Mohon tunggu...
Penny Lumbanraja
Penny Lumbanraja Mohon Tunggu... Lainnya - A girl who love vegetables and fruits. Bataknese.

Warga biasa yang belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bonus Demografi: Memetik Ancaman atau Potensi?

3 Desember 2018   13:00 Diperbarui: 28 Maret 2019   20:37 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Source: google image

Tidak hanya mempengaruhi fisik seperti proporsi tubuh yang kerdil, kecerdasan anak yang mengalami stunting juga sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan otak anak yang mengalami penyusutan atau tidak berkembang dengan baik akibat malnutrisi.

Konsekuensi, anak stunting membawa masalah jangka panjang. Mulai dari kapasitas belajar yang lemah, buruknya prestasi anak dan krisis gangguan mental. Selain itu, stunting beresiko besar pada kematian dini, resiko penyakitan di waktu mendatang seperti gizi buruk, diabetes, hepatitis, kanker, jantung dan banyak lagi. Stunting tidak hanya mewabah pada anak balita, tetapi juga remaja hingga dewasa.

Selain karena kurangnya asupan gizi, kondisi lingkungan hidup dengan sanitasi yang buruk dapat menjadi salah satu faktor stunting. Tentunya, semakin padatnya penduduk pada periode ini yang mendiami suatu pemukiman tidak sehat dengan infrastruktur umum tidak higienis akan menjadi persoalan yang mengganggu kesehatan.

Di lain sisi, peningkatan penduduk yang tidak diberdayakan dengan seimbang, ternyata dapat mengancam keselamatan anak. Selain bertambahnya angka pengangguran, dan terjadinya kerusakan lingkungan, penuaan populasi dapat menjadi pergolakan besar yang menantang di Indonesia. Kondisi ini harus diantisipasi dan jangan hanya dianggap angin lalu.

Prof. Peter McDonald, pakar Demografi dari Australia National University, dalam sebuah kuliah umum bertajuk: "Demographic Bonus and The Future of Indonesia" di UGM Yogyakarta, mewanti-wanti, penuaan populasi bisa menjadi penghambat proses pembangunan nasional di Indonesia.

Dalam penelitian ORB, organisasi jurnalistik yang berbasis di Washington DC menjelaskan kenapa penuaan populasi menjadi penghambat pembangunan. Sebab, satu dari lima populasi di bumi akan berusia 65 tahun ke atas. Populasi lansia saat ini sebesar 8,3 persen dan diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 2050. Artinya setelah melewati periode bonus demografi, Indonesia akan didominasi dengan penduduk dengan usia non-produktif.

Karena itulah, kesempatan emas (perode 2020-2030) ini harus kita perjuangkan dan antipasi bersama, dari sekarang. Ini amat krusial. Pembekalan mental dan pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan. Adanya peristiwa bonus demografi ini berpotensi mendongkrak kondisi pertumbuhan ekonomi kita lebih baik.

Dengan bonus demografi, dibarengi era revolusi industri 4.0, Indonesia berpotensi menjulang sebagai raksasa ekonomi. Meledaknya penduduk usia produktif berarti stok aset sumber daya kita melimpah yang jika diberdayakan secara optimal, maka produktivitas kita bakal tinggi. Belum lagi, jumlah penduduk yang nonproduktif berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk usia non produktif semakin rendah.

Tentunya kita tidak ingin melewatkan momentum besar ini begitu saja. Negara dengan tingkat kemakmuran yang baik dapat mensejahterakan kehidupan setiap insan. Sektor pendidikan, kesehatan, pangan yang menjadi kebutuhan krusial akan terpenuhi lebih baik. Peningkatan penduduk yang produktif ini mestinya beriringan dengan peningkatan dunia lapangan pekerjaan.

Sayangnya penawaran kerja saat ini saja sudah sangat krisis. Berarti kita dituntut untuk mampu mengembangkan diri menjadi lebih baik dengan memanfaatkan setiap sumber daya dengan bijak.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Kaya akan pulau dan adat istiadatnya. Kekayaan ini diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Kebutuhan dasar hidup tidak pernah stagnan. Mampu merancang dan merencanakan sesuatu menjadi salah satu jalan untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual. Hal ini tentunya akan mengadu kreativitas dan gagasan yang inovatif setiap SDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun