Pemilu legislatif tinggal sebulan lagi. Tidak banyak waktu untuk partai politik menyiapkan diri untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Mesin parpol mana saja ya yang berjalan dengan baik?
Dari beragam hasil survey terlihat bahwa dua partai besar yaitu Golkar dan PDI Perjuangan, silih berganti menduduki posisi pertama. Golkar memang haus diakui memiliki basis masa yang jelas, dan mesin partainya relatif lebih jalan dibanding parpol lainnya. Hanya satu kelemahan Golkar... Capresnya adalah Aburizal Bakrie, yang di dalam partai sendiri kurang disukai. Apalagi oleh masyarakat non Golkar. Hasil survey parpol dan capres, sama sekali jomplang. Golkar lumayan, Aburizal jeblok. Bahaya sebenarnya buat Golkar, karena bisa saja pada saat terakhir, yang tidak suka Aburizal juga akan mengalihkan suaranya ke partai lain.
PDI P... tertolong oleh figur Joko Widodo. Kalau tidak ada Joko Widodo, maka PDI Perjuangan tidak akan berada di level atas elektabilitas hasil survey. Jangan heran jika berbagai parpol lain, berusaha meniadakan kemungkinan Jokowi nyapres. Yang paling gencar adalah Gerindra. Tokoh sentralnya yaitu Prabowo, berkali-kali menyebut Jokowi sebaiknya menyelesaikan dulu tugasnya sebagai gubernur. Begitu Jokowi turun pamornya karena berbagai masalah Jakarta yang ternyata juga belum ada perbaikan signifikan, maka PDI P dalam bahaya.
Bagaimana dengan partai penguasa, yaitu Demokrat? Sejak setahun terakhir, prahara mengguncang partai ini. Sampai-sampai presiden SBY turun tangan. Sebagai pendiri dan penggagas, tentu tidak rela partainya rusak. Sejumlah hal dilakukan untuk memperbaiki. Mesin partai dibenahi dan kader-kader yang tidak loyal disingkirkan. Salah satu aksi SBY untuk memperbaiki citra dan menaikan elektabilitas Demokrat yang paling menonjol adalah dengan mengadakan Konvensi Capres. Hasilnya bagus karena menjadi konsumsi media massa, saat ini debat capres konvensi makin sering terjadi. Hampir tiada hari tanpa berita tentang debat Capres Konvensi Demokrat di media massa. Apalagi peserta konvensi berasal dari beragam kalangan dan bukan hanya dari kader Demokrat.
PKS? Partai yang satu ini, kemungkinan akan tetap berada di zona tengah-tengah. Tidak besar, juga tidak kecil. Pasti lolos treshhold deh. Kadernya sudah kuat dan berakar. Tapi sulit juga bertambah besar karena terlalu kuatnya kader, sehingga orang baru sulit masuk.
Gerindra... pada pemilu lalu juga Gerindra digadang-gadang akan dulang banyak suara. Nyatanya tidak. Sosoknya terlalu didominasi oleh Prabowo. Sedangkan kader di bawahnya sangat lemah. Mesin politiknya belum bisa bekerja secama maksimal, meski gelontoran dana nyaris tak berhenti.
Hanura... beruntung karena masuknya Harry Tanoe, sehingga yang berbeda dari Hanura masa lalu hanyalah iklan-iklannya saja. Iklan Hanura sekarang makin gencar. Untuk pemilu, iklan saja sama sekali tidak cukup. Justru kengototan kader-kader di bawahnya, keseriusan mereka dalam kampanye dan prakampanye yang menjadi patokannya.
Nasdem... saya melihat mereka layu sebelum tumbuh hehe.. Entahlah. Mungkin kalau Harry Tanoe dulu masih disitu, ceritanya akan lain. Bayangkan dua kekuatan bos besar media massa bersatu! Nasdem sekarang ya gitu deh... apalagi berharap mesin politiknya bekerja. Sulit. Nggak jauh dengan PKS, Hanura dan Gerindra.
Eits, jangan ketinggalan sejumlah partai medioker wajah lama, PAN, PKB dan PPP. Mereka sudah punya mesin politik yang berpengalaman. Entahlah jumlah suara mereka akan seperti pemilu lalu atau tidak.
Dari semua gerakan parpol menjelang Pemilu 2014 itu, yang paling menonjol hanya dua. Pertama, Jokowi vs Megawati...
Kedua, gebrakan Konvensi Capres Demokrat, yang masih terus mewarnai pemberitaan dengan kegiatan debat-debatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H