Mohon tunggu...
Pensiunan Selebritis
Pensiunan Selebritis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

-

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kemiskinan, Salah Siapa?

23 Agustus 2014   05:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan, sepertinya telah menjadi hal wajar di negeri seorang pemuda bernama Sodron. Sodron adalah seorang pemuda desa yang tidak pernah merasakan bangku sekolah. Kemiskinan di negaranya itu tak ubahnya seperti teh dan gula. Saya mencoba mengambil contoh, misalnya petani. Petani di negeri tersebut banyak mengeluh, mulai dari sulitnya mendapatkan pupuk, buruh tani yang mahal dan langka. Ya, langka kebanyakan buruh tani di negeri Sodron lebih memilih bekerja di pabrik.

Dimanakah peran pemerintah di Negerinya Sodron? apa tidak ada sebuah kebijakan yang mengatur tentang urusan petani? bayangkan saja, ketika musim tanam tiba, para petani itu sibuk mencari air untuk mengairi sawah mereka. Kebanyakan para petani tersubut untuk sekedar mendapatkan air saja, harus rela bermalam di sawah dan mengairi sawahnya malam itu juga. Jika tidak demikian, sudah bisa dipastikan sawah mereka tidak akan mendapatkan air sampai hari berikutnya.

Sedangkan kalau musim panen, para petani tersebut juga dipusingkan dengan harga gabah yang sangat murah. Pernah suatu ketika Sodron bertanya kepada tetangganya yang seorang petani, kenapa gabah-gabah mereka tidak di jual ke Bulog saja, kenapa ke pengepul atau pihak swasta. Jawaban mereka sederhana dan sangat manusiawi sekali. Mereka berkata di jual ke "juragan" saja sudah murah, apalagi ke pemerintah!. Dan jika dihitung-hitung pendapatan petani selama menggarap sawah (lengkap dengan pupuk dan upah untuk buruh) saja, tidak cukup untuk menanami kembali sawah mereka.

Dan bagi mereka, itu pun cukup beruntung karena sebelum panen, mereka tidak memiliki hutang kepada "juragan" mereka. Jika memiliki hutang dan di potong ini-itu, pendapatan bersih mereka tak sampai 1 juta. Nah kalau sudah begini, bagaimana? bahkan ada salah seorang petani yang menggadaikan sawahnya atau bahkan menjual sawahnya demi membayar kuliah para anak-anaknya. Harapan mereka, agar anaknya tidak mengalami hal yang dialami oleh orang tuanya.

Menurut banyak orang, Negeri si Sodron ini adalah negara yang sangat kaya raya, apapun yang di tanam di negeri itu bisa tumbuh, bahkan ada yang mengibaratkan bahwa orang-orang di negara itu tidur diatas tumpukan emas. Namun nyatanya untuk urusan sepele seperti diatas, negara tak bisa mengatasinya. Bahkan negara sahabatnya saja, yang menggantungkan hidupnya terhadap negara si Sodron (menguasai beberapa perusahaan di negaranya Sodron), untuk masalah menanami lahan pertanian saja sudah menggunakan pesawat penabur benih, jadi meskipun berhektar-hektar lahan mereka, pasti akan tertanami semua. Sodron sempat menceritakan idenya (keresahannya) kepada saya, "kenapa pemerintah tidak membangun sumur-sumur di tengah-tengah lahan pertanian, misalnya di kasih jarak berapa meter untuk satu sumurnya, apalagi para caleg dan capres yang membuat negara ini sengsara, dari pada uangnya dihambur-hamburkan untuk kampanye atau untuk gugatan-gugatan yang tidak jelas, kan lebih baik uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti membangun sumur tadi." Sebernya siapa yang salah? apa petani-nya yang kurang gigih dalam bekerja? atau memang pemerintahnya yang kurang memperhatikan rakyatnya.

mendengar keluh kesah Sodron tersebut, saya hanya sedikit tersenyum dan menyayangkan tindakan para "penguasa" di negaranya Sodron. Dan saya pun berpamitan pulang.

*Salam*

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun