Pembelajaran tematik bukan hal baru. Sejak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2006, guru sudah dikenalkan dengan pembelajaran tematik. Namun, seiring berjalannya waktu, implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Hal ini terjadi karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik pada waktu itu. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan pembelajaran berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Seperti yang kita ketahui, disepakati kurikulum 2013 akan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Tema merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari oleh peserta didik.
Pengintegrasian tersebut meliputi integrasi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran, dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Sedangkan tema berfungsi merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik. Pemberian makna yang utuh akan membuat peserta didik menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau kejadian yang ada di depan mereka. Peserta didik bisa memahami suatu fenomena dari segala sisi.
Guru dalam Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Sehingga siswa bisa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami sebelumnya. Hal ini sesuai landasan pemikiran Piaget, pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Jadi, dalam mengelola pembelajaran guru hendaklah menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Guru menempatkan siswa menjadi pembelajar mandiri, mengakomodasi ide-ide yang datang dari peserta didik, memberikan informasi seminim mungkin pada saat interaksi kelas berlangsung, memberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan berupa permasalahan yang nampak di sekitar siswa. Tujuannya agar siswa terlibat langsung dalam proses internalisasi berpikir mereka.
Untuk itu, pembelajaran haruslah memenuhi tiga kegiatan, yakni kegiatan eksplorasi, kegiatan elaborasi, dan kegiatan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi, antara lain, guru melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi; menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi; memfasilitasi peserta didik berinteraksi sehingga peserta didik aktif, mendorong peserta didik, mengamati berbagai gejala; menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain; mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
Dalarn kegiatan elaborasi, guru mendorong peserta didik membaca dan menuliskan hasil eksplorasi; mendiskusikan, mendengar pendapat untuk lebih mendalami sesuatu; menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen; mendalami pengetahuan tentang sesuatu; membangun kesepakatan melalui kegiatan kooperatif dan kolaborasi; membiasakan peserta didik membaca dan menulis, menguji prediksi atau hipotesis; menyimpulkan bersama; dan menyusun laporan atau tulisan
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik terhadap apa yang dihasilkan peserta didik melalui pengalaman belajar; memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang dikuasi guru; menambah informasi yang seharusnya dikuasai peserta didik; Â mendorong peserta didik untuk menggunakan pengetahuan lebih lanjut dari sumber yang terpecaya untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar agar lebih bermakna.
Dengan ketiga kegiatan tadi, pembelajaran akan lebih interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehingga mampu mewujudkan siswa yang memiliki kemampuan untuk inovatif, kreatif, produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H