Mohon tunggu...
Pensil Kajoe
Pensil Kajoe Mohon Tunggu... Penulis - Kolumnis Basa Banyumasan di Majalah Djaka Lodang, Yogyakarta

Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menginggriskan Indonesia

9 Februari 2018   14:19 Diperbarui: 9 Februari 2018   14:21 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa menit yang lalu saya membaca status di bbm milik seorang teman di luar Jawa, beliau menyatakan kekhawatirannya akan "hilangnya" para pelamar kerja di negeri sendiri, jika nantinya pada tahun dua ribu sekian, perusahaan berkelas mensyaratkan kecakapan berbahasa Inggris pada saat mereka melamar di perusahaan tersebut. Sebenarnya tanpa disadari keadaan ini telah berlangsung cukup lama, bahkan bahasa Inggris seolah menjadi bahasa nasional bagi para pencari kerja di tanah air. Untuk itu bagi para pelamar kerja yang kurang fasih dalam berbahasa Inggris merasa minder untuk bekerja di tempat tersebut. 

Tak bisa dipungkiri memang, bahasa Inggris telah menjadi bahasa dunia internasional, bahkan disebuah benda sederhana pembersih alas kaki yang biasa diletakkan didepan pintu masuk ada tulisan "Welcome". Contoh sekecil itu bisa jadi indikator betapa hebatnya bahasa Inggris merajai disegala aspek kehidupan umat manusia. 

Agar terkesan gaul dan modern, maka dipakailah istilah yang keinggris-inggrisan meskipun kadang penempatan dan penulisannya keliru. Contoh lain seperti yang tertera di gerobak penjual ayam goreng tepung. Entah karena ingin dikatakan keren atau menyerupai nama kuliner sejenis yang telah ternama tersebut maka dipakailah embel- embel "Fried Chicken". Oke lah, kalau mungkin maksud penulisan kata tersebut sebagai strategi marketing tak terlalu menjadi permasalahan asalkan kalimat asli dalam negeri sendiri harus lebih dominan daripada bahasa asing tersebut. 

Republik yang tak lama lagi  merayakan kemerdekaan ke 73 lambat laun bisa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Jika hal tersebut benar - benar terjadi bahasa nasional kita hanya akan menjadi bahasa kedua, apakah kita rela mengganti bahasa nasional dengan bahasa asing ? Apa kita lupa pada isi sumpah pemuda yang dengan lantang menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Dan kalau perlu, mereka yang berada di luar Indonesia wajib berbahasa Indonesia bila berkunjung di negeri ini.

Salam Merdeka
Aku cinta Negeriku Indonesia

Purwokerto, 09022018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun