Keputusan baru dari PBB pada sabtu kemarin (24/12) yang sudah terhitung keempat kalinya ini sejak sanski pertama 30 November 2016. Sanksi kali ini PBB, dilihat dari media BBc, bahwa Sanksi ini lebih fokus kepada Cina dan Rusia sebagai Mitra kerjasama Korea Utara. Yaitu dengan memotong eksport dan import minyak kepada Korea Utara, yang juga saya yakini untuk menghambat pembuatan rudal nuklir yang sedang dikerjakan oleh Korea Utara.
Namun setelah meninjau dari Sanksi baru ini, sepertinya Rusia tidak akan begitu melaksanakannya. Terlepas dari aspek ekonomis dan ideologis. Permusuhan Korea Utara yang paling jelas adalah Amerika, dan seperti diketahui hubungan Rusia dengan Amerika semakin buruk akhir-akhir ini, apalagi yang terbaru ini konflik panas Ukraina dengan gerakan separatis Pro-Rusia diperparah dengan bantuan persenjataan dari Amerika. Hal ini malah memancing persitegangan lebih tinggi yang akan melibatkan Amerika ikut meperkeruh keadaan.
Tindakan Amerika yang "dadakan" itu seperti tidak menghargai jumpa pers Jerman, Rusia, Amerika, serta ukraina di Jenewa. Tentu ini menambah Track Recordhubungan tidak baik dengan Rusia karena Amerika sudah terlalu mencampuri konflik malign ini, apa yang ditakutkan terjadi adalah tanggapan Rusia yang akan berpikir "Musuh dari Musuh adalah Temanku". Dan bukan tidak mungkin, pada Sanksi PBB yang dijatuhkan pada Korea Utara terbaru ini, Rusia akan bersikap "Dingin" terhadap aturan yang diterapkan padanya. #Ihsan Iskandar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H