Mohon tunggu...
Pensiunan Selebritis
Pensiunan Selebritis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duka Lembaga Pendidikan Maarif di Pedesaan

14 Juli 2014   07:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maarif adalah lembaga di bawah naungan NU, kenapa saya share ini? kebetulan di dekat rumah saya ada sebuah sekolah maarif yang kurang mendapat perhatian. padahal menurut cerita bapak saya, dulunya pembangunannya saja sudah susah, harus ngolobby ke Rt/Rw, Lurah, Camat dll. bahkan untuk mendapatkan dana, pihak penggagas atau
pengurus bersama kepala sekolah, rela "meminta" sumbangan ke pabrik2 di kawasan desa saya, kadang juga mereka meminta sumbangan ke penduduk desa.

namun setelah puluhan tahun berlalu, sekolah ini masih saja tertinggal. jarang ada donatur yang memberikan sumbangan untuk kemajuan sekolah ini. ironinya, hampir satu kecamatan sekolah berstatus ma'arif ini, mengalami hal serupa. nah jika musim penerimaan murid baru seperti ini, sekolah ini sampai rela membuka pendaftaran paling akhir daripada sekolah-sekolah lain yang ada disini. begitupun dengan peminatnya, bahkan hingga hari ini, siswa baru di perkirakan hanya mencapai 40-an orang saja. miris bukan?

padahal, sekolah telah berupa untuk menggaet peminat, diantaranya menggratiskan biaya pendaftaran dan potongan SPP 20% bagi siswa baru yang berasal dari MTS (satu sekolah). maklum lembaga ini, ada dua sekolah yakni Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. masuknya pun mereka bergantian, yang MTS masuk pagi, sedangkan yang MA masuk siang/sore. bahkan untuk menggelar kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) pun, sekolah ini harus bergantian (untuk hal ini bukan masalah gedung, namun masalah internal kedua sekolah).

ada cerita lain, yang mana lulusan dari MTS sekolah itu terkesan "gengsi" untuk kembali sekolah di situ, kebanyakan mereka lebih memilih pergi ke kota untuk sekolah SMK,SMA,maupun MAN. alasannya adalah Kerja. padahal menurut survey saya, lulusan dari Ma'arif ini banyak yang menjadi karyawan di pabrik. apa menjadi karyawan saja? TIDAK.! bahkan ada dari mereka yang melanjutkan ke PTN ternama di kota.

namun ketika saya tanya, "Bagaimana hasil Tes-mu" (ke SMK) dia menjawab tidak diterima, lalu dia putuskan umtuk melanjutkan ke sekolah swasta di kota. ketika beberapa hari saya tanya kembali, "Gimana, kapan MOS" dia menjawab, "Nggak tau mas", "Lho, kok bisa nggak tau?", "Iya, aku nggak jadi daftar, skrg kyaknya aku gk melanjutkan sekolah". saya pun terdiam, dan mencoba berfikir sejenak, kenapa anak ini tidak melanjutkan sekolah di Ma'arif sini saja? apa mungkin sudah terlanjur gengsi dengan teman-temannya?, pertannyaan tersebut sampai sekarang tidak bisa saya jawab.

di sisi lain, pihak sekolah juga sedikit mengalami kekurangan dana. ya maklumlah, sekolah swasta, di desa pula! namun apakah tidak ada mutiara yang muncul dalam setiap kehidupan? tentunya ada! guru-guru dalam lembaga tersebut saling bahu membahu untuk bagaimana caranya agar lembaga ini bisa terus berdiri, akhirnya terciptalah inovasi baru, "sebuah buletin". ya, sebuah buletin yg mungkin sangat biasa bagi kalian para siswa sekolah negeri (bukan menyudutkan siswa negeri sih), namun sangat berarti bagi mereka, mereka sangat antusias sekali dengan adanya buletin itu. dan secara tidak langsung, dengan adanya buletin tersebut para siswa juga sekaligus belajar tentang jurnalistik.

sebenarnya masih banyak permasalahan dalam lembaga ini, namun akan saya share di lain kesempatan!

do'a saya, semoga sekolah ini bisa mendapat donatur untuk mengembangkan sarana dan prasarana dalam lembaga ma'arif yang saya sangat banggakan ini. amiin...

*salam*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun