masing masing. Lahan rumah sudah maksimal, dengan sengaja mereka rebutan parkir dijalan depan rumah. Jalan lingkungan yang seharusnya ditanami pohon di pinggirnya kini jadi area parkir dengan slogan siapa cepat, dia dapat.

Full bangunan, enggan bikin taman dan resapan

Desain yang indah dari pihak perumahan dengan taman kecil di halaman depan, dirombak total dengan sadisnya. Modal nekad langgar GSB (Garis Sepadan Bangunan) dan peduli setan dengan dampak lingkungan, dinding kamar tidur dan ruang tamu berdiri megah pas diatas saluran air kotor lingkungan. Harapan melihat taman taman mungil pupus sudah, diganti dengan dinding dinding masif yang tidak ada nilai estetis. Gang kumuh pun lambat laun mulai terbentuk.

Kondisi demikian sangat memprihatinkan bagi saya. Rapat RT untuk lingkungan hanya tinggal ide diatas kertas saja. Untuk menciptakan sebuah lingkungan yang sehat tidak bisa hanya dengan ide cemerlang satu orang. Tapi dibutuhkan kesadaran bersama untuk hidup rapi dan sehat.

Benar benar tetangga yang menyebalkan!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun