Mohon tunggu...
Kurniawan Adi Santoso
Kurniawan Adi Santoso Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi Pendidikan, Malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bukan Sekedar Lifestyle

17 Maret 2013   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:37 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2006, saya diterima salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Menjalani hari-hari sebagai mahasiswa dan sebagai anak kos dalam waktu yang belum ditentukan. Dua bulan pertama di Malang, saya belum memegang yang namanya telepon genggam. Memang ada kesan culun atau ndak gaul belum punya handphone (Hp). Tapi itu tak jadi masalah buat saya. Memang belum punya uang untuk beli Hp. Alasan klise itu didasarkan atas “doktrin” orang tua agar bisa beli Hp dengan uang dari hasil jerih payah sendiri. Itulah sebabnya saya mengekang diri sendiri untuk tak beli Hp.

Waktu itu di kosan ada teman yang menelepon orang tuanya di rumah. Memberi kabar tentang hari-harinya di kampus, kegiatan di kosan, serta memperkenalkan teman-temannya. Saat bertelepon, teman saya itu tak lupa menanyakan kabar keluarganya di rumah. Waktu itu saya hanya bisa mendengarkan percakapan mereka sambil membayangkan gunanya hp, yakni mendekatkan yang jauh. Meskipun antara Trenggalek-Malang itu jaraknya jauh, tapi melalui Hp terasa dekat.

Setelah ia bertelepon, saya mendekat ke dia. Tanya-tanya, bagaimana sih caranya ber-sms atau mengirim pesa singkat itu? Dengan alasan kangen dengan keluarga, akhirnya saya diizini untuk pinjam Hp-nya. Lalu, melalui Hp saya kirim pesan singkat ke nomor Hp kakak saya. Aduh, rasanya senang sekali. Itulah pertama kalinya saya bisa “terhubung” dengan keluarga meski jarak jauh.

Empat bulan di Malang telah saya jalani. Rupanya kakak tahu kalau saya “nyidam” Hp. Di bulan ke-empat (Desember, 2006) itulah saya diberi Hp Nokia 2300 oleh kakak. Hp pertamaku, meskipun layar belum berwarna, tapi telah dilengkapi radio. Akhirnya, saya punya Hp beneran meski dari pemberian. Terima kasih kakakku.

Bukan Sekedar Life Style

Seiring berjalannya waktu, keberadaan telepon genggam semakin menjamur. Di Januari 2011, saya berganti Hp. Nokia 2300 saya anggap sudah ketinggalan jaman. Saya pun beli Sony Ericsson tipe W100. Fiturnya lebih memadai, bisa browsing, bisa buka jejaring sosial. Inilah Hp pertamaku dari hasil jerih payahku sendiri.

Mengapa bisa saya katakan jerih payah sendiri? Hp itu saya beli dari uang gaji insentif. Alhamdulillah, saya dapat gaji insentif dari pemerintah kota Malang. Ceritanya, guru-guru honorer dapat gaji dari pemerintah kota apabila sudah memiliki nomor unit pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). Dan saya salah satu diantara guru honorer yang beruntung itu.

Lalu, apa yang saya lakukan dengan Hp itu sampai sekarang? Hp itu kini bukan sekedar life style atau gaya hidup lagi.  W100 tersebut telah membantu saya menghasilkan uang. Kok bisa? saya buat untuk jualan pulsa elektrik.

Tentu di jaman yang seperti sekarang ini kebutuhan akan pulsa bisa jadi kebutuhan primer. Ayo katakan, siapa sih yang nggak kecanduan pulsa? pulsa habis bingungnya minta ampun. Terkadang sampai utang uang teman, sekedar untuk bisa memberi “nyawa” Hp kesayangannya. Dan sekarang pulsa tak hanya menyediakan untuk kebutuhan Hp. Tapi telah merambah untuk kebutuhan modem, BlackBerry Messenger (BBM), maupun untuk listrik. Peluang usaha itulah yang saya manfaatkan untuk meraup ratusan ribu rupiah per harinya. Semoga lancar terus usaha pulsa ini. Amiiin. Mohon doanya ya, teman-teman kompasiner.

Demikianlah cerita singkat ini, dalam tulisan yang sederhana. Saya tulis untuk mengenang kebaikan kakakku dan berbagi cerita di Obrolan Freez, Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun