"Saya rasa sudah ada komitmen dari awal, dan Golkar lebih tepat di Prabowo, lebih bisa bermanuver, lebih bisa bebas, dan lebih bisa untuk menaikkan suara di pileg. Tapi kalau masuk dukungan ke PDI-P justru Golkar rugi ketutup, tidak sama sekali ada irisannya kalau di PDI-P."
Kemudian ia memberikan argumen mengapa Golkar akan merugi bila bergabung dengan PDI-P.
"Karena Ganjar dampak elektoralnya ke PDI-P bukan ke Golkar. Tapi kalau Prabowo masih ada irisannya dengan Golkar, dulu pernah jadi kader Golkar, besar di Golkar, dan mereka dalam konteks itu, makanya kader-kader di bawah Golkar menginginkan mengusung Prabowo maka diikuti oleh Airlangga. Jadi, sejatinya Golkar itu lebih untung di Prabowo secara kalkulasi politik, dan untuk mengamankan elektoral di pilegnya. Kan itu yang dicari oleh Airlangga, kalau di koalisi lain belum tentu bisa didapatkan elektoralnya."
Ujang juga menjelaskan skenario apabila Golkar keluar dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Ia menganggap, Prabowo akan kehilangan keuntungan yang besar apabila Golkar cabut dukungannya terhadap Prabowo.
"Tentu secara kalkulasi politik rugi ya. Tetapi apa boleh buat, kalau Golkar tidak ada, tidak bisa juga diratapi oleh Prabowo. Secara kalkulasi ya memang rugi, karena bagaimanapun dukungan dari partai itu penting, apalagi dari Golkar." tutup Ujang.
Penulis adalah Dewandito Sulthanaimar Widiyarso, Universitas Brawijaya (2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H