Mohon tunggu...
Anta Nasution
Anta Nasution Mohon Tunggu... Ilmuwan - Laut Biru

Ocean never betray us! Ocean doesn't need us, indeed we need ocean.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Derita Lokalisasi, Berawal dari Ekonomi Menjadi ‘Ketergantungan Seks’

12 Februari 2016   17:22 Diperbarui: 12 Februari 2016   18:18 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Wanita yang dijajakan, foto by rmol.co"][/caption]Lokalisasi. Pembatasan atau pemusatan pada sebuah tempat atau lingkungan. Di Indonesia sendiri, lokalisasi selalu dikaitkan dengan konotasi negatif. Terutama untuk tempat 'mangkal' para wanita pekerja seks komersial (PSK). Hampir setiap Provinsi di Indonesia, mempunyai tempat lokalisasi yang terkenal, seperti Saritem, Sarkem, Doli, Kalijodo, Sunan Kuning, dll.

Merebaknya tempat lokalisasi berkonotasi negatif ini seperti jamur, jika dibiarkan akan tumbuh dan berlipat ganda. PSK yang dihidangkan di tempat lokalisasi pun beragam, dari harga ratusan ribu sampai jutaan. Tapi jika mencari PSK artis, lokalisasi tidak menyediakan. Kegiatan di Lokalisasi bukan hanya sekedar urusan seksual, melainkan adanya perjudian, karaoke, diskotik. Belakangan banyak tempat lokalisasi ‘hits’ yang sudah ditutup oleh pemerintah, seperti Gang Doli di Surabaya dan Saritem di Bandung.

Banyak fakta-fakta mencengangkan mengenai lokalisasi, terutama dari wanita yang dihidangkan. Dari yang dibawah umur sampai lanjut usia. Semuanya dengan alasan yang sama, yaitu ekonomi. Kehidupan yang sulit dan pendidikan yang tidak seberapa, menuntut mereka untuk mengambil jalan pintas sebagai seorang PSK. Bahkan PSK-PSK yang terdapat di lokalisasi datang dari berbagai daerah di Indonesia, kalau dari luar negeri hanya ada di tempat prostitusi kelas atas. Ada yang niat awalnya memang ingin menjajakan kenikmatan tubuhnya, ada juga yang niat awalnya mencari pekerjaan, namun karena sulitnya mendapatkan pekerjaan sehingga lebih memilih menjadi PSK.

Tak jarang kasus woman trafficking terjadi di lokalisasi. Para Mucikari/Germo/Mami/Papi (sebutan untuk Bandar PSK) sering mengimingi para wanita di daerah dengan pekerjaan yang layak dan gaji yang cukup agar mereka mau bekerja dengannya, biasanya iming-iming pekerjaan yang ditawarkan adalah Asisten Rumah Tangga, pelayan retoran, tukang masak dll. Semua itu hanyalah tipuan, ketika para wanita nan-suci dan bersh ini datang, mereka dipaksa untuk memuaskan hasrat para lelaki yang kekurangan kasih sayang. Jika menolak, mereka akan diancam untuk disekap, disiksa dan ancaman lainnya.

Sering terdengar kabar bahwa lokalisasi dijaga oleh oknum-oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Walaupun sampai sekarang tidak pernah terdengar berita ada oknum aparat yang ditangkap karena mengijinkan dan melindungi wilayah lokalisasi. Ya, kabar tetap akan menjadi kabar hingga ada fakta yang bisa membuktikan.

Sedikit berbicara nakal. Pernah terpikirkan apakah para wanita PSK ikut merasakan ‘kenikmatan’ setiap kali melakukan pekerjaannya? Sehingga mereka menikmati dan menjadi ketergantungan terhadap seks. Jika pekerjaan yang tadinya dilakukan karena terpaksa akibat himpitan ekonomi berubah menjadi kebutuhan, bukan saja kebutuhan materi namun kebutuhan untuk melakukan seks, tentunya hal ini akan menjadi sangat bahaya. Hal ini yang menurut saya terkadang luput dari perhatian pemerintah.

Dalam dunia medis, ada sebuah gangguan psikoseksual yang bernama nymphomaniac dimana hal ini banyak terjadi pada wanita, nymphomaniac menyebabkan penderitanya selalu ingin berhubungan seks atau hiperseksual karena ia tidak pernah merasa terpuaskan, sehingga terus menerus berhubungan badan dengan lelaki untuk melampiaskan libidonya. Bagaimana halnya jika PSK di lokalisasi menderita gangguan semacam ini? walaupun tempat lokalisasinya sudah tutup, tidak dipungkiri mereka akan terus melakukan pekerjaannya.

Pemerintah dalam hal ini bukan hanya membuat solusi tentang dampak sosial ekonomi terhadap penutupan lokalisasi. Tapi harus ada pemeriksaan untuk PSK yang menderita gangguan ini, sehingga bisa ditindak lanjuti dengan melakukan rehabilitasi seksual. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun