Mohon tunggu...
Penta Koesumo
Penta Koesumo Mohon Tunggu... -

mahasiswa Universitas Budi Luhur - FTI // sepak bola // aktivis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Krakatau 'Marah' di Mata Warga

8 Oktober 2011   00:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktivitas Anak Krakatau sedang meningkat. Dalam satu hari, gunung itu mengalami aktivitas kegempaan ribuan kali. Warga sekitar mengaku tak terpengaruh, mereka mengaku biasa merasakan gempa tiga sampai empat kali sehari.

Meski demikian, meningkatnya aktivitas Anak Krakatau jadi bahan pembicaraan warga. Menurut mereka gunung itu kini sedang 'marah'.

Menurut Chandra, penduduk asli Desa Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan -- yang berada dalam radius paling dekat dengan Anak Krakatau -- warga di sana selalu mengaitkan peristiwa ini dengan hal-hal berbau mistis.

Misalnya saja, menurut Chandra, aktivitas gunung yang tengah bergolak ini karena gunung tengah marah. Penyebabnya, banyak pantangan yang dulu ketat diberlakukan, kini justru dilanggar.

"Misalnya saja, kalau dulu ada pantangan bagi wanita yang sedang datang bulan -- harus ada ritual izin kepada gunung kalau mau ke sana. Bahkan dulu lagi, tahun 1960-70an wanita tidak boleh ke sana sama sekali," tutur Chandra kepada VIVAnews.com.

Dulu, dia menambahkan, ada adab-adab yang harus dipatuhi saat berada di Gunung Anak Krakatau. "Kita tidak boleh berbicara keras-keras, kotor, atau mengumpat. Akibatnya bisa fatal. Tapi sekarang sudah sangat bebas. Bahkan sekarang banyak wisatawan baik lokal maupun asing yang bebas berdua-duaan laki-laki dan perempuan, bahkan dalam satu tenda," ungkapnya.

Diakui Chandra, secara turun-temurun, warga sekitar dan pemerintah setempat kerap melakukan ritual sesaji laut atau ruwat laut dan gunung setiap tahun. Ruwat laut yakni memberikan persembahan kepala kerbau yang dilemparkan kelaut. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan bagi Anak Krakatau, sekaligus pada laut.

Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono mengatakan, aktivitas Anak Krakatau yang meningkat karena gunung ini sedang membangun. "Untuk jadi besar dan tinggi, ia harus terus meletus," kata dia.

Namun, masyarakat diminta tak khawatir. Akibat letusan Anak Krakatau tak akan mengulang tragedi tahun 1883 yang lalu, saat Gunung Krakatau meletus dahsyat. "Ini yang meletus anaknya, bukan ibunya."

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun