Mohon tunggu...
Peni Mapuasari
Peni Mapuasari Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang akuntan yang bekerja sebagai konsultan finance di Jakarta. Di usia saya yang baru akan menginjak 23 tahun, saya sudah menikah. Saya yakin menikah adalah keputusan yang sangat tepat karena kami dapat membangun masa depan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Wanita "Buat Apa Kuliah?!"

27 Januari 2010   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama berbulan-bulan menjelang nikah ini, saya sempat kehilangan arah cita-cita. Sebelum plan menikah, saya sempat negative thinking dengan kodrat seorang wanita. Mengapa?
Karena Karir. Betapa susahnya menyesuaikan karir dengan karir suami dan peran sebagai ibu rumah tangga. Suami saya dinas di Jogja, sedangkan career field saya akan lebih berkembang di JKT,,nah..pusing gak tuh?!

Saya sudah membiarkan angan dan mimpi saya terbang setinggi bintang. Kemudian satu per satu saya lepaskan. Alasan terbesar saya untuk keluar dari sebuah KAP Internasional di Jakarta adalah "dia" . Bagaimana sy bakal ngerajut komunikasi ama dia kalo waktu buat tidur aja terbatas?!
Kalo tiap hari saya harus bertelepon ria dari jam 12 malem sampai jam 2 pagi dan sudah harus menjalankan aktifitas kembali jam 5 pagi, bisa keriting organ-organ tubuh saya?! Akhirnya saya harus memilih, “dia” atau “karir”. Alhamdulillah Allah memberi saya pekerjaan baru yang sama bagusnya tapi lebih pendek jam kerjanya.

Sebelum menikah pula, saya masih bersitegang untuk segera mengusahakan beasiswa ke luar negeri, sedangkan dia ingin untuk menunda dulu sampai kita punya anak 1. Kami bertengkar hebat. Akhirnya dia mengalah dan membiarkan saya terbuai dengan cita-cita.

Setelah menikah, perasaan saya jadi berbalik 180 derajat. Saya selalu terbayang untuk ruang tamu yang berdebu, jemuran yang belum di setrika, dapur yang kosong tanpa persediaan makanan, dan...dia yang sedang tidak enak badan. Fuih..rasanya badan ingin segera melayang ke jogja untuk berkarya. Berkarya sebagai ibu rumah tangga! hehehe..Benar saja, saat saya ke jogja dan mulai menyetrika, tumben2an saya tidak merasa terintimidasi oleh panasnya udara akibat sang setrikaan yang bengil n usang di rumah kami. Saya merasa menjadi wanita.

Ternyata, kedamaian hati menjadi seorang istri itu jauh lebih menyenangkan daripada rasa bangga mendapat medali cumlaud, medali emas lulusan berprestasi President University, atau pun medali finalis Putri Kampus DKI yg pernah saya terima. Membayangkan rekreasi bersama suami dan anak itu jauh lebih indah daripada membayangkan belajar sendirian di negeri orang.

Trus, Buat apa kuliah? toh ke dapur2 juga.
Eits..bagaimana nasib anak2 perempuan sy nanti kalau pemikiran ibunya terpenjara dengan doktrin kuno "Buat apa kuliah?"
naah...Disinilah letak fungsi emansipasi wanita, dimana wanita diberi kebebasan untuk memilih yang terbaik untuk dirinya dan keluarga.

Apakah mau full di rumah? atau stengah rumah stengah karir?
atau full konsen ke karir?

Kuliah membentuk pola pikir wanita untuk mendidik anak2nya dengan lebih baik lagi.

Dan...saya telah memilih yang terbaik untukku dan keluarga. Mimpi terbesar saya saat ini adalah hidup dan berkarya bersama dia, suami yang selalu membebaskan istrinya untuk merajut mimpi bersama...
Suami yang berjanji akan membantu mewujudkan mimpi saya untuk kuliah lagi someday..

Terimakasih Mas,,
I Love you..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun