Mohon tunggu...
Humaniora

Berbagi Pengetahuan Kehidupan Tertinggi

24 April 2017   15:58 Diperbarui: 25 April 2017   01:00 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengenal dan Membedah Siapa “AKU
Aku adalah diri. Aku adalah hidup, yang diciptakan oleh Sang Maha Hidup dan diberadakan dalam kehidupan. Aku yang berasal dari ketiadaan, dihembuskan dalam keberadaan, dan untuk kembali dalam ketiadaan.
Ketiadaan dalam kehidupan, bukan berarti saat dimana aku secara lahir terpisah dari kehidupan dunia, namun ketiadaan haruslah pula saat tubuh lahir masih berpijak kuat dalam kehidupan dunia. Ketiadaan, yang justru menguatkan keberadaan dalam dunia.
Aku adalah diri yang bisa menjadi sebatas aku, yang kebetulan berada di dunia, menjalaninya, lalu menyudahinya begitu saja, tanpa jejak, tanpa keberhargaan. karena tak ada makna yang diguratkan oleh aku dalam kehidupan. Atau, aku bisa menjadi aku yang sesungguhnya, yang memahami arti keberadaan di dunia, tahu benar bagaimana menjalaninya, apa yang harus didapatkan, dan sebagai tujuan dalam kehidupan di dunia, dan apa bekal pula, bekal menuju kehidupan lain setelah menjalani di dunia.
Tataplah cermin dan bertanyalah; siapa aku? Mau apa aku? Apa yang kulakukan? Apa tujuanku? Dan apa pencapaian dalam kehidupan?
Diawali dari siapa aku. Apakah aku hanya sebatas tubuh dengan kepala, dengan kedua tangan dan kaki, dan bagian-bagian yang terlihat? Ataukah aku juga ditambah dengan sesuatu di dalam diri yang katanya bernama Ruh. Apakah hanya itu saja aku? Dan bila bagian-bagian itu adalah aku, apakah aku sudah mengenalnya? Apakah aku tahu benar? Dan apakah semua itu dapat kugunakan hanya melakukan semua hal yang biasa, ataukah ada sebuah tujuan mengapa semua bagian aku, ada pada diriku?
Sesungguhnya, bagian aku lebih dari itu. Secara umum, memang aku terbagi menjadi dua, yaitu aku dengan diriku secara lahir dan aku secara bathin.
Aku secara lahir terdiri dari bagian-bagian; bulu, kulit, daging, otot, tulang, sumsum dan darah. Dimana masing-masing bagian itu, akan menyatu dan membentuk sebagai organ. Dan dimana organ-organ itu akan bersinergi dan membentuk suatu system fungsional yang berkaitan secara langsung sebagai lahir.
Aku sebagai diri bathin adalah bagian yang mungkin sulit dipahami. Tidak terlihat, tapi nyata. Berkaitan, mempengaruhi secara langsung, bahkan dapat menentukan kinerja diri, bahkan keberhasilan dari apa yang tengah dilakukan oleh diri lahir.
Diri bathin dapat mempengaruhi, memperbaiki, membantu, bahkan menyempurnakan keinginan atau tujuan dan hal-hal yang dilakukan oleh diri lahir. Bagian-bagian yang ada dalam diri bathin, disebut pula sebagai komponen-komponen diri. Ada komponen pada diri bathin yang membuat diri lebih cerdas, lebih tajam, mempengaruhi dan menundukan orang lain, membuat sebuah titian antara diri dengan tujuan. Bahkan menciptakan akses langsung antara diri dengan Sang Maha Hidup. Antara diri dengan Sang Maha Kuasa. Dan itu adalah hal tertinggi yang mampu dilakukan oleh salah satu atau sebagian komponen-komponen pada diri bathin.
Bila hal tertinggi mampu dilakukan oleh diri, maka tentunya ilmu atau kemampuan secara lahir, menguasai bela diri dalam sekejap, yang mampu dilakukan oleh komponen-komponen di dalam diri. Karena tujuan tertinggi adalah diri dengan Sang Maha Pencipta, maka ruang diantaranya tentu akan mampu dilakukan.
Apakah komponen-komponen dalam diri bathin? Apa sajakah kegunaan, kemampuan atau keistimewaan dari masing-masing komponen itu? Dan bagaimana menggunakan komponen-komponen itu?
Semuanya akan diuraikan dengan jelas, lengkap, sebagai bagian dari Berbagi Pengetahuan Kehidupan Tertinggi. Tidak dijumpai dimanapun, dari siapapun. Tapi sumber pengetahuan ini adalah gerbang makrocosmos, yang mencurahkan pengetahuan itu dari sumbernya. Sebagai bagian dari pengetahuan demi pengetahuan kehidupan tertinggi lainnya. Hanya untuk diri yang ingin menjumpai aku, di dalam dirinya. Mengenal aku, bahkan menjadi Aku yang sesungguhnya.

 

NB: Untuk pemahaman pengetahuan lebih mendalam dan lebih lengkap pada bagian khusus tersendiri, contact person email : sangpenyampaipengetahuan@gmail.com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun